bagian 4

2.4K 125 2
                                    

Hafsah

Aku sedikit malu ketika mama menyuruhku membawa air minum ke ruang tamu, ini pertama kalinya aku bertemu Ustad Abdi di luar kampus, tapi tak kupungkiri ada rasa senang yang menggelitik di lubuk hati.

Gemetar tanganku ketika meletakkan gelas dimeja, aku yakin bukan hanya Ustadz Abdi yang melihatnya tapi papa juga.

Aku duduk di samping papa...
Ku lihat pandangannya menunduk ke meja sambil sesekali memandang papa,

Kurasa susah payah dia untuk tidak melihatku, aku melihat gugup di wajahnya meski tak mengurangi kharismanya... dia duduk tidak bersandar, kemeja berwarna biru yang ia kenakan menambah ketampanannya, dengan lengan baju sedikit digulung...

Ada perasaan aneh yang memenuhi ruang hatiku... lebih dari suka!

"Hafsah, panggil mamamu"

"Baik pa..."

Aku segera beranjak dari kursi... segera menuju dapur. Kulihat mama membawa kue bolu dalam piring,

"Ma... papa manggil"seruku

"Iya..., kamu masuk kamarmu dulu" mama bicara sambil berlalu dihadapanku.

Sebenarnya aku kecewa disuruh kekamar, tapi aku tahu ini adab.

Abdi

Ibu dan bapak sudah duduk dihadapanku... tapi Hafsah tidak keluar lagi.

"Jadi ada kabar apa nak Abdi?"
Bapak memulai pembicaraan

Aku tarik nafas untuk menghilangkan gugupku...
"Saya kesini ingin meminang Hafsah pak"

"Tapi bapak dengar dari Hafsah nak Abdi sudah punya istri, betul"

"Iya pak, saya sudah menikah..."suara saya gemetar "andai bapak dan Ibu ridho saya ingin menikahi Hafsah..." rasanya tak bisa saya lanjutkan kata-kata saya

"Sebagai istri kedua?" Ibu menimpali

"Iya bu..."
Jujur saya pasrah apa yang akan terjadi...

"Apa istri nak Abdi setuju?"lanjut Ibu

"Insyaallah... beliau meridhoi bu, saya kesinipun atas izin dan saran istri bu"

"Punya istri dua tidak mudah nak, bukan hanya masalah sunnah nabi,bukan hanya mencari keturunan tapi juga harus bisa adil..." bapak mencoba meyakinkan saya

"Iya, saya sadar itu pak" saya sudah tak tahu harus bicara apa, ketidak percayaan diri datang menyusup dihati.

"Hafsah..."tiba-tiba bapak memangilnya

Tak lama hafsah keluar dan duduk di samping Ibu... sekilas kupandang wajahnya untuk menguatkan tekadku

Hafsah

Aku merasakan ada sedikit ketegangan di ruangan itu ketika aku masuk...

"Hafsah... nak Abdi datang meminangmu" terang papa padaku
"Tapi tentu kamu sudah tahu kalau dia sudah mempunyai istri"lanjutnya

"Iya pa...Hafsah tahu"

"Jadi bagaimana pendapatmu?"

Aku hanya diam... menunduk

"Tidak apa, bicaralah" suara papa lembut

Ku lihat Ustadz Abdi diam pandangannya tetap kebawah

"Pa..ma... Hafsah tidak akan melakukan apa yang papa mama larang, jika mama dan papa setuju Hafsah merasa senang. Tapi jika papa dan mama tidak setuju Hafsah Ikhlas" aku yakin sudah menjawab dengan benar... dan papa pasti mengerti.

Dua Hati Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang