Episode 11

365 30 0
                                        

BRAK!

Michiyo membanting pintu kamar Yuuko dengan keras. Ia pergi kesuatu tempat untuk menemui seseorang.

"Bisakah kau membantuku?", Michiyo berdiri didepan orang itu dengan tatapan sinisnya dan angkuh.

"Apa yang harus kulakukan?"

"Kau harus membuat Yuuko seolah-olah dialah yang paling bersalah dan akulah yang benar. Apapun caranya.", Ia mengepalkan tangannya dengan kuat. Selagi memikirkan jika rencananya berhasil pasti Kenta akan benci kepada Yuuko dan beranggapan bahwa Kenta memilih seorang istri yang salah.

"Tapi—Ada satu syarat jika kau ingin aku membantumu."

"Ck. Syarat apa yang kau minta? Upah?"

"Aku tidak akan bertanggung jawab jika saja rencana ini ketahuan, bagaimana?"

"Kau tenang saja.", Michiyo berjabat tangan dengan orang itu untuk memastikan bahwa dia setuju dengan perjanjiannya. Iapun meninggalkan tempat itu dan kembali kekamarnya. Ia sungguh tidak sabar melihat wajah Yuuko yang tersiksa.

Sementara dilain tempat, Yuuko dan Kenta sedang menuju perjalanan kedanau. Sepertinya mereka berdua sangat menantikan keindahan danau tersebut hingga mereka tidak sadar jika bahaya akan mendekati mereka.

Deg!

'Perasaan apa ini?', Batin Yuuko. Ia memegangi dadanya karena seperti aka nada bahaya yang mendatanginya.

"Kenapa sayang?", Melihat wajah pucat Yuuko membuat Kenta khawatir terhadap kondisi istrinya.

"Eh—A-aku tidak apa kok. Hanya saja aku mempunyai firasat buruk.", Bisik Yuuko.

"Jangan dipikirkan.", Kenta menepuk kepala Yuuko pelan. Ia tidak tau apa yang dipikirkan istrinya sekarang, tapi Kenta berharap bahwa tidak ada kejadian buruk yang akan menghampiri dia maupun istrinya.

Yuuko hanya mengangguk dan berusaha berpikir positive. Tidak ada yang salah dengan dirinya. Ia tidak pernah membuat masalah selama dikerajaan. Hanya saja, Michiyo selalu menjadi halangan ketika ia akan melakukan aktivitas dengan sang suami. Yuuko takut, jika firasat buruknya ini juga berasal dari Michiyo.

"Sayang."

"Iya?"

"Kita sudah sampai.", Kenta membuka pintunya lalu mengulurkan tangannya untuk menggandeng sang istri turun dari kereta kuda. Mereka berdua langsung disuguhkan pemandangan danau dengan beberapa kabut disekitarnya. Samar-samar terlihat banyak pepohonan yang rindang disekitar mereka. Tak lupa rumput-rumputnya yang cocok untuk suasana piknik.

Yuuko berhenti ditempat yang strategis, lalu ia menggelar karpet kecil dan duduk disitu. Ia juga mengeluarkan beberapa makanan dari keranjang pikniknya,"Lihat apa yang kubawa."

Kenta hanya mengikuti Yuuko dan duduk berhadapan didepannya. Ia menyuruh pengawal untuk tetap mengawasi keadaan sekitar,"Itu terlihat enak. Aku ingin mencobanya."

"Baiklah.", Yuuko mengeluarkan sebuah sendok lalu menyuapi beberapa makanan kemulut Kenta,"Bagaimana? Aku memasaknya sendiri loh..",

"......"

Kenta diam. Dan itu membuat Yuuko menjadi penasaran dan takut jika saja makanannya tidak enak,"A-ada apa? Tidak enak ya?"

"......", Kenta tetap diam.

"Tuh kan tidak enak..", Yuuko menunduk sedih. Ia sudah menduga bahwa Kenta pasti mempunya selera yang tinggi bahkan untuk rasa makanan. Seharusnya ia tidak usah memasak susah payah, padahal tadi sebelum berangkat para dayang sudah menawarkan untuk membantunya. Tapi Yuuko menolaknya dengan garis keras karena ingin sang suami merasakan hasil masakannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

MANNEQUIN BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang