Danau Kutukan

1.7K 510 9
                                    

Dari sekian banyak manusia di bumi, kenapa harus manusia ini yang menemaniku ketika menangis?

-Rainy Mickya Rizka-

***

Senja berganti malam. Kedua manusia itu masih bertahan di pinggir sebuah danau kecil yang letaknya di belakang sekolah. Karena kamera CCTV tidak bisa merekam hingga ke pinggir danau, keberadaan mereka aman. Adrian bahkan sudah memperhitungkan jalan keluar melalui pagar sekolah jika nanti ia sudah berniat untuk pulang. Rainy masih bersandar di bawah pohon pinus sambil memeluk kedua lututnya. Ia tidak memedulikan daun-daun pinus kering yang jatuh tertiup angin ke atas rambutnya hingga Rian dengan senang hati mengusap daun-daun itu agar jatuh ke tanah.

Rain seperti patung yang sama sekali tidak menunjukan pergerakan kecuali menangis dan tersedu-sedu. Gadis itu berharap waktunya berhenti. Ia bingung bagaimana cara menghadapi semua orang esok hari. Ia tidak mungkin bisa menyembunyikan wajahnya kecuali dengan operasi plastik dan mengganti nama. Ketika namanya baik-baik saja Rainy sudah tidak mampu menghadapi banyak orang, apa lagi ketika namanya rusak seperti ini.

Mata Rain terasa perih. Ia tidak tahu berapa lama ia menangis. Hanya saja ia sadar jika perubahan warna langit memberi tanda jika itu sudah lama. Rain yakin matanya akan membengkak dan bisa bertahan hingga besok pagi. Rain mengangkat wajahnya dan menatap air danau yang sudah terlihat kelas. Hanya ada bayangan lampu taman di atas permukaannya yang masih terlihat jelas dipandang mata. Suara angin berubah menjadi suara jangkrik.

"Sudah sadar?" tanya seseorang yang sejak tadi duduk di samping Rainy. Rain menoleh, ia baru sadar jika Rian sedari tadi menemaninya di sana. Lagi pula bukankah terasa aneh pria itu masih menunggui ia di sana? Bahkan Rian tidak mengucapkan sepatah kata pun.

“Kenapa?" tanya Rainy heran.

Rian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Aku pikir kamu itu anak kecil, ternyata wanita dewasa yang sudah merasa tertarik pada seorang pria," ledek Rian sekenanya. Nilai sosial yang buruk bagi Adrian adalah ia tidak pernah berkata baik pada Rainy.

"Memang aku tidak terlihat seperti gadis dewasa pada umumnya sampai kamu berpikir aku tidak tertarik pada seorang pria?"

Dengan jahil Rian menarik rambut Rain hingga gadis itu menyeringis kesakitan. “Tiada satu pun di tubuhmu yang terlihat gadis remajanya,” tambah pria itu.

Rain mendengus. “Kamu!” bentak Rain sambil menutupi dadanya dengan menyilangkan tangan di depan dada karena Rian jelas terlihat menatap ke arah sana. Ia sudah geli ingin memukul Rian. Namun Rain ingat tentang apa yang pria itu lakukan tadi. Rian menolongnya, menemaninya saat menangis. Sabar Rain!

Rian tertawa. “Aku pulang, ya? Kamu bisa pulang sendiri, kan?” Rian menenteng tasnya lalu melangkah pergi. Rain terdiam sejenak, begitu ia menyadari betapa menyeramkannya tempat ini, kontan ia langsung menyusul Rian. Ia tak pernah senang berada sendirian di tempat gelap. Apalagi di luar ruangan seperti ini.

Keduanya berjalan bersama menuju parkiran. Ini sangat sulit bagi Rain mengingat langkah Rian begitu panjang, membuat kaki-kaki pendeknya harus berlari-lari kecil agar bisa menyamakan langkah dengan Rian. Udaranya masih dingin. Sangat dingin hingga rasanya seluruh tubuh Rain mati rasa.

“Jam segini angkot masih lewat tidak, ya?” Rain berbicara sendirian. Ia pura-pura memandang ke luar gerbang sekolah. Rian berbelok ke parkiran. Sebenarnya Rain tak yakin jika Rian akan mengajaknya pulang bersama karena tubuh Rainy yang bau akibat air sakti yang disiramkan padanya tadi, tapi ... sudahlah! Rain berjalan lurus saja keluar gerbang dan menunggu angkot di sana.

“Mau kemana kamu?” tanya Rian dari kejauhan.

Rain berbalik. “Pulang, lah!” seru Rain.

Rian geleng-geleng kepala. Ia menyusul Rain lalu menarik tangan gadis itu menuju mobilnya. “Kamu itu teman Naldi, artinya kamu temanku juga. Kalau sampai aku biarkan kamu terluka, aku akan merasa bersalah pada Naldi," ujar Rian. Rain tersenyum puas. Ia ikut saja kemana Rian membawanya asalkan ia akan pulang dengan selamat. Rain sendiri juga tidak berani pulang sendirian naik angkot jika sudah malam seperti ini.

My rainy season (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang