Diriku dan Dirimu

66 11 0
                                        

"Kamu mungkin sejatinya adalah sebuah pertanyaan sulit. Sementara aku hanya manusia bodoh yang sedang mencari jawabannya. Padahal yang di cari belum tentu ada atau mungkin kamu adalah sebuah pertanyaan yang salah.
°♡°

Waktu menunjukan pukul enam lewat tiga puluh menit. Ku pandang keluar ternyata langit masih saja menangis. Dalam hati aku sangat berharap supaya hujan cepat reda. Aku gelisah dan bingung harus berbuat apa.

"Udah Clar gausah cemas mungkin Edgar udah pulang kali soalnya kan dia udah nunggu lama" ucap Alina.

"Iya ya Na aku harap begitu soalnya kasian dia udah nunggu apalagi cafénya tutup jam tujuh malem" kataku.

"Iya lagian bentar lagi juga udah mau jam tujuh mungkin dia udah pulang" ucap Alina.

Beberapa saat kemudian ku pandang ke arah jendela ternyata hujan sudah berhenti.

"Eh Na hujannya udah berhenti tuh" kataku.

"Iya Sa" ujar Alina.

"Aku mending langsung pulang apa liat Edgar dulu ya?" Tanyaku pada Alina.

"Kata aku sih mending liat dulu deh Sa siapa tau dia masih nungguin"

"Oke deh. Makasih ya Na udah mau temenin aku hari ini" ujarku.

"Sama-sama. Sampai besok ya Clar" katanya.

"Sampai besok" kataku.

Setelah berpisah dengan Alina, aku segera bergegas ke kafé Elscherry sembari memasang payung lalu memanggil taksi.

Setelah sampai di sana benar apa kata Alina dia masih menungguku di depan café yang sudah tutup. Ku dapati Edgar sedang bersandar di ding-ding café sembari kehujanan lalu aku segera turun dari taksi dan memayungi dia dengan payungku.

"Edgar kamu kok masih di sini? Ini kan hujan seharusnya kamu pulang kan aku ga jadi dateng" ucapku padanya.

"Tapi nyatanya kamu dateng Clar" jawab Edgar.

Ku pandangi dirinya. Bajunya basah kuyup. Mukanya sedikit pucat karena terlalu lama kehujanan. Aku mulai khawatir.

"Edgar muka kamu pucet kita pulang aja ya?" Ucapku. Tanpa basa-basi aku segera merangkul Edgar lalu memasukannya ke dalam taksi.

Di dalam mobil Edgar terlihat kedinginan lalu aku menyelimutinya dengan jaketku. Tak perlu lama-lama dia sudah tertidur pulas di pundakku.

"Edgar yang baik. Dia baik sekali mau setia menungguku dalam hujan." Ucapku dalam hati.

"Mba kita mau kemana?" Tanya pak supir.

O iya lupa aku kan gatau rumah Edgar.

"Ke jalan Ir. D. Juanda pak"

Sesampainya dirumah aku segera membangunkan Edgar yang kondisinya setengah sadar lalu membawanya ke kamar tamu. Untung saja Ayah dan Bunda sudah tidur jadi aku dengan mudah membawa Edgar ke kamar tamu tanpa di introgasi. Lalu aku memasang notes di depan cermin.

Edgar kamu sedang berada di rumahku. Aku mohon jangan keluar sampai aku datang ke sini. Aku takut Ayah dan Bundaku tau kau ada di rumahku.

if you doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang