"saat lo udah ga dipercaya buat memiliki perasaan itu, apa lo masih punya hak untuk merasakannya?"
"diem-diem aja, belom ngopi?" tanya jisung sambil nyenggol lengan gue.
posisi saat ini, gue duduk menghadap ke kiri --ke arah jendela-- ngeliat heejin jalan berduaan sama sunwoo.
oh, jadi sunwoo udah official sama heejin?
bagus dong?
harusnya gue seneng kan?
karena seenggaknya jisung bisa meluangkan waktunya lagi buat sekedar main sama gue.
tapi, keliatannya jisung malah baik baik aja tau gebetannya itu udah punya orang lain.
terus ini jisung yang di php-in ngapa malah gue yang galau?
"diem ah, ngopi ngopi amat?"
gue milih buat mejemin mata, berusaha ngelupain pemandangan tadi pagi.
se sesek ini gue ngeliat jisung akrab sama yang lain.
gak, bukannya gue egois gamau ngeliat jisung bahagia sama yang selain gue.
tapi, kenapa harus hyunjin kim....?
seketika gue nangis di tengah-tengah mata yang terpejam saat ini.
•▮ᴇᴄᴄᴇɴᴛʀɪᴄ ▮•
"eh temen-temen, liat si gendut itu kok gak malu ya masih ada di kelas kita hahahhahahaha," kata salah satu dari sekumpulan anak-anak kelas satu sekolah dasar yang tengah berkerumun di depan kelas, meledek salah satu siswi yang kini tengah menahan tangisnya sendirian.
gadis kecil itu hanya menunduk, mencoba mendengar patahan kalimat-kalimat yang amat mengiris hatinya itu.
ia tidak ingin menangis, tidak mau terlihat lemah di depan teman-temannya.
"kamu gak mau pindah aja dari kelas ini? kamu itu jelek, gendut, cengeng! gak pantes ada dikelas kita, tau." ledek seorang anak yang berasal dari kerumunan tadi dengan rambut panjang yang diikat dua.
"a- aku gak cengeng, kok!" jawab gadis kecil itu dengan suara yang bergetar hebat, namun tetap memilih untuk menahan tangisnya.
"ayo duduk semuanya, pak guru udah deket!" kata bocah laki-laki yang memimpin mereka untuk kembali damai, bukan damai untuk menyelesaikan masalah, hanya sekedar menjeda keadaan yang sempat kacau tadi.
bukannya duduk, gadis kecil yang tengah menahan tangisnya mati-matian tadi justru malah keluar kelas, tak peduli dengan perkataan temannya tadi.
ah, lagipula apa mereka menganggap dirinya teman?
benar saja, guru yang akan masuk ke kelasnya sudah mendekat, guru itu menggandeng satu siswa yang belum pernah gadis kecil itu temui sama sekali sebelumnya.
"lina, mau kemana?"
namun gadis kecil yang dipanggil 'lina' oleh pak guru malah menghiraukan panggilannya.
pak guru menghembuskan napasnya kasar, pasti kejadian beberapa hari yang lalu terulang lagi.
"pak, kenapa dia keluar dari kelas saya?" kata anak laki-laki yang dituntun oleh pak guru itu.
pak guru menggelengkan kepalanya, "bapak bisa titip dia sama kamu, nak jisung?"
dengan senang hati, jisung menganggukkan kepalanya, "sangat bisa, pak!"
sejurus kemudian jisung mengembangkan senyumannya.
"kamu ngapain disini?"
gadis itu menengadahkan kepalanya saat menangkap suara anak laki-laki yang baru saja ia lihat tadi.
alih-alih terkejut karena takut ia adalah bagian dari teman-teman sekelasnya yang jahat, bukannya menjawab pertanyaannya, lina malah kembali menyembunyikan wajahnya dari jisung, nama anak lelaki ini.
"pasti mereka semua jahat ya sama kamu?"
jisung tersenyum getir, dengan refleksnya ia mengulurkan tangan nya pada gadis dihadapannya tersebut, "ayo masuk kelas, mulai sekarang ada aku yang bakal jagain kamu, jadi kamu gaboleh nangis lagi!"
tanpa berpikir panjang, gadis itu membalas uluran tangannya.
satu hal yang ia pikirkan saat itu,
dirinya telah menaruh kepercayaan pada anak laki-laki dihadapannya ini.
setelah itu, jisung masuk ke kelas dengan lina yang ia gandeng disampingnya.
tidak ada satu anakpun yang berani mencemooh lina saat berdua dengan jisung.
hanya sekedar untuk berkenalan atau menerima tawaran pertemanan dengan mereka saja, jisung enggan.
bagaimana caranya agar melihat anak gadis ini selalu tersenyum saat bersamanya, adalah satu-satunya hal yang ingin jisung lakukan.
bagaimana bisa fisik seseorang bisa dijadikan sebuah kesalahan dari diri seseorang tersebut?
jisung tau, menangis karena suatu hal yang bukan berasal dari kesalahan kita sendiri itu terlalu menyakitkan.
makanya ia sangat amat menyetujui tawaran pak guru, karena ia tidak mau kembali mengulang kenangan pahit yang membuat dirinya harus melihat orang disekitarnya bersedih, karena dirinya.
seketika, ia bertekad untuk selalu membuat lina bahagia, entah bagaimanapun caranya untuk memperbaiki kesalahannya yang telah lalu.
kai ini, jisung ingin menjadikan dirinya sebagai alasan 'mengapa orang lain bisa bahagia', bukan sebaliknya.
++
aduh maaf ya kalo cerita ini meleset sama yg ada dipikiran kalian sebelumnya h3h3, enjooooy kiw!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
PEER PRESSURE°✔ [SUDAH DITERBITKAN]
Fanfiction[part 62 s.d. selesai sudah di-unpublish untuk kepentingan penerbitan, happy reading♥] so, who can blame the past? started: 050118 highest rank: #21 in fanfiction [14/02/20] #18 in straykids [23/05/18] #6 in oc [09/05/18] ©genkidesung, 2018 was gua...