As usual, silahkan play video di atas sebelum mulai membaca 😊
Enjoy!Sangat disarankan membaca sambil mendengarkan backsound-nya ya :)
______________________________________Hampir tiga tahun berlalu, tidak terasa Jo dan Qiandra kini berada di saat-saat terakhir berseragam putih biru. Satu minggu lagi Ujian Nasional tiba. Masa-masa penentuan untuk lulus dengan nilai terbaik agar bisa masuk SMA favorit.
Qiandra dan Jo baru saja selesai belajar bersama di basecamp mereka, rumah Jo. Mereka memutuskan untuk menghirup udara segar sebelum Qiandra pulang.
Matahari sedang bersembunyi di balik awan, namun semua orang juga tahu ke mana arah matahari beranjak. Arah barat. Semburat jingga mencuat dari balik awan. Membuat siapa pun yang melihatnya akan tersenyum.
Qiandra dan Jo memutuskan jalan-jalan di taman kota sore ini. Setelah lelah berkeliling, mereka duduk di salah satu kursi taman yang hanya bisa memuat dua orang dewasa.
"Nggak terasa ya, sebentar lagi kita jadi anak SMA," ucap Jo.
Qiandra tersenyum, lalu menatap Jo sekilas. "Iya. Aku jadi inget pertama kali kenal kamu."
Jo terkekeh, "Kamu nggak mau ngaku kalau lagi nangis. Nggak mau jawab pertanyaan aku juga. Kalau diinget-inget nyebelin banget ya."
Qiandra menerawang, ingatannya kembali lagi ke beberapa tahun silam. "Ya namanya juga masih kecil. Aku juga harus waspada. Soalnya Bu Leha bilang aku nggak boleh ngomong sama orang asing."
Jo tertawa, "Iya, iya. Kamu kan anak yang penurut. Sampai sama anak kecil aja waspada."
Qiandra tertawa kemudian menghela napas. Ia mengubah posisinya agar bisa leluasa menatap Jo. "Makasih ya, Jo."
Jo balas menatap Qiandra, "Makasih buat apa?"
"Makasih, karena berkat kamu, aku jadi bisa ngerasain rasanya punya Mama Papa. Aku seneng bisa kenal Mama Papa kamu, bisa kenal kamu. Seneng bisa belajar banyak dari kamu. Aku jadi nggak kesepian lagi."
Jo tersenyum, "Nggak perlu makasih segala kali, Qi. Aku juga seneng kok bisa kenal kamu. Seneng bisa bikin kamu seneng."
"Janji ya besok kita bakal masuk di SMA yang sama? Janji kita bakal tetep sama-sama?" Qiandra mengangkat jari kelingking kanannya.
Jo tersenyum lebih lebar lagi, kemudian mengaitkan kelingkingnya dengan keliling Qiandra. "Iya. Aku janji." Jo berdeham, "Tapi aku nggak janji bisa dikalahin kamu loh ya."
Qiandra tertawa, melepas kelingkingnya dengan kelingking Jo dan segera memukul lengan Jo pelan. "Iya, iya. Aku sadar diri kok nggak bisa nyaingin juara umum SMP Trisakti selama tiga tahun berturut-turut. Joan Efendi memang selalu yang nomor satu." Qiandra mengacungkan jari telunjuknya.
Jo tertawa, lalu mengacak-acak rambut Qiandra. Qiandra membiarkan Jo memperlakukannya seperti itu. Walaupun sebal karena Jo selalu membuat rambutnya berantakan, tapi ia juga merasa senang. Karena dengan begitu, ia bisa merasakan betapa sayangnya Jo pada Qiandra.
Angin sore itu berhembus lebih kencang dari biasanya. Qiandra memeluk dirinya sendiri sambil sesekali menggosok-gosokan kedua telapak tangannya. Melihat Qiandra kedinginan, Jo segera melepas jaket yang sedang ia kenakan dan menyampirkannya di pundak Qiandra.
"Makanya jangan suka pakai baju pendek," ucap Jo.
Qiandra menoleh, lalu nyengir. "Aku pikir nggak bakal sedingin ini." Qiandra segera memakai jaket Jo dengan benar. "Tapi kamu nggak kedinginan jaketnya aku pakai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KARMA [Completed]
Teen Fiction[Cerita sudah selesai dan masih lengkap] Qiandra memiliki semua yang dia mau. Kaya, cantik, pintar, populer. Cewek itu tergila-gila dengan belajar dan berambisi selalu menjadi yang pertama. Prinsip hidupnya satu, memiliki banyak prestasi. Prestasi...