Luhan sedang menyuapi Jungkook yang masih harus dirawat di Rumah Sakit, ini sudah 3 hari sejak operasi. Jungkook begitu bahagia ketika mendengar bahwa bayinya baik-baik saja, hal tersebut membuat ia sedikit melupakan fakta tentang masalahnya dengan Taehyung.
Dan 3 hari itu pula dirinya enggan bertemu dan tidak pernah mengijinkan Taehyung menemuinya. Tetapi yang tidak Jungkook ketahui adalah— setiap malam ketika dirinya terlelap, Taehyung selalu menemui dirinya guna memberi kecupan sayang dan kata-kata cinta padanya.
"Hyung, apel atau jeruk?" suara Jinyoung terdengar, sontak membuat sang kakak menoleh.
"Apel saja." sahut Jungkook lirih, kemudian kembali memusatkan atensi pada Luhan yang sedang menyuapi nya.
Luhan sendiri tersenyum, ia sedikit lega ketika Jungkook tidak marah padanya— hanya sedikit kecewa. Jungkook mengatakan, bagaimana pun Luhan dan Sehun lah yang mengurus dan membesarkan dirinya sejak kecil dengan penuh kasih sayang, menganggap dirinya seperti anak kandung mereka sendiri.
"Kau masih tidak mau bertemu dengan Taehyung?" Luhan membuka suara.
"Eomma, aku sudah membicarakan nya—"
"Tidak Jungkook, dia adalah suamimu. Eomma yakin, dia memiliki alasan melakukan itu semua untukmu."
"Untukku?" Luhan mengangguk samar, meraih telapak tangan sang anak untuk ia genggam kemudian melanjutkan;
"Taehyung selalu memastikan dirimu tidak kekurangan, memastikan segala sesuatu untukmu terpenuhi, dia melakukannya agar kau senang. Taehyung selalu berkata pada Appamu, akan selalu membuatmu bahagia— dengan cara apapun. Seharusnya kau melihat perjuangannya, sayang."
"Tapi dengan cara yang salah, aku membencinya eomma.. dan tentang memperkosa— dia jahat sekali."
"Dia tidak salah Jungkook, bahkan Taehyung dijebak dan tidak sadar saat itu. Dia tidak tahu apa-apa, jangan menyalahkan dirinya yang bahkan tak mengetahui apapun. Dan apa kau ingin tahu sesuatu?" Jungkook menatap Luhan dengan penuh minat.
"Taehyung melihat dengan kedua matanya bagaimana tubuh ayahnya terpotong beberapa bagian, dan kepala ibu nya yang tergeletak diatas meja kerjanya. Apa kau bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi Taehyung?" menarik napas sejenak sebelum kembali melanjutkan;
"1 minggu sejak kematian orang tuanya, Taehyung berubah. Dia bahkan melakukan percobaan bunuh diri beberapa kali. Taehyung mungkin hidup, tapi tidak dengan hatinya. Hanya kekosongan dan frustasi begitu besar yang aku lihat. Dan sepertinya Tuhan berbaik hati mempertemukanmu dengan Taehyung. Ketika itu terjadi, dia berubah menjadi Taehyung yang lebih hidup, Taehyung yang mungkin telah menemukan alasannya untuk tetap berpijak di dunia."
"Dulu kau mampu mengubahnya, Jungkook. Kau mengubah hidup Taehyung. Kau bahkan sekarang bisa kembali merubah Taehyung menjadi lebih baik lagi. Cinta dan kasih sayangnya begitu besar untukmu, dia membutuhkanmu dan kau pusat dunia nya, jadi kuharap kau mengerti apa yang eomma katakan."
Jungkook menunduk, menangis dengan sesenggukan. Menyadari bahwa hidup Taehyung lah yang lebih tersiksa dari siapapun, termasuk dirinya. Taehyung yang begitu kuat melewati segala cobaan dihidupnya. Jungkook berpikir, bagaimana hidup suaminya jika tak pernah bertemu dengan dirinya?
Taehyung hanya dibutakan oleh besarnya cinta pada Jungkook, sampai melakukan hal kotor sekalipun. Dan Jungkook harus merubahnya.
Tetapi entah mengapa ia belum siap untuk bertemu dengan Taehyung, masih ada sedikit kekecewaan didalam hatinya.
"Berikan aku sedikit waktu.. sebentar saja."
••
Jungkook sudah berada dikamarnya dituntun oleh Yoongi, setelah 9 hari dirinya dirawat. Sampai sekarang Jungkook masih belum mau untuk berdekatan dengan Taehyung, sedangkan Luhan dan Sehun sudah kembali ke China 2 hari yang lalu.
