•
•
You worth it, you perfect
Deserve it, just work itBTS - 21st Century Girls
•
•"Setelah itu, dengan tergesa-gesa aku mengambil kertas-kertas yang berserakan karena pria jakung yang mendorongku itu, tentunya juga dengan bantuanya. Sungguh amat sangat memalukan pokoknya!" Ceritaku kesal bercampur putus asa.
"Lalu orang-orang yang berada di dalam lift itu bagaimana?"
Mendengar pertanyaan itu membuatku membuang nafas dengan cukup berat, "Itu lebih memalukan lagi. Mereka menahan pintu lift dan membantuku memunguti beberapa kertas yang ternyata juga sempat masuk ke sana dan--"
"Itu yang membuat beberapa lembarnya hilang," potong Yoora sambil menjentikan jarinya.
Tepat sekali.
Setelah kejadian "didorong idola sendiri" pagi tadi, aku berujung harus pulang terlambat untuk mencari beberapa lembar berkas yang kubawa dari receptionist itu.
Ternyata, dari antara lembaran yang hilang itu ada satu yang sangat penting yang harus diberikan pada divisi lain secepatnya.
Dan hasil percarianku adalah nihil, aku tidak menemukanya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Yoora setelah diam beberapa saat.
"Justru itu aku menceritakan pada kalian agar setidaknya aku mendapatkan jalan keluar," timpalku dengan penekanan pada kata kalian.
"Apa kau sudah mengecek di cleaning service yang ada? mungkin mereka melihatnya," Yoora memiringkan kepalanya beberapa derajat sambil memicingkan matanya, "Atau mungkin juga membuangnya?"
"Aku sudah menanyakanya bahkan sampai mencari ke pembuangan sampah yang ada dan tidak kutemukan. Memang aku tidak benar-benar mencarinya, kau tau kan semua sampah yang ada juga sudah tercampur, mana mungkin aku membongkarnya satu persatu," jelasku putus asa.
Yoora menghela napasnya, aku pun juga.
Yoora, seorang yang sejak tadi merespon curhatanku menoleh pada gadis di sampingnya karena memang nyatanya ada dua sahabat yang sedang berada di hadapanku sekarang.
"Nami-ya, berhentilah menggambar sebentar saja, oke? Apa kau tidak lihat betapa kusutnya wajah sahabatmu itu mengharapkan sebuah solusi?" Katanya sambil mengangkat wajah Nami ke arahku.
"Baiklah-baiklah," sahut Nami kemudian meringkas rapi tablet yang sempat menjadi kesibukan menggambarnya tadi. Gadis itu melipat tangannya di atas meja berkata dengan polosnya, "Bagaimana ceritamu tadi?"
Yoora memutar bola matanya kesal, terlebih lagi aku.
Kalau Yoora adalah seorang yang selalu meresponku bukan berarti Nami tidak. Hanya saja gadis itu beberapa hari ini memang sedang sibuk-sibuknya melanjutkan pekerjaan barunya.
Menjadi penulis, bukan, penggambar Webtoon.
Komik Webtoon karyanya sedang menuju istilahnya "puncak" dari cerita yang ia buat. Ceritanya mengisahkan seorang gadis yang mengejar cinta lamanya dengan menjadi seorang fotografer dengan idol sebagai objeknya potretnya.
Nami berdarah Jepang. Saat pertama kali aku bertemu dengannya di bangku SMP, aku bisa mengetahuinya dari bentuk wajah gadis itu, ditambah namanya yang ke- jepang-jepangan dan ditambah lagi dengan skill menggambarnya yang hebat.
Meskipun ia sudah tinggal cukup lama di Korea, banyak hal yang mencerminkan ia adalah gadis Jepang. Yang paling kusuka adalah make up tipis khas Jepang yang sehari-hari ia pakai, gigi gingsul yang manis juga rambut pendek di atas bahu miliknya yang cocok dengan wajah mungilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEE YOU
Fiksi Penggemar[Complete] Dalam kegelapan itu seseorang bertopi hitam menarik tanganku kuat-kuat, jari telunjuknya menempel pada bibirnya mengisyaratkanku untuk tidak bersuara. Seorang pemuda berkulit pucat bersih pemilik mata seteduh awan pagi. Tidak salah lagi...