Hafsah maryam
2010
Aku seorang mahasiswi tingkat akhir jurusan bahasa arab disebuah universitas islam di Pekanbaru Propinsi Riau.
Umurku 23 tahun, Aku bukanlah orang riau asli... orang tuaku dari Sumatera Barat dan mereka menetap di Padang...
Seperti biasa hari ini aku terburu buru berjalan ke kampus, ini sudah hampir telat... tapi untungnya tempat kos ku tidak terlalu jauh dari kampus.
Sambil menyandang tasku dan menenteng beberapa buku aku bergegas menyusuri koridor kampus. Sambil sesekali melihat jam ditanganku. Masih belum terlambat pikirku.
Akhirnya aku tiba dikelas... aku bersyukur dosen ku belum masuk, karena kelas pertama hari ini dengan Ustaz Abdi dosen bahasa arab beliau terkenal ontime, dan tidak suka jika mahasiswanya terlambat masuk. kulihat teman temanku sudah duduk di tempatnya masing-masing.
Di kelas kami laki laki duduk di bagian depan dan perempuan di bagian belakang... pandanganku tertuju pada May yang sedang melambaikan tangannya padaku, May adalah teman dekatku.
Setelah duduk dibangkuku... tidak lama Ustaz Abdi masuk, tak lupa beliau mengucapkan salam...
Semua mahasiswa dan mahasiswi sangat mengagumi ustadz Abdi... selain cerdas semua materi yang dia ajarkan bisa dicerna dengan mudah. Tidak melulu serius, beliau juga suka bercanda.
Sebenarnya ustadz Abdi baru 3 tahun ini menjadi dosen di kampus kami.Aku masih ingat sewaktu dia pertama kali mengajar hampir semua mahasiswi suka membicarakannya... selain cukup tampan dia tinggi dan berkarisma, pandangannya selalu dijaga jika berdiskusi atau sekedar mengobrol dengan mahasiswi.
Tapi semua berubah ketika kami dapat kabar kalau ternyata dia sudah menikah. Sebagian temanku merasa patah hati... tapi aku sendiri tidak terganggu dengan itu, karena memang yang aku pikirkan saat itu hanya ingin belajar dengan rajin dan segera lulus.
Sebagai perempuan yang dibesarkan di keluarga islami... aku tak mengenal pacaran. Yang aku tau jika aku menikah, orang tuakulah yang mencarikan jodoh untukku nanti.
Bohong jika dalam pejalanan hidupku aku tak pernah tertarik dengan laki-laki, itu pernah terjadi tapi biasanya aku tepis pikiran itu dan berusaha menghilangkannya.
Kadang aku perbanyak puasa sunat... dan Alhamdulillah aku selalu berhasil sejauh ini.
Ustadz Abdi adalah dosen pembimbing skripsiku, jadi aku terkadang suka menemui dia dikantornya, untuk berdiskusi atau bertanya... dia cukup ramah meski tak pernah melihat wajahku tapi ketika berbincang aku sering melihat dia tersenyum.
Hari itu ustadz Abdi meminjamkan sebuah buku untuk reverensi skripsiku,
"Coba baca ini, bagus untuk reverensi" ujarnya sambil memberikan sebuah buku padaku
"Syukron ustadz, nanti saya kembalikan secepatnya" aku meraih buku yang di tangannya..
"Tak usah buru-buru" katanya lagi.
Dirumah aku membuka buku itu.. setiap halaman aku baca perlahan, tiba di satu halaman ada selembar kertas sebesar amplop... disana tertulis

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati
SpiritualSiapa yang ingin menjadi yang kedua? apalagi jika kamu bisa memilih untuk menjadi yang pertama... bahkan jadi satu satunya. tapi bagaimana jika hatimu lebih pengalah dari akalmu? hatimu lebih lemah dari egomu? hatimu lebih memilih sakit dari pada p...