Gua sedang duduk-duduk santai sambil mendengarkan lagu di discman milik Erik Banjir di kelas. Saat itu seharusnya pelajaran matematika, namun gurunya tidak dapat hadir karena ada urusan keluarga. Otomatis pelajaran kali ini menjadi kosong.
Maka dari itu anak-anak banyak yang menyalurkan hobi-hobi kreatifnya di kelas, seperti main gaplek, tidur, baca stensil, baca komik atau bahkan ngerokok sambil saling curhat-curhatan. Tentunya curhatan anak STM beda, kebanyakan curhat tawuran, bola, judi, atau soal band musik. Pokoknya curhatan yang berbau wanita itu haram!
Sedangkan gua lebih memilih diam sambil mendengarkan lagu Could you be loved-Bob marley. Pikiran gua melayang-layang ke sosok Ika yang selama ini terlanjur meracuni otak gua.
Fuji yang aslinya duduk di bangku barisan depan menyubit-nyubit lengan gua.
"Apaan sih lu?" Tanya gua kesal karena anak itu mengganggu konsentrasi gua dalam memikirkan Ika.
Mata gadis itu melirik-lirik seperti memberikan kode.
Gua melepaskan Headset dengan kesal.
"Apaan? Ganggu tuan muda lagi ngayal aja luh!" Protes gua sewot.
"Ada big boss sama killer Rani.." beritahu Fuji dengan suara berbisik.
Gua sampai tidak sadar kalau seluruh isi kelas sudah duduk rapih tanpa ada yang berisik seorang pun.
Gaplek, Rokok, Stensil, dan Komik sudah bersih dari atas meja. Ternyata di kelas ini sudah ada Big boss and the killer Rani yang udah mejeng dengan gaya saktinya.
"Hei, Romi, kau pikir kelas ini warung kopi?" Kata Big Boss.
Gua langsung pucat.
"Kaki kau turunkan itu dari meja!" Big boss menunjuk kaki gua.
Gua langsung menarik kaki dan menyimpannya di bawah meja dengan tertib. Bu Rani menghampiri meja gua dengan mimik muka dingin yang menakutkan.
"Fuji bukannya kamu duduk di depan dengan Sofie? Kok malah duduk di sebelah Romi?" Tanya Bu Rani sambil tolak pinggang
"Eh, iya ya bu. Saya juga baru inget, maaf ya bu.." jawab Fuji berlagak bego.
Padahal tadi anaknya lagi bercanda-canda sama Dika yang duduk di bangku depan gua kok. Kemungkinan Fuji tidak sempat pindah kebangkunya di karenakan dua master di depan ke buru masuk kelas. Jadi mau gak mau dia duduk di sebelah gua. Posisi anak-anak lain pun duduknya pada asal juga.
"Biarin apa bu, mungkin Fuji masih kangen sama saya.." Celetuk gua mencoba bercanda.
"Ciiiiiiieeeeeeee.."
"Ciiiiiiieeeeeeee.."
Suasana kelas langsung ramai dengan siulan godaan.
"Nggak!" Fuji langsung menyangkal dengan wajah merah.
"Kalo iye juga gak apa-apa kali Ji!" Sahut Erik Banjir menggoda.
"Aaahh...malu-malu kucing lu!" Tambah Zikri heboh.
"Yeeee nggak kali! Nggak tauuu!" Fuji menyangkal dengan keras.
"Fuji emang gak mau lagi sama si Romi," kata Robert ke seisi kelas.
"Lah, emang kenapa, Bet? Kan sama-sama satu Basis dia?" Tanya Kelink heboh.
"Ah, elu kaya kaga paham aje, Link. Die pan lagi pedekate same bang Dika.." jawab Robert heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADJINGAN
Non-FictionSebuah cerita pelajar STM yang tidak sengaja masuk ke dalam Tradisi Basis (Barisan Siswa) di pinggiran Ibu kota. Hingga akhirnya terjebak dalam lingkaran "musuh warisan" yang di tinggalkan oleh senior-seniornya. Dalam perjalanan menjadi anak Basis...