Entah

43 8 2
                                    

saat kamu jatuh cinta, kamu hanya memiliki satu pilihan yaitu berubah entah itu menjadi egois atau memilih menjadi tragis.
°♡°

"Ayok!" tangan Nana menggenggam tanganku.

"Kita mau kemana?" ucapku sambil berusaha melepaskan genggamannya.

"Ikut aja kali susah banget!" katanya berteriak.

"Yaudah deh aku pasrah" ucapku.

"Sini naik" ucap Alina mengajakku untuk menaiki motor.

"Ya" ucapku singkat.

Di sepanjang perjalanan aku melihat hamparan bunga bertebaran entah apa nama tempat ini namun sangat indah. Ku kihat arah kanan dan kiri banyak bunga-bunga bertebaran.

Setelah beberapa saat aku disuruh turun oleh Alina dan disuruh menunggu di tengah taman itu. 1 jam berlalu. 2 jam menanti. 3 jam menunggu namun di sini tidak ada orang yang ada hanyalah hamparan bunga yang indah dan bangku taman yang kosong.

5 jam telah ku tunggu tidak ada orang dimanapun. Aku mulai kesal "mungkin Alina hanya mempermainkanku saja" seketika aku berlalu pergi dari tempat itu.

***
"Clarisa tolong ayah"

"Ayah..." ucapku.

"Sakit nak.. sakit..." ucap Ayah meringis.

"Ayah... Ayah dimana?"

Yang terdapat dalam lorong gelap ini hanyalah kesunyian dan suara ayah tidak terdengar lagi.

Aku terkejut dengan keberadaan ayah dan bunda yang sedari tadi menungguku bangun dengan raut muka yang sangat menghawatirkan.

"Ayah sama bunda kenapa?" ucapku.

"Kamu gapapa nak?" ucap bunda cemas.

"gapapa kok bun cuman mimpi buruk doang" ucapku.

"Kamu udah ga bangun..." ucap bunda.

"Belum saatnya sayang" ucap ayah.

"Maksudnya apa ini?" ucapku penasaran.

"Nanti suatu saat nanti kamu akan mengerti" ucap ayah.

"Mengerti? mengerti apa? apa yang terjadi? maksudnya bagaimana? Ga bangun siapa yang ga bangun? kenapa? ada apa?" hanya pertanyaan-pertanyaan itu yang menaung di kepalaku.

***

Hujan terus menerus merintik tak ada henti-hentinya menari. Ia dengan bangganya jatuh dan menetes di setiap hamparan bumi. Tak ku sangka dari tadi aku hanya melihat ke arah langit sambil memaki diriku sendiri karena kemarin telah terjebak oleh keusilan Alina.
Yang ku harapkan saat ini adalah hujan berhenti supaya aku tidak terlambat ke sekolah dan bisa meneriaki Alina.

Beberapa saat menunggu hujan mulai berhenti walau setiap tetesnya masih merintik kecil tak apa yang penting saat ini aku tidak terlambat ke sekolah dan bergegas menuju halte.

Sampailah di depan gerbang sekolah dan ternyata aku sangat terlambat karena waktu sudah menunjukan pukul 07.30.

"Sialan" gumamku dalam hati.

Dari kejauhan terlihat Edgar bersama orang lain yang tidak ku kenal sama sekali. Kulitnya sawo matang dan manis. Rambutnya dibiarkan terurai panjang bergelombang.

"Biarkanlah" ucapku dalam hatu.

Dari sudut lain terlihat Vito bersama Lucy.

"Ya ampun ada apa dengan hari ini"

Pa Dudi datang menghampiriku.

"Heh kamu Clarisa kenapa bisa telat?"

"Maaf pak saya kemarin malam tidurnya kemalaman"

if you doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang