Tak sempat tergambarkan

32 9 0
                                    

"Kecewaku telah membendung harapan dalam setiap sudut relung hatiku. Aku tak tau lagi dengan apa aku harus mengisyaratkannya dan untuk kesekian kalinya ku percayakan kata cinta.
°♡°

Hari ini adalah hari senin tentu saja ini hari yang paling membosankan bagi setiap siswa karena mereka harus upacara bendera, kepanasan, dan rela mematung dipanasnya terik matahari.

Setelah itu yang lebih buruk dari upacara adalah jam pembelajaran matematika dengan guru yang sangat kuno karena pembelajarannya yang sangat tertib dan tentu saja guru yang sangat tidak menyukai keributan apalagi saat dia menerangkan.

Namun hari senin ini berbeda dari hari senin biasanya karena hari ini guru matematika yang bernama Bu Kokom sedang sakit tentu saja teman sekelasku sangat bersorak sorai tentu saja seketika kelasku merubah posisi menjadi berkubu-kubu. Kubu cantik dan hitz, kubu anak pintar, kubu game, dan kubu anak cupu.

"Guys angkat tangan ke atas kalo gua ngomong woy tepuk 1 kali" ucap Rizcky KM kelasku.

Serontak warga kelas X IPA 3 mengangkat tangan.

"Woy..." terdengar tepukan.

"Woy..." bertepuk.

"Woy... woy... woy..." tepukan terdengar lebih besar dan lebih ramai.

Lalu datang seorang guru Bu Lili menghampiri kelas kami. Sigap dan serontak kami mulai mengerjakan soal matematika yang tentu saja tidak kami kerjakan.

"Tadi ada apa ribut-ribut gitu?" ucap Bu Lili.

"Engga bu tadi kita latihan buat memeriahkan ulang tahun sekolah nanti" kata Rizcky.

"Udah dikerjain tugasnya?" Ucapnya.

"Udah dong bu kita kan rajin" ucap Popy.

"Yasudah kalau gitu" Bu Lili berlalu pergi.

"Syukur" ucap Rizcky.

Setelah jam kosong yang menurut kami adalah sebuah keburuntungan yang hanya datang sekali seumur hidup. Kami harus melalui pelajaran fisika yang sangat bingung walaupun gurunya sedikit ganteng tapi tetap saja itu tidak menjadi jaminan untuk mengerjakan fisika menjadi mudah. Temanku yang duduk di paling ujung seketika mengangkat taasnya lalu mengambil posisi yang enak lalu seketika tertidur.

Saat guru mulai mengabsen murid-murid yang hadir hari ini, temanku yang bernama Ali tidak menjawab saat di absen padahal namanya adalah urutan pertama di kelasku. seketika guruku yang bernama Pak Yana dengan membawa penghapus papan tulis.

"Ali" kata Pak Yana sambil memukul kaki meja.

Tidak ada jawaban.

"Ali" dengan nada yang lebih keras.

Tidak ada jawaban juga.
Lalu Pak Yana menbawa sebotol air mineral dan sedikit mencipratkannya dan tentu daja tidak ada jawaban. Akhirnya dengan sangat terpaksa Pak Yana membanjurkan air mineral pada Ali dan seketika Ali berbicara.

"Hujan...Hujan..." ucapnya sambil berteriak.

"hahahahahha" serontak sekelas tertawa.

"Kamu ya dari tadi saya panggil-panggil kok ga jawab-jawab. Setidaknya kalau tidak suka dengan pelajaran saya kamu bisa memperhatikan walaupun sedikit ini malah tidur keenakan. Sudah sekarang kamu keluar dari kelas saya!" ucap Pak Yana dengan nada yang sedikit keras.

"Maafkan saya pak" jawab Ali.

"Baik kali ini kamu saya maafkan tapi lain kali terjadi hal seperti ini lagi kamu tidak akan saya maafkan" kata Pak yana.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Dari arah timur terlihat Nana sedang berjalan menuju arahku dan menghampiriku.

"Clar liat deh tuh si Vito udah nungguin di depan kelas dari tadi" ucapnya.

"Hah yakin? ga nyangka banget" kataku.

"iyaa... yakin tuh di depan liat aja" ucapnya.

"oke aku kedepan ya" kataku.

Pandangaku ke arah belakang ternyata dari tadi ternyata Edgar sedang mendengarkan pembicaraan ku dengan Alina, namun aku membiarkannya lalu berlalu pergi.

"hai Na" ucap Vito.

"hai ada apa Vit" ucapku padanya.

"Bisa jalan?" ucapnya.

"boleh" kataku.

"yu" ajak Vito.

kami berjalan menuju parkiran. Setelah sampai di parkiran ternyata Edgar datang menghampiri kami berdua.

"Na kita ada kerja kelompok hari ini tadi Airin rubah jadwalnya" kata Edgar.

"Yah gimana dong Vit?" kataku.

"kamu kerjain aja dulu lain kali kita bisa atur jadwal lagi" ucapnya.

"Yaudah. Yu Vit" kataku.

Kemudian aku menaiki motor Vito.

***

Setelah beberapa menit kemudian kita tidak juga sampai di rumah Airin.

"Gar kok ga nyampe-nyampe sih" kataku.

"Bentar lagi sampe kok Sa" ucapnya.

Beberapa menit kemudian kita berhenti di sebuah tempat yang indah dan jika melihat kedepan terdapat gunung yang hijau nan indah. Di sebelah kanan terlihat berbagai pohon cemara yang tersusun rapi lalu di sebelah kanan terlihat hamparan lembah yang luas.

"Ngapain kita ke sini Edgar?" kataku.

"Santai aja dulu sini duduk" ucapnya sambil menepuk rumput.

"Yaudah jadi ada apa? kok ga ke rumah Airin sih" kataku.

"Sebenernya..."

"Apaan?"

"Airin engga ngebatalin jadwal kerja kelompok kita"

"Kamu yaampun jadi ngapain ajak aku ke tempat ini. Kamu tau kan kalo aku mau jalan sama Vito"

"Ya maaf" kata Edgar.

"Iya aku maafin tapi aku mau pulang" kataku.

"yaudah."

Jujur saja aku sangat kecewa terhadapnya hari ini karena dia sudah merusak hari terbaikku untuk jalan dengan Vito.

***

Dari terbit Matahari ku lihat ada semangat pada cahayanya. Kini ku mulai mengerti bahwa kebahagiaan tak hanya dapat dari harta atau materi karena nyatanya aku bisa hidup sampai hari ini itu sudah kebahagiaan yang amat sangat indah.

Namun tetap saja kecewa telah membendungi pikiranku karena orang yang selama ini ku percaya ternyata merusak kebahagiaanku. Ku beranikan diri untuk masuk kelasku dan ternyata kudapati Edgar duduk dibangku tempat biasanya aku tempati.

"Bisa minggir ga?" ucapku kesal.

"Santai kali aku cuman nunggu kamu doang" ucap Edgar.

"Udah lihat kan aku udah ada disini jadi minggir" kataku.

"Sa aku..." katanya.

"Udah munggir!" ucapku semakin kesal.

"oke" ucapnya murung.

Sungguh ini bukan Clarisa yang biasanya orang lain kenal namun aku harus memberi peringatan pada Edgar agar tidak melakukan tindakan diluar batas karena nyatanya aku bukan siapa-siapa dia.

--------------------------☆----------------------------

Terimakasih yang sudah mau mebaca nantikan kisah selanjutnya 💙

if you doTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang