Malam menjadi terasa panjang baik bagi Hafsah, Feri dan Ustad Abdi.
Hafsah
Aku berusaha mencerna satu persatu kejadian hari ini. Kenapa ustad Abdi ada disini?
Lalu pernyataan cinta dari feri...Hatiku yang selama ini tenang dan damai... malam ini terasa kacau.
"Benar... ini adalah apa yang ku impikan" pikirku
Feri adalah lelaki yang tepat untukku
"Tapi kenapa hatiku terasa sesak? Seperti ada yang mengganjal...
Tidak... ini bukan karena ustad Abdi, bukankah dia sudah membuat luka dihatiku? Dihati orngtuaku?!
Tidak...! Aku tak mau berurusan dengannya lagi.
Hafsah terus bergulat dengan hatinya... tak lain dengan Feri ia sudah berbicara dengan bundanya tentang rencana meminang Hafsah.
Feri
"Tapi fer, apa orang tua hafsah suka dengan kamu? bunda tu segan sama keluarga Hafsah" bunda tampak khawatir
"Aku juga ga tau bun, tapi apa yang membuat bunda khawatir?"
"Keluarga Hafsah itu keluarga baik-baik, cukup disegani sama tetangga disini... bunda cuma khawatir kita tak cukup sepadan dengan mereka,
...apalagi kamu bukan orang yang ahli agama, berbeda dengan Hafsah...
...tentulah orang tuanya ingin yang lebih dari Hafsah" bunda menatapku dengan seksama.
Aku mengerti perasaan bunda, aku mendekati bunda... dan merangkulnya,
"Aku memilih hafsah karena dia mempunyai kelebihan yang tidak aku miliki... untuk menjadi menantu bunda dan Ibu dari anak-anakku kelak, dia adalah gadis yang tepat.
...tapi anak bunda ini, bukannya tanpa kelebihan kan?!" Aku tersenyum pada bunda
"Tentu...! maafin bunda ya fer, bunda seharusnya ngedukung kamu" nampak bunda menyesal
"Hahaha... ga apa-apa bun, bunda yang paling tau kelebihan dan kekurangan aku" kupeluk bunda dengan erat.
Ya...memang setiap Ibu adalah yang paling mengenal siapa anaknya.
Abdi
Sejak perceraian dengan ulfa, saya tak pernah menyangka akan dipertemukan lagi dengan Hafsah.
Meski besar harapan saya untuk berjumpa dengannya, namun sudah cukup malu rasanya hati ini jika masih berharap memilikinya.
Namun semua sirna ketika melihat gadis itu, saya benar-benar tak bisa menahan hati yang sudah terlanjur suka ini.
Hafsah bagaimana denganmu? Apa dirimu sudah ada calon?
Pertanyaan itu begitu ingin keluar dari kepala saya...Hafsah.... saya ingin sekali bicara denganmu, tapi saya khawatir kamu menolaknya.
Astagfirullah...
Akhirnya saya ambil air wudhu dan menyerahkan kegelisahan hati ini kepadaNya dalam sujudku.
Malam yang panjang...
***
Tiga hari berlalu... kali ini beberapa orang yang dinyatakan lulus tes wawancara, di tes lagi untuk mengajar didalam kelas.
Sambil dinilai oleh dua orang dosen senior disana...
Bagi Hafsah mengajar bukanlah yang pertama kali, jadi kali ini bukanlah tes yang terlalu sulit baginya,

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati
SpiritualSiapa yang ingin menjadi yang kedua? apalagi jika kamu bisa memilih untuk menjadi yang pertama... bahkan jadi satu satunya. tapi bagaimana jika hatimu lebih pengalah dari akalmu? hatimu lebih lemah dari egomu? hatimu lebih memilih sakit dari pada p...