"Kenapa masih berdiri disini ? Apa ada yang tertinggal ?" Jung Soo menegur Henry yang berdiri di samping mobil sembari membenarkan letak dasi Henry yang sedikit miring.
"Emm Hyung,mengapa Kibum dan Hae Hyung tak berangkat bersama kita ?" Henry menunduk menatap sepatunya Menghindar dari tatapan Jung Soo .
"Wae ? Kau keberatan jika hanya aku yang mengantar ?"
"Bukan begitu ! Hanya saja semua terasa berbeda,apa mereka membenciku Hyungie ?" Henry mengangkat kepalanya menatap Jung Soo dengan bibir bergetar .
"Hey...hey dengar Henry-ah mereka tak mungkin membenci mu,tak ada seorang Hyung yang membenci adiknya" Jung Soo membawa Henry kepelukan nya. Menepuk pucuk kepala Henry beberapa kali.
"Kenapa ?"
"Apa ? Kau bertanya apa Henry-ah ?"
"Jika tak ada kakak yang membenci adiknya lalu mengapa Kim Jung Soo bisa membenci Cho Kyuhyun ? Kenapa kau membenci adikmu Hyung ? Kenapa ?"
DEG
Henry melepas pelukan mereka lalu menatap Jung Soo tepat di bola mata. Tatapan Henry begitu menuntut sedangkan Jung Soo diam tanpa kata. Kata-kata Henry seakan menampar dirinya.
Wajah Jung Soo berubah datar. Ia tak suka topik tentang apapun yang berkaitan dengan anak yang menurutnya pembawa sial itu.
"Sudah lah jangan membahas nya lagi ! sekarang masuk ke sekolah mu dan kabari Hyung jika kau sudah keluar "
Jung Soo berlalu dari hadapan Henry, memasuki mobil dan mulai membelah jalanan kota Seoul yang cukup padat di Senin pagi.
Di dalam mobil Jung Soo mengingat kembali pertanyaan yang Henry ucapkan tadi.
Tentang apa alasan dirinya membenci seorang Cho Kyuhyun.
Membenci anak yang dulu Jung Soo akui begitu menggemaskan.
Flashback
"Jadi dia anak yang di perut mu sekarang adalah anak haram ?" Tuan Kim berdiri memandang dingin pada Nyonya Kim yang bersimpuh di kakinya.
"Tidak ! Anak ini bukan anak haram ! Ia anakmu ! Tidak kah kau merasakannya ?" Nyonya Kim mendongak menatap dengan mata yang sudah basah,ia memegang tangan Tuan Kim, membawanya ke arah perut nya yang sudah membuncit siap melahirkan. Ia harap Tuan Kim bisa merasakan nya. Seseorang yang hidup di dalam sana adalah darah dagingnya. Mahluk yang hadir karena perbuatannya.
Tapi belum sampai ke permukaan perut Tuan Kim menghempaskan tangan ringkih Nyonya Kim. Membuat wanita kepala tiga itu nyaris terjungkal karena tak siap membuat Nyonya Kim kembali tergugu .
"Kau pikir aku percaya pada mu,sekali jalang memang tetap jalang ! Aku menyesal memungut mu dulu, andai aku tak tergoda akan sifat sok polos mu, cihh aku sangat sangat menyesal menikah dengan seorang yang kotor lagi hina seperti mu ! Dan jika ingin ku ingatkan lagi. Dulu pun kita melakukannya sebelum resmi menikah. Jadi mau anak ku atau bukan dia tetaplah anak haram " Tuan Kim menjambak Surai hitam si wanita. Mengangkat kepala yang tadinya menunduk untuk menatapnya.
Sudut mata Nyonya Kim memandang figura yang terpasang di ujung tangga.
Potret sang Nyonya Kim terdahulu. Dia Choi Hana. Isteri pertama Tuan Kim yang baru meninggal 3 bulan lalu.
Ia hanya bisa tersenyum miris sat menyadari perbedaan nasib antara dirinya dengan Choi Hana. Tuhan memang tak adil. Ia yakin itu .
"Aku ingin kau mati ! Mati bersama bayi mu dan membusuk lah di neraka , atau jika kau masih ingin hidup, bunuh anak haram mu lalu pergi dari hidup keluarga ku , pergi kemana pun , pergi ke tempat yang tak ku ketahui karena jika suatu saat aku mendengar berita atau apapun tentang mu, aku bersumpah akan menghabisi mu sat itu juga " Tuan Kim melepaskan rambut yang sekarang terlihat kusut dengan keras,membuat kepala itu terktuk lantai dingin itu dengan keras.

KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE
Fanfiction[ PRIVATE ACAK ] [BELUM DI REVISI] "Bagiku keluarga itu omong kosong yang memuakan". - Cho Kyuhyun "aku pernah berjanji untuk selalu mengingat mu tak peduli sejauh atau selama apapun kita terpisah".- Cho Kibum