Cerita Fransiska

34.6K 2.1K 263
                                    

Kami kembali santai menikmati malam di taman suropati yang sunyi. Buluk tidur menelungkup di rerumputan. Sedangkan Bagol duduk tenang sambil merokok, Endank dan Bastian terlibat obrolan asik mengenai cewek bernama Mayang. Memang akhir-akhir ini di kampung kami, di gegerkan oleh gosip Mayang yang putus dengan tunangannya, jelas hal ini membuat heboh pasukan The Jin yang langsung berlomba memasang strategi untuk mendapatkan cinta gadis itu. Bahkan Buluk sampai mengajak taruhan untuk mendapatkan Mayang.

Di sisi lainnya Fransiska dan David terlihat sedang bermesraan di samping air mancur. Lantas gua berdiri di samping Buluk, kaki gua menginjak pundak Buluk dengan sengaja.

Gua melihat ke sekeliling yang di penuhi oleh pepohonan rimbun sekitar taman, gua injak-injak naik turun pundak Buluk, lalu mulai melantun kan puisi yang barusan gua karang dengan sepenuh hati.

"Tak kuasa lagi ku menahan derita ini...semua membuatku tak berdaya...Aku terpuruk dan terjatuh...di lubang TAI yang sama...oh, cinta! Mengapa engkau seperti tai yang berputar-putar dalam lubang closed? Lalu menghilang begitu saja...tanpa bekas...dan hanya meninggalkan bau...yang menyakiti hidung.." gua mulai berpuitis persis WS Rendra.

Bagol menengok ke arah gua lalu tertawa ngakak. "Itu puisi cinta atau puisi tentang tukang sedot WC, Rom?" katanya sembari melempar kulit kacang ke badan gua.

"Baca puisi sih baca puisi aja, tapi sepatu lu itu enak banget nemplok di pundak gua, lu pikir gua nyucinya di Laundry Mama Yora? Gua cuci sendiri tuh.." protes Buluk menggerundel.

"Engkong lu aja suruh nyuci!" kata gua bercanda.

"Busyet, engkong gua suruh nyuci? Kalau dia tahu cucunya yang ganteng ini, sehari-hari kerjaannye mabok mulu sama elu-elu pada bisa ngamuk die. Kalau engkong gua ngamuk lu tau? Sekali tiup bisa jadi kurus gua!" kata Buluk yang kemudian duduk sembari menepiskan kaki gua yang masih menginjak pundak nya.

"Jiaaah elah, kayanya ada yang lagi patah hati nih..." Sindir Bastian. "Kenapa sih boy kenapa? Cerita dong sama kita-kita?"

"Maaf, saya tidak mengerti apa itu patah hati? Jadi tolong jelas kan kepada saya apa itu patah hati?"

"Sok-sok an lu pake bahasa baku! Makan aje masih pake tempek!" Celetuk Bagol.

Gak lama gua liat Okib lari sambil teriak-teriak memanggil nama kami.

"Eh, itu ngapain si Okib tereak-tereakan kayak orang kesurupan?" tanya gua sambil menunjuk Okib yang sedang berlari ke arah kami.

"Kesambet kali! Gara-gara kencing sembarangan," celetuk Bagol acuh tak acuh.

Pemuda itu berhenti di dekat kami dengan nafas tersengal-sengal dan wajah pucat pasi. Beberapa kali dia mencoba mengatur nafasnya agar menjadi lebih tenang.

"Eh, Kib, udah gila lu tereak-tereakan di tengah taman?" tanya gua heran.

Okib cuma menjawab dengan Hah, huh, hah..hosh..hosh.. saja.

Nafasnya masih tersengal-sengal.

"Elu kena bengek?" tanya gua lagi.

Okib langsung menunjuk-nunjuk ke arah ujung taman.

"Apaan sih?" Gua melihat tunjukan tangan Okib tapi tidak mengerti apa yang di tunjuk anak itu.

"Hosh, hosh, hosh, gua mau di bantai orang, Tok!" Jawabnya dengan muka yang payah."lu liat nih, pipi gua kena mop sama mereka!" Okib menunjukan pipinya yang lebam.

"Bujug buseh..bisa begitu bentuknya!" Kata gua yang agak terkejut melihat pipi Okib yang bonyok. "Dimana orang yang mukul elu?" Tanya gua.

"Noh, di sono tuh orangnye..." jawab Okib masih panik.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang