"Jika bilangan cacah dimulai dari nol, maka cinta kita dimulai dari apa?"
***
Rain tidak mengerti alasan Naldi mengatakan jika belajar dengan Rian adalah hal yang paling efektif. Buktinya, Rain malah merasakan beban perasaan. Serius! Belum satu jam belajar, Rainy sudah terkena omelan Rian bahkan sampai dipelototi. Sebenarnya Rain sudah merasa tidak tahan diperlakukan seperti ini, tapi ia tak bisa berkata apa pun lagi. Rian hanya satu-satunya jalan ia bisa keluar dari sulitnya ujian ulang.
"Kalau begini lebih baik kamu kembali lagi ke sekolah dasar. Hitungan matematika dasar saja kamu tidak tahu! Bagaimana bisa kamu mengerjakan soal limit seperti ini? Percuma kamu melanjutkan sekolah, tidak ada satu pun ilmu yang tersimpan di dalam otak kamu!" omel Rian membuat Rainy hanya bisa menunduk malu. Apalagi ia diomeli di kantin yang notabene masih banyak murid yang masih menikmati waktu istirahat siang mereka.
Kalau dipikir-pikir, Rian lebih banyak marah daripada menjelaskan pelajaran. menjelaskan materi. Rain menghapus kembali apa yang sudah ia tulis di buku lalu ia mulai menulis ulang rumus. "Soal ini mmebuat pusing kepala! Kenapa harus belajar soal limit seperti ini, sih? Masa huruf juga ikutan dikali?" Rain menggaruk jidatnya lalu mendengus pelan,
"Orang bodoh pemikirannya kenapa begitu sempit?" ledek Rian. Kali ini kalimatnya berhasil memancing Rain untuk memelototinya. Rain bisa menghitung berapa banyak Adrian mengejeknya, kira-kira sudah yang kesebelas kali. "Limit aljabar berfungsi untuk menentukan kemungkinan jumlah suatu kasus. Misal, berapa banyak orang yang kemungkinan akan tertular virus, berapa banyak kemungkinan suatu perusahaan akan mendapat keuntungan hingga berapa banyak kerusakan sel jika organ kamu terserang suatu penyakit. Segala risiko dari suatu kebijakan dihitung dengan limit agar bisa mengurangi dampak negatifnya," jelas Rian.
"Ouh, jadi benar-benar ada gunanya?" tanya Rain mengangguk-angguk.
"Rian tersenyum. "Bagi orang cerdas seperti aku tentu berguna, tidak tahu untuk orang bodoh seperti kamu. Untuk kamu itu, angka hanya untuk menghitung uang dan huruf sekadar untuk membaca novel!" lagi-lagi Rian meledek Rainya.
Rain mengedip-ngedipkan matanya. "Kok kamu tahu aku suka baca novel?" tanya Rain heran karena ucapan Rian sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaannya. Rian tertawa geli, "Kamu itu benar-benar bodoh apa terlalu polos, sih?" Bahkan pria itu sampai memegang perutnya akibat tertawa menanggapi pertanyaan Rainy.
Karena kesal, Rain memukulkan buku matematika tebaknya ke bahu Rian. "Sial! Bukannya mengajari malah habis menghina! Kalau seperti ini lebih baik tidak usah belajar!" bentak Rain.
"Jadi ini bagaimana?" tanya Rainy. Rian melihat buku Rainy. "Bukannya tadi sudah diberitahu jika soal limit kamu memiliki dua fungsi maka?" Rian memberi petunjuk.
"Kerjakan satu persatu lalu hasilnya gabungkan?" tanya Rain. Rian mengangguk. "Gadis itu langsung membuat garis di bukunya. Ia menulis fungsi f(x) di kolom kanan dan menulis fungsi g(x) di sebelah kiri. "Tapi kalau nolnya dimasukan, hasilnya jadi nol?" tanya Rain lagi.
Rian melipat kedua tangannya di dada, "Perasaan aku sudah bilang tadi jika hasilnya nol maka?" lagi-lagi Adrian memberikan clue.
Rainy mencoba mengingat-ingat. Tidak lama ia menemukan jawabannya, "Harus disederhanakan dan dicoret?" tanya Rain. Adrian mengangguk. "Tapi tadi salah jawabannya," keluh Rainy.
"Karena kamu tadi main coret saja. Coba kalau kamu faktorkan pembilangnya," saran Rian. Rain malah nyengir kuda. "Jangan bilang kamu juga tidak tahu cara memfaktorkan fungsi?" Adrian rasanya ingin mengguncang-guncang isi kepala Rainy. Namun kali ini ia lebih memilih menahan kesabaran. Ia mengambil sebuah kertas lalu menulis kembali sebuah fungsi di sana.
