Setahun yang lalu...
Abdi
Saya sedang bermain dengan sikecil fatih ketika Ulfa tiba-tiba datang dan menyodorkan hp sembari merengut
"ini siapa?"
"Itu mahasiswi dikelas minta izin ga masuk... kan dinda bisa baca" saya menjawab
"Kok bahasa nya gini?" Ketusnya
"Biasalah , anak-anak jaman sekarang" saya terus berusaha menenangkannya
Dalam bulan ini entah berapa kali Ulfa curiga dan merajuk... Hp saya selalu diperiksa bahkan email saya terkadang dibukanya, keadaan ini sudah berlangsung sepanjang tahun tepatnya sejak dia melahirkan.
Awalnya saya berfikir ini hanya baby blues dan akan segera kembali normal. Tapi ternyata semakin hari tindakannya semakin berlebihan.
Saya tahu Ulfa mungkin ketakutan saya akan menghubungi Hafsah atau sebaliknya. Padahal tak sekalipun kami berkomunikasi sejak kami berpisah.
Saya benar-benar dibuat bingung oleh Ulfa...
Pernah malam itu ketika saya sedang diteras... saya tak sadar ketika Ulfa datang membawakan kopi dan beberapa kali memanggil saya. Sampai akhirnya dia menepuk bahu dan mengejutkan saya dari lamunan.
"Mikirin apa sih bang? Sampe tak dengar dinda manggil...mikirin dia ya?!" Ujug ujug dia membuat saya tak nyaman lagi
"Apa sih din! Abang memikirkan seminar besok..." jawabku setenang mungkin
"Hmmm.. Alasan, paling juga kepikiran dia lagi"
Saya menghela nafas panjang, saya tak tau harus berkata apalagi untuk meyakinkan Ulfa.
"Abang ngantuk...ayo tidur!" Jawabku sambil beranjak dari kursi
Dan Ulfa mengikuti dari belakang
"Tuh kan...! Klo ketahuan pasti ngeles" tuturnya lagi, membuat langkahku terhenti di ruang tamu.
"Bang...bang... kita tu udah punya anak, harus inget... kita punya tanggung jawab" dia masih merasa tak puas
"Dinda... ini sudah malam. Cukup ya" saya mengambil cangkir kopi ditangannya dan membawa kedapur.
Sekilas Saya mendengar Ulfa masih menggerutu...
Tak terminun kopi ditangan, saya hanya berulang kali menghela nafas dan beristigfar berulang-ulang.
**Ditempat tidur saya berusaha memejamkan mata... sedangkan Ulfa berbaring menyamping.
"Bang...abang tau kan kenapa dinda begini?!" Suara Ulfa membuatku membuka mata
...dinda tu takut abang belum melupakan Hafsah" lanjutnya
Ada ngilu dihatiku saat Ulfa menyebut namanya...
"Dinda... sampe kapan kamu ga percaya sama abang?" Saya menatap matanya
"Abang harus buktikan... karna firasat dinda abang masih memikirkan dia" jawabnya sambil bangkit duduk
"Ya Allah dek, kayak mana abang membuktikannya?" Saya pun bangkit
"Sejak kita memutuskan hubungan dengan dia, adek ngerasa Abang tak seperti dulu lagi" air mata mulai menetes dipipinya
...abang tak seromantis dulu lagi, abang seperti orang asing" lanjutnya sesegukan"Jujur... abang masih merasa bersalah. Hanya itu" ucapan itu keluar begitu saja dibibirku
"Apaa..., sudah dinda duga, ternyata abang masih menyukainya" Ulfa mulai emosi
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Hati
SpiritualSiapa yang ingin menjadi yang kedua? apalagi jika kamu bisa memilih untuk menjadi yang pertama... bahkan jadi satu satunya. tapi bagaimana jika hatimu lebih pengalah dari akalmu? hatimu lebih lemah dari egomu? hatimu lebih memilih sakit dari pada p...