"Mulai detik ini, izinkan aku untuk berpura-pura untuk mencukupkan rasa ini padamu. Semoga saja tidak ada yang tahu."
°♡°Usai sudah semua kisah ku untuk mu
ternyata aku memang tidak ada padamu
dirimu telah terpatri dalam sukma ini
tetapi kenyataan membirukan harapanku
aku memang tidak bisa memilikimu
karna diriku memang tidak bisa
mungkin aku terlalu menyukaimu
sampai melupakan kenyataan bahwa kau tidak menyukaiku juga
terimakasih untuk semuanya
akan ku coba untuk pergi kali iniBuku kecil bercorak merah yang ku dapatkan saat ulang tahunku yang ke 15 mulai basah. Tetes demi tetes air mata mulai menjatuhi secarik kertas yang bertuliskan hasratku padanya.
Entah apa yang sedang ku pikirkan saat ini namun yang ada di benakku hanyalah bayangannya. Duniaku mulai runtuh mungkin semangat yang selama ini menyelimuti hari-hariku mulai sirna.
Ku lirik ke arah jendela ternyata ada Edgar di bawah yang sedang melempar kerikil ke kaca jendela.
"Ngapain Gar malem-malem gini gangguin?" Ucapku sedikit kesal.
"Engga ko aku ga gangguin niatnya sih mau ngehibur tapi kalo diusir yaudah gajadi" ucap Edgar sambil berlalu pergi.
"Ehh... katanya mau ngehibur" ujarku.
"Jadi mau nih?" katanya.
"Iya iya"
"Yaudah sini turun jangan di situ terus" ucapnya.
"Siap bos"
Setelah di suruh untuk turun aku segera bergegas ganti baju dan memberi sedikit olesan make up di wajahku supaya tidak terlihat habis menangis. Sesudah itu aku segera pergi ke bawah.
"Bun Clarisa pergi dulu" ucapku sambil menalikan sepatu.
"Ya pulangnya jangan terlalu larut Clar" ucap Bunda.
"Siap"
Bunda memang orangtua yang mengerti setiap keadaan anaknya. Dia tidak pernah curiga karena dia sangat percaya kepada anaknya oleh karena itu aku selalu menjaga kepercayaannya terhadapku.
Kupandangi Edgar malam ini tampak keren. Dia memakai kemeja merah kotak-kotak, menggunakan jam tangan berwarna hitam, menggunakan celana jeans, dan tak lupa dia menggunakan sneakers.
"Yu Clar" ucapku.
"Kita mau kemana nih?" Katanya.
"Ada deh pokoknya kamu ikutin aja" ucapnya.
"Oke"
"Sini naik" ucapnya sambil menepuk belakang jok motor.
Jadi teringat akan Vito yang memberikan ku tumpangan
"Clar jadi ikut ga?" Kata Edgar heran.
"Eh iya jadi yuk" ucapku mengajak sambil menaikin motornya.
Di motor aku sedikit canggung entah memegang kedua pundaknya atau merangkul pinggangnya.
"Rangkul aja kali Clar gapapa" katanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
if you do
Teen FictionSeorang perempuan yang baru pertama kali merasakan indahnya jatuh cinta. Mungkin bagi kalian ini cerita anak SMA yang bahagia dan menemukan cinta pertamanya? Tidak semudah itu kawan banyak problema yang menghadapinya dan belum tentu selamanya cint...