"Kalau kamu punya empat dikurangi dua lalu aku tarik angka dua ke kiri kemudian membuat pengurangan lain seperti ini di dalam kurung. Kira-kira berapa angka yang kemungkinan jika dikalikan mempunyai hasil dua dan empat?" tanya Rian.
"Dua!" jawab Rainy.
"Kamu tulis angka dua di sebelah kiri lalu kamu tulis kurung buka seperti ini. Sekarang kita bagikan empat dengan dua, hasilnya dua. Lalu min dua dengan dua hasilnya min satu. Lalu kamu tulis kurung tutup. Sekarang kamu praktek dengan aljabar tadi," titah Adrian.
Rain menuruti setiap petunjuk yang diberikan Rian hingga tanpa sadar ia sudah tidak mulai bertanya lagi. Ia mulai mengingat setiap langkah dan mengerjakan soal satu per satu tanpa keluhan. Rian diam-diam tersenyum melihat gadis itu berkali-kali mencari-cari pensil yang ia selipkan sendiri di daun telinga karena terlalu serius mengerjakan soal. "Fungsi yang dibagi seperti ini lebih sulit, ya?" komentar Rainy.
"Karena itu lebih baik besok kamu pelajari lagi rumus akar kuadrat," timpal Rian. Rainy mengangguk. Ia simpan pensil di atas buku lalu menatap Rian dengan heran. "Lihat apa?" tegur Rian. Ia merasa seram sekali karena Rainy menatapnya dengan mencurgakan.
"Kamu kenapa bisa jadi paket spesial begitu, sih?" tanya Rainy. Rian mengangkat sebelah alisnya. "Sudah ganteng, pinter lagi!" puji Rainy. Rian sudah senang duluan hingga mendengar kelanjutan dari kalimat Rainy, "Sayang galak dan tukang ngomel seperti ibu-ibu!"
Kali ini giliran Adrian yang mencubit lengan Rainy hingga gadis itu memekik kesakitan. "Kamu main cubit-cubitan kayak kepiting saja!" ledek Rainy lagi. Kali ini Adrian tidak menimpali. Ia lebih memilih menyandarkan punggungnya ke kursi lalu mengambil gelas jus strawberrynya dan meneguk sebagian isi gelas itu dengan pelan. Tidak lama ia menoyor jidat Rainy.
"Dari sekian banyak wanita yang menempel padaku, kamu satu-satunya yang berani meledek!" omel Rian. Rainy memasang wajah penuh rasa penasaran. "Karena sedikitpun aku tidak memiliki kekurangan," celetuknya sambil menaikkan sebelah alisnya.
Mendengar itu jelas membuat Rainy tertawa terpingkal-pingkal. Rian mencubit gemas pipi Rainy. "Kau pintar, kaya, tampan, lalu kurangnya apa?" tanya Rian seolah-olah dia tidak memiliki cermin yang bagus di rumahnya karena semua retak.
Rainy mendengus. "Kamu kurang sopan, tukang omel, ketus, sombong, mau disebutkan lagi yang lain?" dikte Rainy. Adrian tertawa kecil. "Sebagai cowok populer kamu lumayan baik, sih! Rata-rata anak populer di sini tidak mau dekat-dekat siswi jelek seperti aku," ucap Rainy.
Rian melihat ke sekitarnya. Beberapa orang sempat mencuri pandang ke arahnya dan beberapa bergunjing melihat keberadaan Rainy di sampingnya. "Itu karena di otak mereka hanya tentang diri mereka sendiri dan di otak kamu hanya tentang orang lain," komentar Adrian. Rain mengangkat sebelah alisnya. "Artinya mereka yang sakit jiwa!" celetuk Rian membuat Rainy tertawa. Lucunya melihat Rain tertawa membuat Adrian ikut tertawa.
"Kalau kamu?" tanya Rainy.
Rian berpikir sejenak, ia mencoba merenung apa yang terjadi dalam hidupnya selama ini. "Aku juga sakit jiwa, hanya tidak ingin mengakuinya," jawab Rian lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My rainy season (End)
Teen FictionDia tampan, tapi kalau tiba-tiba minta ongkos angkotnya ditalangin? Bahkan pertemuan pertama Andrian sudah membuat Rain illfeel. Gak lama sih, habis itu Rain kecantol cintanya. 🌧🌧🌧 Sejak ditolak oleh Abbey - gebetannya...