Langit Abu-Abu

371 17 0
                                    


Rabu, 20 Februari 2018.

Hari ini langit berwarna abu-abu. Padahal sejak tadi ku perhatikan warnanya masih biru. Kadang aku ingin bertanya pada langit.  Apakah ia disana bisa merasakan rindu? Apakah ia bisa merasakan sendu?  Apakah langit tahu isi hatimu? Apakah tersimpan sebuah rasa yang sama sepertiku? Tapi saat itu langit hanya diam membisu.

Saat ini aku sedang ada di tempat yang sering kita datangi. Sedang duduk sendiri sambil menulis ceritaku hari ini, dengan ditemani secangkir kopi . Bolehkah aku bertanya padamu? Bolehkah jika aku ingin kembali menikmati secangkir kopi hitam bersamamu? Bukan apa-apa,  hanya saja aku baru tersadar, ternyata menikmati secangkir kopi berdua bersamamu terasa lebih menyenangkan, dari pada  secangkir cappuccino yang kunikmati sendirian.
Seperti yang sedang kulakukan sekarang.

Mau kah kamu datang kesini? Aku ingin ditemanimu makan. Seperti yang sebelumnya kita pernah lakukan. Kau tahu kan aku kalau aku tak pernah bisa makan sendirian. Maukah kau datang? Agar makananku yang tak habis ini bisa kau habiskan. Lalu aku akan mentertawakanmu dan mengejekmu karena kau makan seperti orang kelaparan.  Atau membantuku menghabiskannya dengan menyuapiku makan. Lalu kita saling melemparkan senyuman.
Tapi sepertinya kau tidak bisa ya? Aku tahu kau banyak kesibukan,  dan memang sebentar lagi akan turun hujan.

Hujan pun turun membuat langit semakin abu-abu.  Hujan ini membawa keinginan,  agar rinduku dan rindumu cepat dipertemukan.  Hujan ini membuat langit tak bisa memancarkan sinar Mentari. Membuat langit tak menampakan Bulan dan Bintang di malam hari.
Membuat aku semakin lama tertahan sendirian disini.

Orang bilang hujan selalu membawa kenangan. Tapi kita tidak pernah punya cerita dengan hujan, karena saat itu langit sepertinya senang melihat kita bersama.
Hingga selalu menampakkan Bulan dan Bintang di atas sana.

Cerita hujanku saat ini adalah mengenang dan merindukanmu dalam diam. Dan.. Kapan kau akan memberitahu cerita hujanmu padaku? Ayolah beritahu,  aku juga ingin tahu. Agar suatu saat aku tahu,  bahwa perasaan ini tidak bertepuk sebelah tangan.

Kita juga tidak punya cerita seindah Fajar dan senja, cerita yang kita punya sudah terasa Indah saat ditemani langit gelap dengan berjuta Bintang di atas sana.

Tapi dulu kita sehangat Fajar yang tetap hangat sampai senja tiba. Kita juga sekuat baja, yang tidak mudah goyah meskipun air, angin dan panas menghalangi. Kita seperti kutub magnet yang berlawanan,  selalu bersama dan tidak berjauhan.

Hujannya semakin besar, diikuti suara petir yang menggelegar. Kau tak kunjung memberiku kabar, membuatku semakin khawatir.

Maaf ya aku belum bisa seperti hujan. Yang tidak pernah lelah meski sudah berjuta-juta kali terjatuh. Hatiku masih goyah karena terlalu gundah,  aku takut perasaanku ini salah.  Aku belum tahu bagaimana cara menghampirimu tanpa harus mengganggu waktu sibukmu.

Aku ingin mengetik peran untukmu,  mengingatkanmu agar jangan sampai air hujan itu mengenai kepalamu. Aku takut kau lupa akan segala hal yang pernah kita lewati bersama dan pada semua cerita yang sudah kita punya.

Aku hanya ingin hujan ini reda,  aku tidak ingin ada jarak seperti ini diantara kita.  Aku takut air sungai meluap, lalu menghanyutkan rindumu pada yang lain. Tapi aku tidak akan keberatan jika rindu itu tertuju padaku.

Aku hanya ingin rindu ini reda,  dengan kau dan aku disini bersama.

Tentangmu Dariku, Untukmu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang