Irene memandang gusar keluar jendela, hatinya yang sedari tadi berdetak tak terkontrol. Ia bingung kenapa hatinya seperti ini, tak biasanya seperti ini.
Jangan seperti ini, aku mohon.
Jangan seperti ini, kumohon...
Jangan seperti ini, ku mohon..Bibirnya terus bergumam tak jelas, meramalkan do'a yang sedari kecil ia ucapkan saat tengah merasa sedih atau takut. Irene menggemgam jemarinya yang gematar.
Supir yang membawa Nona mudanya itu melirik dari kaca spionnya, melihat dengan raut khawatir kepada Nona mudanya yang terlihat pucat.
"Nona, ada apa. Apa Anda sakit?." Tanya sang supir pada Irene.
Irene menatap supirnya mencoba menata ekspresi wajahnya, kemudian memberikan senyuman yang indah meski terlihat dipaksakan. Ia tidak ingin orang lain memandanginya dengan tatapan kasihan, karena ia sangat membenci tatapan itu.
"Aku baik-baik saja, Paman. Hanya saja kerjaanku begitu banyak hari ini, sehingga tubuhku terasa lelah." Ujar Irene berbohong.
Sang supir menganggukkan kepalanya dan ikut tersenyum. Matanya masih mengamati Nona mudanya yang terlihat memandang ke arah luar jendela mobil yang mereka tumpangi, meski terlihat senyuman menghiasa wajah cantik Nonanya. Tapi ia tahu bahwa hatinya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Ia sudah bekerja di keluarga Irene sejak usianya muda.
Masih sangat jelas diingatannya, pertemuan pertama merek, tentu Ia dengan begitu jelas menangkap perubahan wajah nona nya. Dirinya tahu bagaimana Nona nya yang sangat keras namun amat rapuh didalamnya.
"Kau sangat bekerja keras Nona, sekarang kau sudah mampu membangun perusahaanmu sendiri." Ujar Paman tersenyum. "Kau tumbuh dengan cantik, aku senang melihatmu tumbuh dewasa. Sekarang usiaku sudah tak muda lagi, aku sangat berharap di sisa usiaku bisa selalu menemanimu Nona." Sambung Paman dengan tawa kecilnya yang bahagia, Ia benar-benar tulus mengatakan hal ini kepada Nonanya.
Irene memandang punggung Paman yang naik turun, tawa itu... ada isakan didalamnya. Ia tahu, Paman begitu baik dan tulus bekerja dengannya.
"Paman. Jika aku menyuruhmu untuk menjaga seseorang, apa kau akan mengiyakannya?." Tanya Irene yang masih menatap punggung Paman nya.
Paman terdiam. Ia melirik Nona mudanya melalui ekor matanya. "Apa Nona sudah tidak ingin aku menemani Nona lagi?." Tanya sang Paman dengan nada suara lirih.
"Tidak, tidak. Sama sekali tidak." Sangkal Irene cepat. "Kau masih tetap menjadi supirku Paman, hanya saja suatu hari nanti aku ingin kau menjaga orang 'itu untukku. Ia begitu penting untukku, jadi aku menitipkannya pada Paman karena aku mempercayai Paman. " Gumam Irene.
Sebentar Paman melirik Irene, kemudian fokus kembali dengan kemudinya. "Terimakasih Nona, Anda masih begitu percaya padaku." Ucap sang Paman merasa terharu.
"Kau sudah aku anggap sebagai bagian dari keluargaku, Paman. Jelas aku mempercayaimu, sudah cepat lajukan mobilnya aku sudah ingin Istirahat." Perintah Irene tertawa.
"Baik, Nona." Jawab Paman, segera melajukan mobilnya ke arah Apartemen milik Irene.
*********
Kevin menyalakan mobilnya, melaju membentang jalanan kota Jakarta yang padat dengan kendaraan. Meski ia tidak terlalu mengenal pasti jalanan kota Jakarta, tapi ia tidak pernah melupakan apartemen yang ditinggali kekasihnya. Konyol memang, tapi begitulah seorang Kevin.Ia tersenyum, sudah beberapa bulan ini ia tidak menemui kekasihnya.
Jika dibilang Kevin dan kekasihnya ini berpacaran jarak jauh, karena sama-sama sibuk menyelesaikan kuliah masing-masing akhirnya mereka berdua terpaksa bolak-balik antara Jakarta-Bandung. Pasangan yang romantis bukan? meski yang sering pulang pergi adalah kekasihnya.Gadis itu..
