6 bulan telah berlalu semua tampak normal... Abdi dan Ulfa terlihat tak sabar untuk menyambut kelahiran anak mereka yang sudah memasuki bulan ke sembilan.
Sedangkan Hafsah sibuk dengan kegiatan barunya, dia mengajar bahasa Arab di sebuah boarding school di kota padang.
Abdi dan Hafsah menjalani hubungan yang unik, hampir setiap bulan Abdi mengirimi hadiah2 untuk Hafsah entah itu buku atau hadiah lainnya,
Dan selalu menyertakan surat didalamnya.Hafsah
Hari ini datang kiriman dari Ustad Abdi... meski tiap bulan, entah kenapa aku selalu deg degan tiap kali menerimanya. aku tak sabar baca surat darinya...
Padahal hanya beberapa kalimat saja, tapi itu cukup membuat pipiku merona...
Mungkin untuk beberapa orang hal itu tak romantis, tapi bagiku yang belum pernah menyukai laki-laki adalah hal yang istimewa.
Tapi tiba tiba papa memanggilku,
"Papa punya kejutan untukmu..." Serunya
Kulihat amplop ditangan papa, dia memberikannya padaku... Wajahnya penuh antusias.
Perlahan kubuka amplop itu, betapa terkejutnya aku... Ini pemberitahuan penerimaan beasiswa ke Madinah
"Tapi aku tak pernah mendaftar?" Tanyaku bingung
"Papa yang daftar..." Jawab papa yang masih terlihat senang
Aku hanya termenung...
"Bukannya ini adalah impianmu melanjutkan S2 di luar negri? Apalagi ini beasiswa" ibuku ikut menimpali.
memang betul ini impianku, Tapi itu dulu sebelum ada Ustad Abdi.
Aku masih bingung, ku tatap lembaran kertas yang tergelatak di meja belajarku... Dan terngiang kata-kata papa tadi sebelum aku masuk ke kamar
" Nak, mungkin ini jalan yang di beri Allah untuk menyelesaikan masalahmu"
Jujur aku tak pernah berfikir lagi untuk melupakan Ustad Abdi, aku hanya mengikuti kata-katanya untuk menuggu, tapi aku juga sadar entah sampai kapan seperti ini.Datang tanya di hatiku... Apa semua akan seperti yang ku harapkan?
Bayangan Ustad Abdi memenuhi fikiranku, aku sudah terlanjur sayang padanya... Aku sudah jatuh cinta padanya.
Apa yang harus kulakukan...
Malam itu aku tidak bisa tidur, hatiku gelisah... Keputusan apa yang akan aku ambil.Akhirnya didalam keheningan malam didalam kegelisahanku, didalam ketidak mampuanku... ku basuh wajahku dengan air wudhu dan kembali sujud memohon petunjuk padaNya.
***
Sudah dua hari sejak kedatangan surat itu, aku telah putuskan untuk memberitahu Ustad Abdi. Aku ingin mendengar pendapatnya...
Aku menelponnya dan memceritakan semua, ku dengar dari kejauhan suara helaan nafasnya... Dia diam, dia seperti tak berdaya.
"Apa yang harus saya lakukan..." Suaranya terdengar pasrah
"Maafkan saya, karna sudah bikin susah" aku hanya mencoba menghiburnya.
Dia meminta waktu satu malam ini untuk berfikir.
Abdi
Sudah pukul 5 sore, dan saya masih duduk di dalam mesjid ini... Saya tak beranjak dari setelah solat ashar tadi.
Berzikir, itulah yang bisa saya lakukan ditengah kegalauan hati. Apa yang seharusnya saya katakan pada Hafsah... Beasiswa ini adalah kesempatan untuknya, tapi bagaimana dengan kami? Apa ini akan baik-baik saja?!
Selama perjalanan pulang saya banyak berfikir, sebegitu sulitkah untuk kami bersatu? Atau memang Allah tidak menghendaki kami bersama. Apakah berpisah adalah akhir bagi kami?
Satu persatu keraguan datang silih berganti...
Setiba di rumah tak ada seorangpun, rumah terkunci. Kemana Ulfa?
Saya buka HP... Ternyata ada 5 kali panggilan dari Ulfa 3 jam yang lalu, ternyata dari tadi dia telpon. Ketika akan telpon balik tiba tiba Ibu menelpon"Di... Kamu dimana? Cepat ke Rumah sakit, Ulfa sudah masuk ruang bersalin" suara ibu sangat khawatir
Tak berfikir lagi, langsung saya bergegas menuju Rumah sakit tempat Ulfa dirawat. Perasaan takut dan senang bercampur jadi satu...
Inilah waktu yang ditunggu-tunggu, rasanya tak percaya hari ini akan tiba.Setiba di RS saya diberitahu bahwa anak kami telah lahir dengan selamat begitupun dengan Ulfa, dia sehat.
MasyaAllah tak terkira kebahagian yang saya rasakan ketika pertama kali menggendong dan mengazani putra kami.
Ada titik airmata yang jatuh di sudut mata... Saya menjadi seorang ayah sekarang.
Saya peluk Ulfa, saya kecup keningnya... Wajahnya masih lelah.
Malam itu tak ada sedikitpun saya memikirkan hal lain, hanya kebahagian yang menyelimuti kami sekeluarga.
***
Hafsah
Setelah semalaman rasa penasaran yang terus mengganggu tidurku akhirnya usai, dan pagi yang kutunggu tiba, hari dimana jawaban dari Ustad Abdi akan mempengaruhi masa depanku...
Pagi berganti siang, siang berganti malam... Tak ada satupun kabar dari Ustad Abdi, apa dia masih bimbang? Pikirku. Jujur sebenarnya aku hanya berharap dia melarangku pergi, oh tuhan aku sepertinya sudah tak waras
Jam 9 malam ada sms masuk ke HPku... Aku harap itu dari seseorang yang kutunggu
"Assalamualaikum
Hafsah, saya mohon maaf baru memberi kabar.
Sore kemarin Ulfa melahirkan, anak kami laki-laki... Alhamdulillah keduanya sehat.Mengenai yang kita bicarakan kemarin saya berharap tidak pernah mendengarnya, tapi saya sadar itu adalah kesempatan yang baik untukmu.
Hafsah, jika ada yang akan melarangmu untuk pergi mungkin hanya saya seorang, tapi setelah banyak berfikir saya sadar... Yang saya inginkan bukanlah itu, saya ingin Kamu ambil kesempatan ini.
Ini bukan keputusan yang mudah, namun kamu berhak mendapatkan segala yang terbaik.Demi Allah saya berharap yang terbaik untukmu.
Maafkan jika selama ini saya egois, saya mencintaimu karna Allah
Sungguh berat keputusan ini Hafsah, Mohon kamu mengerti...Abdi
Tak ada kata kata yang keluar kecuali air mata yang terus mengalir...
Inilah akhirnya...
Ya Allah... Hatiku sakit, aku merasa dikhianati, hanya isak tangisku yang terdengar di kamar yang sunyi ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/139071372-288-k497456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati
SpiritualSiapa yang ingin menjadi yang kedua? apalagi jika kamu bisa memilih untuk menjadi yang pertama... bahkan jadi satu satunya. tapi bagaimana jika hatimu lebih pengalah dari akalmu? hatimu lebih lemah dari egomu? hatimu lebih memilih sakit dari pada p...