"Tidak apa jika aku pulang sekarang?" ujar Yoongi pada Jungkook.
"Pulang lah hyung, dan terimakasih. Maaf juga sudah merepotkanmu.."
"Hey, jangan menganggapku sebagai orang asing. Aku hyung mu, jadi jika butuh apapun hubungi aku, okay?"
Jungkook mengangguk samar, Yoongi pun memberikan tepukan lembut pada puncak rambut pemuda manis itu sebelum keluar dari sana, menemukan Taehyung yang berdiri di depan pintu kamar, Yoongi tersenyum miris dan menahan untuk tidak menangis melihat keadaan nya yang begitu kacau.
"Bersabarlah Taehyung, kau hanya perlu memberikan waktu untuk Jungkook."
••
Pagi ini Jungkook turun dari kamarnya menuju ruang makan. Tak menemukan Taehyung, ia tidak tidur bersama— tentu saja. Dan mungkin sang suami sudah berangkat ke kantornya.
"Apa hyung tidak sarapan?" ujar Jungkook pada salah satu maid disana karena menemukan meja makan yang masih penuh.
"Tuan Kim langsung berangkat, dan beliau berpesan agar Tuan Jungkook memakan sarapannya serta meminum susu dengan teratur." detik berikut, Jungkook mengehela napas.
Apa Taehyung tidur dengan baik? Apa Taehyung juga makan dengan teratur? Pikiran Jungkook berkecamuk, karena selama dirawat sampai sekarang pun, dirinya tak pernah bertemu dengan Taehyung, sama sekali. Memang itu kemauannya sendiri, dan itu salah.
Jungkook tentu saja menuruti pesan yang diberikan, ia menghabiskan sarapannya dan meminum susu nya dengan baik kemudian kembali menuju kamar.
Sampai pukul 11 malam, ia masih menunggu Taehyung yang tak kunjung pulang, membuat nya sedikit khawatir. Tersentak saat mendengar suara ketukan sepatu menggema, karena ini malam hari dan sunyi— suara tersebut masih terdengar dengan baik dan jangan lupakan suara berat dari Taehyung.
"Istriku sudah tidur?"
"Tuan Jungkook tidak keluar kamar sejak pukul 9, mungkin beliau sudah terlelap."
Taehyung sepertinya sedang berbicara dengan kepala maid dirumahnya. Entah mengapa Jungkook tidak memiliki keberanian untuk beranjak sedikit pun dari posisi apalagi sekedar menemui Taehyung. Hingga hening menyapa dan tidak bisa mendengar kembali apa yang mereka bicarakan.
Lagi-lagi ia dibuat tersentak ketika pintu dibuka, Jungkook memilih untuk berpura-pura memejamkan mata. Sudah pasti itu suaminya, sedang berjalan dengan pelan menghampiri. Jungkook merasakan sisi ranjang yang bergerak ringan sebab diduduki, lalu usapan lembut juga ia dapat di puncak rambut.
"Song ahjumna mengatakan kau makan dan meminum susu dengan baik, teruslah seperti itu. Kau dan baby tidak boleh sakit." ujar Taehyung dengan berbisik pada Jungkook yang ia anggap sedang tidur.
"Tak apa jika kau membenci dan tidak ingin bertemu denganku, setidaknya kau masih milikku, aku hanya perlu menjaga dirimu dan baby kita dari jauh, memastikan kalian baik baik saja."
"Tidak apa, akupun akan baik baik saja selama masih dapat memandang dirimu— walaupun dalam keadaan kau terlelap seperti ini. Aku hanya tak ingin membuatmu semakin membenciku."
Jungkook tahu, Taehyung sedang menangis terisak disampingnya, sangat terdengar jelas bagaimana Taehyung mati-matian membungkam isakannya agar tak membangunkan dirinya.
Begitupun dengan Jungkook yang mati-matian menahan dirinya untuk tidak menangis. Perkataan suaminya begitu tulus sekaligus menyayat hatinya begitu dalam.
"Selamat tidur baby, kau tahu aku sangat mencintaimu." Jungkook merasakan sesuatu yang kenyal dan sedikit dingin menyentuh keningnya, bibir Taehyung. Tidak hangat seperti biasanya, dan ia juga merasakan satu tetes air mata sang suami jatuh ke pipinya.
"Aku juga mencintaimu hyung.. Sangat.."
tbc »
KAMU SEDANG MEMBACA
Drop » Taekook [ END ]
FanfictionDefinisi dari seorang Kím Taehyung; arogan yang sialnya berparas sempurna, double sial dengan harta yang bergelimpangan. Namun jangan lupakan satu ini, ia pria yang begitu benci jika teritorial nya diusik dan Jeon Jungkook merupakan salah satu, seba...