semua siswa sudah berhambur keluar kelas ketika bel pulang telah berbunyi.
setelah dari ruang TU, lina langsung berjalan kearah gerbang utama sekolah untuk pulang.
sebelum sampai di gerbang, kurang lebih dua meter dari lina berdiri, ada sosok yang sudah lama lina rindukan --padahal mereka masih ketemu setiap hari-- lagi berdiri sendiri sambil natap matanya di depan sana.
lina melangkah tanpa ragu menuju sosok anak laki-laki itu. entah darimana ia mendapat keberanian seperti ini, padahal dulu dirinya sendiri yang menahan diri untuk tidak terlalu terlihat akrab dengan jisung, anak laki-laki itu.
"hai jisung, apa kabar?" sapa nya.
ah sial, lina betul-betul merindukan sosok dihadapannya ini.
bukannya mendapat balasan sapaan, jisung hanya menatap lina seperti sebelumnya, tanpa ada senyuman sama sekali.
"......"
lina terkekeh, "gue baru sadar sekarang kalo lo ternyata pelit senyum."
"....."
"yang paling gue sayangkan, alesan lo senyum selama ini bukan karena gue, ya?"
jisung mengernyit, bingung.
"gue bego ya, sung? setiap lo ngomongin anak kecil yang pernah lo temuin dirumah sakit itu gue gapernah mau tau siapa orangnya, coba lo tebak kenapa?"
"......"
ada jeda sedikit sebelum lina akhirnya melanjutkan, "karena gue gamau liat lo bahagia sama yang selain gue, sung. iya, lina yang pernah lo kenal sampai detik ini emang seegois itu."
lina menunduk untuk beberapa saat, sebelum akhirnya ia kembali menatap jisung yang berdiri didepannya. namun kali ini, sambil menahan sesuatu keluar dari pelupuk matanya.
"lo kenapa?"
"kenapa? seperti yang lo liat sekarang, gue baik-baik aja kan?"
"......"
"sebelum lo terlalu jauh buat gue gapai, gue cuma takut nyesel karena ga sempet nyampein hal ini sama lo."
"apaan sih?! lo ngomong gitu seakan-akan mau pergi jauh aja?"
lina terkekeh, mengiyakan ucapan jisung. lina cuma jaga-jaga, takut hal itu terjadi secara tiba-tiba.
"sampai kapanpun lo emang gaakan pernah ngerti, ya? gue dianggep apa sih selama ini sama lo, sung?"
"temen." kata jisung, dengan suara beratnya yang terkesan tertahan.
pertahanan lina mulai goyah, buktinya, sedikit demi sedikit matanya mengeluarkan cairan bening itu, namun ia masih bisa sambil menahan emosinya.
"cukup, gue paham."
"ada apa?!" jisung memegangi kedua bahu lina, berusaha mencari sesuatu yang tengah berusaha lina sembunyikan.
"sung, mulai sekarang ayo kita hidup bahagia dengan jalan masing-masing."
"....."
"tanpa saling menyemangati, tanpa saling mendukung, tanpa saling lempar senyuman satu sama lain,"
"-----ayo kita jalanin."
jisung refleks melepas tangannya setelah lina bilang gitu. hatinya mencelos seketika saat teman sejak ia kecil berniat melepas hubungannya begitu saja.
jisung masih berpikir keras, apa yang sebenarnya lina sembunyikan sampai ia harus mengorbankan pertemanan nya selama sebelas tahun ini?
"harusnya lo tau, gue adalah orang yang paling beruntung di dunia ini, sung." lina terkekeh, tentu dengan matanya yang masih mengeluarkan cairan bening itu.
jisung masih menunggu kalimat selanjutnya dari lina,
"----karena gue bisa menghabiskan hampir seluruh hidup gue selama sebelas tahun sama orang yang gue kagumi.... sekaligus orang yang gue sayang."
".....lin?"
"gue pulang duluan, sung."
sambil menghapus air mata yang terus mengalir dari matanya, lina pergi melewati jisung gitu aja.
selepas lina pergi dari hadapan jisung, jisung baru sadar sedaritadi guanlin berdiri dibelakang lina, melihat interaksi mereka berdua yang masih sama seperti sebelumnya, sama-sama dingin.
dibanding bertanya-tanya pada jisung, guanlin lebih memilih untuk menghampiri lina yang sudah jalan ke depan gerbang,
lina pasti kenapa-napa.
dari belakang, guanlin melihat lina yang terus menerus mengusap mukanya sejak ia pergi dari hadapan jisung.
"kak lina!" panggil guanlin.
"lho, lin. kok belum pulang?" tanya lina,
guanlin terlalu terfokus sama muka lina, apalagi dibagian hidungnya yang memerah seperti kebanyakan orang saat habis menangis. sampai ia tidak mendengar pertanyaan lina.
"eh, apa kak?" tanya guanlin yang bikin suasana jadi awkward.
"lo belum balik, kenapa?" kesal lina karena ucapannya tak dicerna.
"mm.. anu, biasa... basket tadi kumpulan dulu."
lina hanya menganggukkan kepalanya.
"oh gitu, yaudah gue pulang ya." pamit lina pada guanlin yang belum sempat menawarkan tumpangan.
lina harus sadar diri mulai sekarang, dia ga boleh terlalu gampang nyaman sama seseorang.
dan, dari dulu emang udah seharusnya dia begini.
namun siapa sangka? baik jisung, lina maupun guanlin ga sadar kalo ternyata hyunjin kim diam-diam mengamati semua kejadian itu dengan jelas dari kejauhan.
++
nah kan cringe abis w :((
ditulis di kamar sambil nyesek-nyesek sendiri pada tanggal 4/21/2018btw ayoooook maen kesini, kalo kalian kebingungan pas baca buku ini, mungkin kalian harus baca buku [1] quadruplet on action! agar sedikit bisa membantu!
hobi bat si gwa publish buku, dilanjut kaga, yauda intinya ayooook maen kesini wkwkwkw
KAMU SEDANG MEMBACA
PEER PRESSURE°✔ [SUDAH DITERBITKAN]
Fanfiction[part 62 s.d. selesai sudah di-unpublish untuk kepentingan penerbitan, happy reading♥] so, who can blame the past? started: 050118 highest rank: #21 in fanfiction [14/02/20] #18 in straykids [23/05/18] #6 in oc [09/05/18] ©genkidesung, 2018 was gua...