Connected

109 19 16
                                    

Bagiku kamu adalah fatamorgana karena setiap kamu tidak ada aku selalu membayangkanmu ada di sampingku.~
°♡°

"Kamu masih terbayang dalam setiap sudut kosong dalam otakku," ucapku dalam hati.

"Kamu kenapa sih Sa, dari tadi diem aja?" Nana bertanya kepadaku namun aku tidak menjawabnya.

"Sa... Sa... Clarisa!" Nana sedikit berteriak.

"Maaf kenapa? Kenapa Na?" jawabku seperti orang yang sedang kebingungan.

"Dari tadi aku ngomong kok kamu diem aja. Ada masalah Sa?" tanyanya.

"Engga kok, Na. Aku cuma penasaran aja siapa yang bantuin aku masuk ke sekolah waktu terlambat tadi pagi," jawabku.

"Beneran ada yang bantuin kamu? Bukannya penjagaan sekolah kita ketat banget ya apalagi sama anak yang terlambat?" tanya Nana dengan heran.

"Iya beneran," jawabku singkat.

"Perempuan atau laki-laki?" Nana bertanya dengan penasaran.

"Laki-laki," jawabku singkat.

"Waaaa keren, pasti ganteng ya Sa?" nada bertanyanya semakin penasaran.

"Udahlah gak penting juga lagian aku gak kenal sama dia. Ke kantin aja yuk?" kataku.

"Yah... kamu lagi asik nanya-nanya. Ya udah yuk," jawabnya sembari merangkul pundakku.

****

Bel masuk sudah berbunyi dan itu menandakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus kembali dilanjutkan.

Aku dan Nana segera masuk kelas dan tidak lama setelah itu guru kesiswaan datang sembari menbawa tongkat baseball.

Dia adalah guru kesiswaan sekaligus guru olahraga, namanya adalah Pak Dudi. Beliau dikenal sebagai orang yang tegas dan sedikit galak. Jika ada siswa yang melanggar aturan beliau tidak akan sungkan untuk menghukum siswa itu sesuai dengan pelanggarannya.

Pak Dudi datang dengan seorang laki-laki yang berprawakan tinggi. Tubuhnya ideal kira-kira tingginya 165 cm. Matanya coklat sedikit menyala. Rambutnya acak-acakan. Bajunya sedikit lecek. Mukanya sedikit coklat, mungkin karena terbakar sinar matahari.

Pak Dudi melanjutkan berbicara.

"Kalian semua duduk di tempatnya masing-masing!" suruhnya dengan nada sedikit keras.

"Itu kamu yang disana liat kebawah sampahnya jangan di buang sembarangan. Cepat ambil lalu buang ke tempat sampah!"

"Siap Pak." Jawab Labdu teman sekelasku.

"Kalian liat teman kalian yang di depan ini. Setiap hari kerjanya terlambat terus. Gak ada rasa tanggung jawabnya. Liat mana ada penerus bangsa kaya gini! Mau diletakkan dimana muka bangsa kita ini jika penerusnya seperti ini!" kata Pak Dudi kepada siswa-siswi dikelas.

Selagi Pak Dudi berbicara aku bertanya kepada Nana.

"Na, itu yang di depan itu siapa?" tanyaku pada nana.

"Oh... dia itu temen sekelas kita namanya Vito Mahendra. Dia udah biasa di bentak gitu soalnya dia emang sering banget terlambat." Jawabnya.

Pa Dudi melanjutkan omongannya namun dia memberi keringanan kepada Vito. Jika sekali lagi dia melanggar peraturan, orangtuanya akan di panggil ke sekolah.

"Astaga... dia orang yang waktu kemarin bantuin aku. Seketika takdir berpihak padaku. Akhirnya orang yang kutunggu muncul juga dan ternyata orang itu adalah Vito dan dia teman sekelasku." Gumamku dalam hati.

if you doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang