" manusia biasa" mungkin itulah agaknya kata yang tepat untuk mendefinisikan siapa Abdi.
Benar dia seorang yang mengerti dan faham agama... dan benar jika banyak orang berharap dia akan menjadi seseorang yang bisa mengendalikan dirinya.
Tapi soal 'hati'...
Ayolah... dia hanya manusia biasa yang tak luput dari ujian, mungkin inilah ujiannya.Bukankah Singa gurun lebih mudah dikekang daripada Hati.
Abdi
Astagfirullah...
Saya hanya bisa berucap itu setiap saya teringat kejadian tadi dengan Hafsah.Makanan dipiring inipun tak lagi tersentuh... perasaan menyesal sekaligus lega bercampur dan saling mengalahkan didalam hati.
Wajahnya yang terkejut tak bisa saya artikan... entah itu memang terkejut atau benci dan marah.
Sudah sejak lama...
saya jera ingin menikahi Hafsah tapi, ketika wajah itu terlihat lagi rasa yang sudah lama hampa kini mulai berdetak.Hati yang membeku mulai berembun, saya baru sadar ternyata selama ini
wajah itu tak pernah pergi... dia bersemayam dihati saya, bersembunyi direlung hati terdalam bahkan tanpa saya sadari."Hafsah... saya hanya lelaki tua yang tak tau diri" berulang kali kata kata itu melintas di pikiran saya yang kacau
Siapa yang ingin menikahkan putri berharganya dengan duda yang pernah menyakitinya dulu...
Normal dan sangat bisa dipahami jika Hafsah sudah tak mau lagi berurusan dengan saya, saya sadar.Tapi... selama hidup, baru kali ini saya ingin memiliki sesuatu yang saya dambakan. Dan saya mau berjuang sampai akhir...
Andai Allah memberikan saya satu kesempatan lagi, oh Tuhan...rasanya malu untuk meminta ini padaMu ya Rabb, tapi andai kesempatan itu ada... saya akan rela menghadapi semua rintangan bahkan semua penolakan dari orang tuanya...
Saya akan berusaha keras meyakinkan mereka untuk menerima saya... meski itu butuh waktu, asalkan Hafsah memberi satu kesempatan lagi.
Yang saya butuhkan hanya satu kesempatan.
Malam semakin larut... tak ada tempat selain Allah tempat meminta.
Hafsah
Malam ini hujan membasahi bumi... memberikan sedikit sentuhan dingin di hangatnya cuaca Padang.
Masih terlihat jelas wajah Ustad Abdi ketika dia mengatakan 'Rindu'
Kata kata yang seharusnya terdengar manis itu malah terdengar Frustasi... putus asa dan begitu sakit.
Kenapa??
Kenapa harus sekarang??
Kenapa harus saat ini??Aku tak pernah membayangkan hal seperti ini... kenapa setiap berhubungan dengan Ustad Abdi selalu terasa rumit...
Seharusnya aku tak memikirkannya lagi... sudah cukup!!
Ya Allah... kenapa hati ini terasa sesak? Perasaan apa ini?
Semakin malam semakin sulit mata ini tertidur...
Hal hal yang membuat bimbang datang silih berganti, akhirnya pesan dari feri membuyarkan lamunanku...
Assalamualaikum... sudah tidur ya non?! Aku baru pulang kerja. Tadi siang bener-bener sibuk, aku ga sempet ngabari. Mimpi indah ya non...
**Entah jam berapa aku tertidur semalam, namun kini suara azan subuh menyusup kedalam kamarku...
Ku coba bangkit dari kasur perlahan, kepalaku masih pusing mungkin karna kurang tidur... ku ambil air wudlu dan segera sholat, menunaikan tugasku diawal hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati
ДуховныеSiapa yang ingin menjadi yang kedua? apalagi jika kamu bisa memilih untuk menjadi yang pertama... bahkan jadi satu satunya. tapi bagaimana jika hatimu lebih pengalah dari akalmu? hatimu lebih lemah dari egomu? hatimu lebih memilih sakit dari pada p...