Firasat Fuji

34.6K 1.9K 110
                                    

Sepanjang trotoar di seberang gereja di isi oleh pelajar sekolah kami. Zikri datang membawa kotak kardus besar di ke dua tangannya. Di sebelahnya ada Fuji yang membawa buku catatan. Mereka langsung masuk warung dan memanggil semua anak-anak dari basis kami. Ini minggu terakhir jatuh tempo untuk pembayaran jacket basis. Sekaligus memberikan jacket yang sudah jadi ke anak-anak yang sudah melunasi.

Setiap tahun ajaran baru kami memang selalu membuat baju, jacket, sweeter atau aksesoris basis. Saat ini kami membuat Jacket terakhir di masa sekolah. Karena UN tinggal beberapa bulan lagi.

Ini adalah kenang-kenangan untuk kami ketika lulus nanti.

Tentu saja Jacket Basis kami harus keren dan bagus. Karena Jacket Basis bagian dari eksistensi kami terhadap Basis lain. Kebetulan penyelenggara di tiap tahun untuk membuat Jacket Basis adalah Gua, Erik Banjir, Fuji dan Zikri. Untuk design dan warna kami mempercayakannya kepada Erik Banjir yang jago menggambar.

Walaupun design dan warna sudah di tentukan masih ada perdebatan di antara anak-anak basis. Seperti Dika dan Agus Tengik yang maunya warna merah. Tapi Gondel dan Ruby ingin warna hitam. Dari situ saja sudah muncul keributan yang sampai menimbulkan aksi saling gebrak-gebarakan meja. Namun akhirnya kami selesaikan dengan suara terbanyak.

Sistem untuk penagihan dana Jacket juga sulit di lakukan, maklum lah kebanyakan anak-anak cowok STM yang duitnya cekak mulu. Makanya di situ harus di taruh penagih yang cerewet dan pemberani agar tak kalah gertak sama yang di tagih.

Maka dari itu yang pantas gua pasang untuk menagih adalah Zikri dan Fuji. Mereka terkenal duo kejam penagih hutang. Walau mereka yang sudah menagih kadang-kadang masih harus narik urat dan tegang otot baru berhasil. Maklum kalau buat nagih anak STM itu harus penuh ketabahan dan kesabaran yang menyaingi seorang ustad.

Gua duduk di dalam warung sambil memantau siapa-siapa saja yang bakal ngambil jacket basis. Kopi hitam dan rokok ketengan menjadi teman setia yang menemani duduk santai gua di siang ini.

"Ayo-ayo kumpul!" Seru Fuji keras-keras.

"Yang udah lunas boleh ambil Jacket yang belum lunas harap cepat-cepat bayar!" Lagaknya udah kaya pedagang kaki lima di pasar minggu yang menarik pelanggan agar mendekat.

Seluruh anak basis langsung berkumpul dengan antusias. Dalam seketika warung itu di serbu oleh gerombolan pelajar dari basis kami. Entah itu anak kelas satu, dua, dan tiga yang masuk pagi atau siang bersatu.

"Udah jadi nih, Ji?" Tanya beberapa anak.

"Bagus kan hasil nya?"

"Wah..mana jaket gua nih?" tanya Ruby tampak senang.

Fuji melihat catatannya. Lantas menoleh ke Zikri. "Tagihan Ruby udah lunas, dia boleh ambil, Zik," beritahu Fuji ke Zikri.

Zikri mengangguk lalu mengambil jacket di dalam kardus dan melemparkan ke Ruby. Anak itu langsung membuka jacket yang terbungkus dalam plastik dan memakainya dengan bangga. "Waah..gua emang ganteng, apalagi kalo udah pake jacket basis. Ck! Kok bisa ya pangeran kaya begini ada di Indonesia..." Ruby tak henti-hentinya mengagumi dirinya sendiri.

"Kepedean lu over dosis!" Celetuk Agus Tengik. "Gak malu tuh sama muka yang udah kaya aspal ngebul! Ha..ha..ha..ha.."

"Biarin!" Jawab Ruby sewot betul.

"Yang kudu lu tahu, biar kata jaket itu keren, tapi itu jaket pembawa masalah! Ati-ati aja lu jalan di jalur sendirian pake jaket itu, bisa kena lu sama STM musuh,"

"Bodo amat...yang penting udah lunas," jawab Ruby tak peduli. Jawabanya sekaligus menyindir Agus Tengik.

"Songong banget lu di nasehatin kakak kelas! Udah sono lu masuk sekolah! Di setrap Rani baru tau rasa luh!" Balas Agus Tengik sewot.

BADJINGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang