Gua duduk dengan anak-anak the jin di pertigaan. Sudah beberapa malam ini gua jarang melihat David. Padahal itu anak mau gua interogasi abis-abisan, tapi sayang doi selalu gak nongol di sini. Dan anehnya lagi seiring menghilangnya David selama beberapa hari ini, sikap Fransiska juga berubah, setiap pulang sekolah kita hanya ngobrol singkat dan dia buru-buru cepat pulang. Undangan ke rumahnya pun tidak pernah datang lagi.
Obrolan malam ini mengenai kawan kami yang bernama Idam anak Wardam. Ceritanya dia habis kena gebuk oleh preman di daerah Lenteng Agung hingga kaki kanannya patah dan barusan kami menjenguk dia di rumahnya yang masih terkulai lemas dengan wajah yang lesu.
Rencana anak-anak the jin ingin membalaskan dendam kawan kami. Tentunya lagi-lagi atas nama kesolidaritasan. Kalo gua sih biasa aja, gak terlalu menggebu-gebu untuk membalaskan dendam. Mungkin di satu tongkrongan ini cuma gua dan Bastian yang gak terobsesi sama keributan.
Gak lama suara motor King yang melengking dari knalpot chamberan mendekat dan berhenti di depan kami. Itu adalah David yang sedang membonceng Fransiska. Anak-anak yang lainnya pada bingung melihat David dan Fransiska bersama, karena yang mereka tahu selama ini Fransiska deketnya sama gua.
Mereka menatap wajah gua dan Fransiska secara bergantian.
Gua cuma tersenyum kelu melihat mereka.
Gua sudah tahu semuanya.
Gua sudah tahu tentang kedekatan mereka. Dan ternyata mereka cukup berani juga menampakan kebersamaan di depan hidung gua.
"Getok, ini maksudnya apa?" Tanya Bastian berbisik.
Gua cuma mengangkat bahu.
"Eh, monyet. Bukannya elu yang lagi deket sama Fransiska? Kok malah nyantol sama David?" Tambah Buluk ikut penasaran.
"He..he..he..kaya yang lu liat sekarang. Kenyataannya gimana?" Jawab gua masih berusaha untuk santai. Padahal hati gua hancur lebur.
"Kayanya tikungan lu di salip David ye, Rom?" Lanjut Bagol. "Apa perlu anak itu kita kondisikan? Dari pada tongkrongan ancur gara-gara cewek,"
"Ngapain sih Gol. Kita ini sesama temen, gak usah rame cuma gara-gara cewek. Si cewek sudah menentukan kok, mana yang baik dan mana yang buruk buat hidupnya. Gua sih slow aja...selama itu gak ngusik hubungan kita semua," Ada sedikit nada gak terima dari ucapan gua.
"Elu gimana sih? Harga diri lu lagi di injek-injek sama temen lu sendiri! Terus elu mau diemin gitu aja??"
"Loh harga diri gua baik-baik aja, Gol. Gak ada yang merasa di injak-injak di sini, lagian perasaan gua sama Fransiska juga cuma sebatas sahabat aja kok,"
Gantian Bagol yang sekarang wajahnya terlihat bingung.
"Yang bener lu?" Bagol masih gak percaya.
"Beneran deh,"
"Jadi selama ini elu itu beneran gak suka sama Frans? Gak yakin gua,"
"Sumpah kesamber geledek bareng-bareng gua juga berani!"
"Kalo begitu gua juga jadi lega nyet. Gua takut kita kenapa-kenapa karena masalah tai kucing kaya begini," Lanjut Buluk yang akhirnya mulai percaya.
Tapi tidak dengan Bagol, pemuda itu tampaknya masih curiga.
Fransiska & David turun dari motor. Wajah gadis itu terlihat berseri-seri. Begitu juga wajah David Muray yang tersipu malu.
"Kemana aja kalian akhir-akhir ini, kok jarang kelihatan?" Tanya Endank menyapa keduanya.
"Ada deh..mau tau aja.." jawab Fransiska. "Yang jelas kita berdua mau ngasih pengumuman nih..." lanjut Fransiska.
Otomatis seluruh perhatian anak-anak langsung menghadap ke Fransiska yang berdiri di samping David Muray.
David sendiri tampak malu-malu.
"Pengumuman apaan sih? Kayanya berhubungan sama masalah kantong gua nih? Ah, gua kaga ikut-ikutan dah.." kata Buluk berprasangka buruk.
"Eh, Luk! Kalo masalah duit-duitan lu gak usah kebanyakan bacot dah. Nenek-nenek di kampung sini juga tahu, elu itu orangnya cekak mulu!" sindir Bagol lalu ngakak.
"Busyet..ngeremehin gua nih pakde! Gua tabokin pake duit baru tau rasah luh!" balas Buluk gak terima.
"Eh..udah-udah kok malah jadi ribut sendiri..." Kata Fransiska coba mengendalikan keadaan.
"Gue disinikan mau bikin pengumuman. Kok malah jadi kalian sih yang rame?"
"Iya..iya..kaya mau kerja bakti aja pake pengumuman," Celetuk Okib.
"Emang pengumuman apaan sih?" tanya Bastian.
"Gue...." kata Fransiska dengan nada panjang, sekilas sudut matanya sempat melirik David yang terlihat malu-malu.
"Sama David udah jadian!" lanjutnya kemudian.
Deg!
Jantung gua seakan berhenti berdetak.
Ada kerusakan yang cukup parah di situ.
Eh...seriusan ini???
Eh..sebentar-sebentar!!!
Kok secepat itu? Elu kenal David baru berapa lama??
Semudah itu kah, Frans....?
"Yang bener??" tanya Endank tampak kaget.
Fransiska mengangguk cepat dengan wajah senangnya.
"Kok mau lu?" lanjut Okib juga sama terperangahnya. "Eh, maksud gua kok bisa sih?"
David langsung melempar kulit kacang ke wajah Okib.
"Maksud lu apa ngomong gitu?"
"Hehehehehehe..." Okib hanya nyengir-nyengir aja mendengarnya.
Bagol melirik gua.
Mungkin anak itu mencoba melihat ekspresi wajah gua yang kecewa.
"Waaah, kalau gitu selamat deh...gua jadi seneng ngeliat lu berdua jadian..." Bastian langsung bangkit dari duduknya menyalami David dan Fransiska secara bergantian.
"Tunggu! Tunggu! Gua gak terima!" tiba-tiba Endank berdiri dengan wajah serius.
"Kenapa?" tanya Fransiska dengan agak takut melihat wajah serius Endank.
"Gua gak terima kalau kalian jadian gak teraktir kita!!" lanjut Endank lalu tertawa.
"Setujuuuuh!!" semuanya teriak serempak.
"Sialan lu dank! Bikin gua kaget aja!" kata David yang hampir memucat wajahnya.
"Mabok lagi kita malam ini!!" Seru Okib heboh.
"David yang teraktir!!"
"Setujuuuuuuhhhh!!!" Buluk yang teriak paling keras.
Fransiska sudah menemukan tempat di mana hatinya berlabu...
Meninggalkan gua yang masih terombang ambing di tengah samudera luas ini...
Terlihat wajah Fransiska dan David yang menjadi tenang.
Semuanya tertawa, semuanya bahagia, dan ikut merayakan dengan suka cita. Hanya gua yang berusaha bahagia dan tertawa untuk mereka. Tapi gak bisa!
Ternyata kenyataan itu memang menyenangkan, untuk yang merayakannya...
KAMU SEDANG MEMBACA
BADJINGAN
Non-FictionSebuah cerita pelajar STM yang tidak sengaja masuk ke dalam Tradisi Basis (Barisan Siswa) di pinggiran Ibu kota. Hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran "musuh warisan" yang di tinggalkan oleh senior-seniornya. Dalam perjalanan menjadi anak Basis...