Geger! Gempar!
Mungkin itulah gambaran yang sedang di alami Basis 616 saat ini. Dari anak kelas satu, dua & tiga sudah banyak yang datang ke rumah untuk menjenguk dan sudah banyak pula dari mereka yang merencanakan aksi balas dendam untuk gua. Saat itu gua hanya diam, bukan berarti gua menolak atau juga mendukung rencana mereka. Hanya pikiran gua masih kacau karena di penuhi oleh dendam dan kebencian pada lingkungan.
Empat hari tidak keluar rumah, cuma terbaring di atas kasur dengan tubuh penuh perban dan hati penuh dendam membuat gua seperti binatang buas yang terkurung. Dan binatang ini akan siap keluar kandang untuk kembali berburu di hutan belantara.
Hari jumat sore menjelang mahgrib, gua di kejutkan oleh kedatangan gadis berbando merah ke dalam kamar.
"Romi elo kenapa?" suaranya bergetar.
Wajah gadis itu terlihat terkejut.
"Fransiska.." sahut gua pelan. "Kok bisa kesini?"
"Elo kenapa Romi...?" ada wajah sedih terlihat disana.
"Seperti yang lu liat..lagi apes kali.."
"Apes kenapa..? Kok bisa sampai seperti ini?" gadis itu minta penjelasan.
"Biasa di keroyok. Hehehe.."
Fransiska terdiam dengan wajah yang terlihat kesal, tapi tidak dengan sinar matanya yang masih sedih memandang gua.
"Tuh kan! Gue udah bilang dari dulu, kalau gue gak suka elo ikut tawuran. Hasilnya begini kan. Gak ada untungnya buat lo!"
"Iya gua tahu. Tapi gua gak ikut tawuran. Gua di keroyok di bus sama STM musuh,"
"Kok bisa sih mereka ngeroyok?" Wajah gadis itu kurang yakin. "Emangnya lo punya salah apa sama mereka?"
"Kan gua bilang lagi apes. Untuk alasan spesifiknya kenapa mereka ngeroyok, gua juga kurang tahu tuh. Coba deh lu tanyain ke mereka. Kalau udah dapet jawabannya balik kesini lagi buat kasih tahu gua,"
"Ih, mulai lagi deh gilanya..orang masih sakit juga!"
"He..he..he.."
"Terus gimana luka lo?" tanyanya dengan wajah cemas.
Gua jadi spechleess karena gadis itu begitu mengkhawatirkan kondisi gua.
"Elu liatnya gimana? Apa menurut lu kondisi gua ini udah sehat buat maculin sepitank?"
Gadis itu terdiam dengan mata melotot.
Sekiranya itulah gaya khasnya ketika sedang kesal yang selalu gua rindukan.
Tapi tidak lama kemudian Fransiska tertawa lepas. "Elo ya..udah penuh luka begini masih bercanda aja,"
Gua ikut tertawa.
"Terus pertanyaan gua tadi belum di jawab tuh,"
"Pertanyaan yang mana?" wajah gadis itu terlihat bingung.
"Kenapa elu bisa kesini? Tumben Frans,"
"Abisnya elo gak pernah nongol sih. Gue tungguin pas berangkat atau pulang sekolah juga gak pernah ada. Gue kira lo marah sama gue, akhirnya gue tanya anak-anak The Jin. Tapi mereka gak ada yang tahu kabar elo, katanya mereka juga nyari elo. Makanya gua putusin langsung aja ke rumah lo. Eh, kondisi lo lagi ancur banget kaya gini.."
Gua agak terenyuh juga karena Fransiska mencari gua. Secara tidak langsung dia memperhatikan gua dan cemas akan kondisi gua. Rasa patah hati yang selama ini menyelimuti diri gua akhirnya terobati.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADJINGAN
Non-FictionSebuah cerita pelajar STM yang tidak sengaja masuk ke dalam Tradisi Basis (Barisan Siswa) di pinggiran Ibu kota. Hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran "musuh warisan" yang di tinggalkan oleh senior-seniornya. Dalam perjalanan menjadi anak Basis...