My rainy season (End)

Pengecut

Kamu ingin membicarakan apa?" tanya Sisca membuat Rainy terperanjat karena masih terpaku dengan lamunannya.

Rain mengusap dada. "Itu, tadi di kantin sekolah aku lihat Abbey dan Aileen," jawab Rainy.

“Aku sudah bilang jangan bertemu mereka lagi!" Sisca berkacak pinggang.

Rain menggeleng. "Dengar dulu! Aku memang lihat mereka mesra sekali. Namun perasaanku baik-baik saja, Sis. Maksudku, aku tidak cemburu ataupun sakit. Aneh, 'kan?"

Mendengar cerita itu, Sisca mengedipkan matanya. "Baguslah, terus alasannya apa kamu terlihat gundah seperti itu?"

Teras rumah Sisca saat itu masih sepi. Terdengar suara jangkrik memecah malam yang sunyi. Angin bertiup menggoyangkan pohon cemara yang tumbuh mengelilingi kolam renang. Ada jeda diantara obrolan Rain dengan Sisca. Terdengar beberapa kali Rain mendengus. Kepalanya menunduk dan ia menatap kosong ke arah lantai keramik teras rumah itu.

"Aku terus memikirkan dia," jawab Rain

“Siapa?” tanya Sisca heran. Lagi-lagi Rain mengggeleng. Terlihat jelas ia masih ragu mengatakan isi hatinya pada Sisca. Mau tidak mau itu membuat Sisca harus menebak sendiri. “Rian?”

Rain mendesah. Kemudian ia mengangguk pasti. "Itu artinya kamu suka padanya," komentar Sisca.

Rainy lebih memilih menggeleng. "Aku hanya peduli. Karena ia juga peduli padaku. Aku tidak mau jatuh cinta, Sis. Apalagi dengan Rian. Itu tidak mungkin ujungnya, aku malah akan merasa sakit. Sama seperti yang aku rasakan pada Abbey dulu," keluh Rain.

“Kenapa kamu jadi pengecut begini, sih?" timpal Sisca.

“Lebih baik jadi pengecut daripada disakiti karena hal yang sama."

“Aku bisa mendapatkan Naldi, kenapa kamu tidak bisa mendapatkan Rian?" Sisca berusaha menyemangatinya.

“Karena kamu cantik, kaya dan populer. Lalu aku ini apa? Bahkan ayahku sendiri membuangku di terminal. Apa lagi orang lain, Sis. Banyak alasan membuat aku mudah suka pada Rian. Tapi tidak ada alasan ia suka padaku." Saat mengatakannya, Rain bahkan tidak menatap Sisca sama sekali.