Meski perjalan antara Jakarta dan Bandung cukup memakan waktu, tapi ia tidak pernah mempermasalahkan atau mengeluhkannya.Akhh, Kevin jadi merindukkan wajah kekasihnya. Pipinya yang selalu merah merona, saat Ia menggombaliinya. Ia benar-benar pria penuh, tipu muslihat.
Roda mobil terus berputar, melaju cepat, membelah jalanan Kota Jakarta. Kevin terus menginjak gasnya semakin cepat, merasa tak sabar bertemu kekasih nya
**********
"Sayang. Kenapa kau terlihat buru-buru sekali dalam melakukan perjodohan ini. Tunggulah, kita dengarkan terlebih dahulu pendapat dari Taehyung." Ucap Isabel pada suaminya.
Suaminya Roy, tak mendengarkannya Ia tetap fokus pada makanan yang tengah Ia santap.
"Suamiku, apa kau tidak ingin mendengarkan pendapat dari Istrimu ini?." Tanya Isabel, tak suka dengan suaminya yang mengabaikan perkataannya.
"Sudhalah Isabel, aku tahu apa yang terbaik untuk putraku. Sebaiknya, kau urus saja masalah di rumah. Besok malam Clara akan kemari, sambutlah dengan hangat dan jangan lupa siapkan makanan yang mewah untuknya." Perintah Suaminya datar.
Isabel terdiam. Ekor matanya melirik ke arah suaminya, Ia tak berubah sekalipun. Padahal Ia sangat mengkhawatirkan perasaan Taehyung, pasti dia tak menginginkan perjodohan ini. Isabel mendesah dan melanjutkan kembali sarapannya.
********
"Hey. Ada apa denganmu?." Kevin melihat kekasihnya yang terlihat murung saja sejak sampainya Ia di apartemen sang kekasih.
Leni mendongakkan kepalanya tersenyum masam ke arah Kevin, "Tengah berpikir." jawabnya asal.
"Ayolah, bukankah kita akan berlibur bersama di Jakarta. Jangan terlalu berpikir yang tidak-tidak, yang ada nanti kau stress." Ucap Kevin merangkul kekasihnya. "Oh, tunggu." Kata Kevin langsung merogoh handphone yang bergetar di saku celananya.
"Kaka." Gumamnya setelah melihat layar diponselnya tertera nama sang Kaka. Kevin menatap ke arah Leni dan meminta izin untuk mengangkat panggilan dari kalanya. Terlihat Leni menganggukkan kepalanya, setelah itu Kevin menjauh dari Leni.
"Iyah Ka."
"Dasa anak nakal. Di mana kau, seharusnya sudah sampai di Jakarta kan?." Teriak Irene di sebrang telepon.
"Iyah Iyah. Aku sedang menemui Leni terlebih dahulu, Kaka tak perlu khawatir. Malam aku akan ke apartemen kak, okey." Kata Kevin cepat. Ia juga langsung mematikan sambungan telepon itu secara sepihak, Ia tahu pasti Kaka nya akan mengamuk. Tapi Ia tak tega jika harus mengabaikan Leni lama-lama, emang dasar bucin.
*********
Setelah sampai di Apartemennya, Irene dengan pelan membuka pintu rumahnya, berjalan gontai ke arah Sofa. Ia langsung merebahkan tubuhnya begitu saja di sofa ruang tamunya. Tubuhnya begitu lelah, Ia butuh istirahat.
Beberapa menit yang lalu, Ia menghubungi Kevin adiknya. Dan anak nakal itu tenyata tengah bersama kekasihnya, Ia benar nakal.
Kenapa adiknya malah langsung datang ke tempat kekasihnya, bukan dirinya. Ia benar-benar kurang ajar, melupakan kakanya yang selalu hidup sendiri ini."Huh." Irene menghela nafasnya pelan. Keduanya matanya menatap sekitar, hanya ada keheningan di sana.
"Taehyung?." Tiba-tiba saja, nama itu terucap dimulut Irene membuat Irene tersadar. "Astaga, mulutnya ini." Desisnya menumpuk mulutnya sendiri. "Sepertinya Ia sudah gila dan butuh berendam di dalam air hangat untuk menetralkan tubuhnya dan pikirannya yang sudah terlampau lelah."
Irene berjalan gontai kearah kamarnya, meski sudah berusaha. Namun nyatanya, bayang-bayang pria itu masih menghantui isi kepalanya. Membuatnya semakin stress.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASK LIFE
RomanceBahkan aku menutup mata dan tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Saat aku melihat dengan mata terbuka, ini luka yang terlalu lama untuk ditangisi. Janji terakhir kali, sekarang aku hanya bisa mengatakannya sebagai kenangan. Saat senyum manis itu per...