Jeni meregangkan seluruh persendiannya, setelah Ia selesai menangani seluruh pasiennya hari ini. Benar-benar lelah, baru kali ini Ia menangani pasien yang begitu membeludak seharian penuh.
Jeni mulai memunguti tas nya dan charger handphone nya untuk bersiap pulang ke rumah, namun sebelum itu Ia mengecek handphone nya terlebih dahulu. Karena sudah lebih dari 5 jam Ia tak memeriksanya, khawatir ada pesan penting yang masuk.
Baru juga Jeni membuka ponselnya itu, sudah banyak notifikasi masuk yang tertera di layar handphonenya.
Irene?
Sahabatnya itu banyak sekali menghubunginya, tumben sekali. Ada apa yah? Pikir Jeni mengerutkan dahinya bingung. Segera saja Jeni menghubungi balik Irene dan tak lama kemudian panggilan itu tersambung.
"Jeniiii." Belum juga Jeni bersuara, suara Irene langsung menghentikannya.
"Kamu sibuk yah sampai-sampai tak menjawab telepon dariku?."
"Sorry, Rin. Aku baru selesai dan ini lagi siap-siap buat pulang ke rumah." Jawab Jeni merasa menyesalinya.
"Wakh. Kenapa tidak mampir dulu ke Cafe Univers sini bareng Devi juga, kita kumpul-kumpul lagi." Seru Irene disebrang telepon.
"Hmm. Gmna yah, bentar deh aku izin suami dulu. Takut dia nyariin aku pas pulang, eh aku nya belum ada di rumah."
"Okelah Istri penurut. Nanti kabarin lagi kalo sudah bilang suami mu, kalo gitu aku tutup bye."
Jeni mengembangkan senyumnya, syukurlah Irene saat ini bisa ceria lagi nada suaranya. Semoga saja Kana seperti itu terus-menerus.
************
Setelah meminta izin dan diperbolehkan oleh suaminya, kini Jeni tengah berda di cafe Univers di mana tempat pertemuannya dengan Irene dan Devi.
Jeni mengedarkan pandanga nya mencari keberadaan Sahabatnya itu disetiap penjuru cafe, karena jujur saja cafe ini luas dan ia tidak bisa melihat begitu jelas karena begitu banyak orang yang berlalu lalang disini.
Awalnya, Ia sempet menolak ajakan Irene. Karena sebetulnya Ia telah meneliti janji dengan Suaminya, tapi kali ini suaminya berbaik hati dan dengan santainya mengatakan bahwa lebih baik dirinya bertemu dengan teman-temannya.
Suaminya tahu, bahwa Jeni baru di Jakarta dan memberitakan Jeni bertemu teman-temannya untuk melepas penat pekerjaan.
"Jeni."
Di tengah pencariannya, ada seseorang yang memanggil namanya berulang kali. Ia pun menolehkan wajahnya lalu ia tersenyum, saat kedua wanita itu melambaikan tangan kearahnya.
Aku berjalan menghampiri mereka. Astaga, wajar saja aku sulit menemukan mereka. Lihat saja, mereka memilih duduk di dekat jendela pojok jalan.
"Apa kau sudah menunggu lama? Maaf tadi ada sedikit masalah." kata Jeni menyesal membuat sahabatnya menunggu.
" Tak apa cintakuh, yang super sibuk. Lagi pula aku kami masih bersantai kok." Ujar Devi tersenyum sedikit bergurau.
Berbeda dengan Irene di telpon yang rewel. "Kau segera pesanlah, Jen." Ujar Irene menyodorkan buku menu pada dirinya.
"Sini. Kebetulan aku sungguh sangat lapar sekali." Sahut Jeni menerima buku menu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASK LIFE
RomanceBahkan aku menutup mata dan tidak bisa berbicara apa-apa lagi. Saat aku melihat dengan mata terbuka, ini luka yang terlalu lama untuk ditangisi. Janji terakhir kali, sekarang aku hanya bisa mengatakannya sebagai kenangan. Saat senyum manis itu per...