Difference After Marriage (Axel & Alesha)

462 95 8
                                    

Pernikahan bukan hanya sekedar berjanji untuk hidup bersama, tetapi juga menyatukan dua kepala dengan berjuta perbedaan kepribadian dan pemikiran.



Pernikahan bukan hanya sekedar berjanji untuk hidup bersama, tetapi juga menyatukan dua kepala dengan berjuta perbedaan kepribadian dan pemikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Menjalin hubungan bertahun-tahun lamanya, belum bisa dijadikan patokan seseorang untuk selalu mengerti apa yang ada di benak pasangannya.

Apalagi bagi Irene dan Axel, terlalu banyak jalan berliku dalam rumah tangga mereka.

Hal kecil menjadi besar, hal besar yang semakin besar malah semakin membakar emosi keduanya.

Bawaan bayi, mungkin amarah Irene memuncak dan terkendali karena itu.

Sudah bertahun-tahun mengenal seorang Axel Ong, yang sudah berbulan-bulan juga menjadi suaminya ternyata tak menyurutkan kecurigaan dari seorang istri yang sekarang sedang mengandung.

Malam yang indah sebagai suami istri, berpelukan dan saling berdekatan hingga pagi menyambut tidak selalu berujung morning kiss dan sarapan bersama.

Malam hari yang dipakai Axel untuk beristirahat memang harus siap terganggu oleh bertumpuknya kerjaan Radian Corp. yang segudang semenjak ditinggal dirinya sakit hingga sekarang.

"Mas, udah malem. Udah ya kerja nya?" Axel Ong masih tak berpindah dari posisi nya memainkan jari-jarinya di keyboard MacBook nya.

Irene ingin merajuk, lama-lama kesal juga melihat suaminya yang baru juga sembuh dari sakitnya sudah harus berkutat dengan perusahaan dan segala macam isinya.

"Mas!! Udah dong."

Axel baru beralih menatap istrinya yang sedang mengelus-elus perut, mungkin menahan amarah dan berusaha sabar meneriakinya.

"Mas Axel!!"

"Sayang, nanggung ya? Kamu tidur duluan aja ini masih—" Alesha tak tinggal diam, laptop kesayangan suaminya itu langsung diambil alih secara tiba-tiba. Membuat Axel kaget dan panik menjadi satu.

"E—eh , sayang! Kok diambil sih laptop aku? Siniin ya, please. Belum selesai, sayang."

Laptop yang sekarang ada di tangan Irene masih menyala, menunjukan rangkaian grafik dan beberapa tab terbuka di layarnya. Irene terduduk di sofa kamar, ada rasa ingin tau di benaknya.

Seberapa penting pekerjaan suaminya, ah, bukan. Lebih kepada apa saja yang tersimpan di dalam benda tipis persegi itu.

Adakah dirinya disana? Atau kenangan-kenangan lama mereka hingga sekarang? Atau hanya benar-benar murni pekerjaan dan segala macam hal yang berbau perusahaan?

"Sayang.. balikin ya? Jangan diliat-liat, okay? Sini."

Jangan dilihat? Apanya yang tidak boleh dilihat oleh istri sendiri? Bahkan seluruhnya Irene sudah tau.

The Benefits of Heartbreak.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang