Episode 18

79 11 3
                                    

'Apa aku akan mati kedua kalinya?'

'Bagaimana dengan suamiku, Kenta? Apa dia akan baik-baik saja jika kutinggalkan?'

'Aku berharap semua kembali seperti semula'

"—mi!"

"Yumi!"

Perlahan Yumi membuka matanya, ia melihat sekeliling ruangan.

"Dimana aku?", Yumi memegangi kepalanya yang sedang diperban. Ia berusaha bangun dari tempat tidurnya lalu duduk sambil bersandar.

"Apa kau tidak ingat? Kemarin kau terjatuh dari tebing saat kita menuju ke Danau Kitashiobara. Untung saja tim penyelamat segera datang dan menyelamatkanmu...Ugh~ jantungku serasa berhenti berdetak saat mengetahui kondisimu yang sedikit parah.", Yuka sang sahabat segera memeluk Yumi. Ia bisa bernafas lega saat mengetahui sahabatnya yang 3 hari sempat koma. Setelah mendapat perawatan khusus dari dokter, Yumi dibawa kembali ketempat penginapan mereka dan Yuka setia menunggu Yumi hingga terbangun.

'A-apa semua yang terjadi selama ini hanya..mimpi?', Yumi meneteskan air matanya.

"Y-yuka..bawa aku ke toko sekarang."

"Tapi kondisimu masih belum stabil.."

"Aku..hanya ingin memastikan sesuatu disana..", Yumi berdiri dengan perlahan. Tubuhnya masih lemah, dengan sabar Yuka menuntunnya menuju toko nyonya tersebut.

'Aku harap mannequin itu masih ada..'

Setelahnya, Yumi segera menuju ke belakang toko dan mencari-cari keberadaan mannequin tersebut. Ia yakin bahwa mannequin itu selalu berdiri dibelakang.

Tapi—

Kenapa tiba-tiba menghilang?

"Yuka..apa kamu tau mannequin yang dibelakang sini?"

"Huh? Mannequin? Tidak—aku tidak pernah melihatnya.", Yuka menggelengkan kepalanya bingung. Apa benar ada mannequin dibelakang sana? Setau dirinya, semua mannequin sudah diletakkan didepan toko, bahkan ia meletakannya pada saat awal bekerja.

"Kau yakin?", Kata Yumi memastikan. Oh jangan bilang kalau selama ini dirinya hanya berhalusinasi.

"Umm..entahlah, ini aneh. Mungkin mannequin yang kau bicarakan adalah mannequin yang selama ini dirumorkan oleh warga sekitar.", Yuka berbisik sambil mengedikkan bahunya takut.

"....Coba tanyakan pada nyonya.", Lanjut Yuka.

Apa benar nyonya yang membawanya? Kalau dipikir-pikir lagi, nyonya pemilik sudah sangat tua. Mana mungkin ia membawa mannequin sebesar itu sendirian. Batin Yumi.

"Ah. Sudahlah lupakan. Mungkin hanya halusinasiku saja. Sepertinya aku harus beristirahat, aku akan mulai bekerja lagi besok.", Yumi memijit pelipisnya pertanda putus asa. Sebenarnya ia masih belum ingin menyerah mengenai keberadaan mannequin itu. Namun, apa daya. Pasti tidak ada yang percaya jika ia mengatakan hal yang aneh-aneh.

.

.

.

6 Bulan kemudian.

Sudah 6 bulan semenjak mimpi itu terjadi, Yumi masih memikirkan kejadian-kejadian itu. bahkan ia masih ingat dengan detail bagaimana awal mula ia disana hingga ia terkena panah saat ingin menyelamatkan Kenta. Ngomong-ngomong soal Kenta, Yumi berharap bahwa suatu saat nanti ia akan bertemu dengan suaminya. Entah ini mungkin atau tidak mungkin. Ia masih mencintai suaminya.

"Nak, apakah toko ini sudah buka?", Tiba-tiba segerumbulan turis bertanya padanya. Well, toko ini sudah sangat ramai sekarang karena rumor tersebut perlahan menjadi hilang.

"Pintu toko ini akan selalu terbuka bagi pengunjung~ Selamat datang~", Yumi dan Yuka tersenyum ceria. Mereka membawa suasana toko yang dulunya tidak diinginkan menjadi tempat yang dinanti-nanti.

"Bisakah saya melihat baju yang diatas?"

"Baik, akan saya ambilkan.", Yumi membungkukkan badannya dengan sopan lalu ia pun segera melaksanakan perintah dari sang pembeli.

"Ugh~ kenapa tempatnya tinggi sekali?", Yuuko berniat mengambil baju yang ada dilemari atas namun tidak sampai karena tinggi badannya yang tidak mencukupi.

"Biar kubantu.", seorang laki-laki bertubuh tinggi dengan badan yang ideal dengan cepat membantu Yumi yang terlihat kesusahan.

"Terima kasih atas bantuannya.", Yuuko membungkukkan badannya dengan sopan sebagai tanda terima kasihnya. Ia masih belum melihat wajah dari laki-laki itu.

"Maaf—sepertinya kita pernah bertemu."

Merasa diajak bicara dan yumi pun menolehkan kepala untuk menatap laki-laki itu. Sedetik kemudian Yumi sangat terkejut, dia adalah...Kenta.

"...A-aku rasa juga begitu.", Yumi tidak bisa melepaskan pandangannya dari Kenta. Entah kenapa tangannya tiba-tiba bergerak sendiri untuk menyentuh pipi Kenta. Membelainya dengan lembut seperti waktu itu.

Kenta langsung tersenyum. Kenta tersenyum lembut membuat Yumi semakin ingin menangis, matanya sudah berkaca-kaca dan siap menurunkan air mata kapan saja. Ia benar-benar tidak bisa menahan rasa harunya. Apakah benar ini kenta?

'Aku sangat merindukanmu, suamiku.', Batin Yumi.

.

.

.

"Jiwaku terkurung selama beratus-ratus tahun hanya untuk menunggumu dilahirkan kembali. Selama itu pula, aku tetaplah mencintaimu." -Kenta.

.

.

.

.

.

END!!!

Semuanya, para reader yang sudah membaca cerita ini, maafkan ya jika mimin telat pake banget dieps yang terakhir ini. mungkin akhir ceritanya sedikit gak jelas. karena mimin sedikit bingung mau gimana, kalo ada yang mau kasih saran, silahkan chat mimin, insyallah nanti bakal ada perubahan pada cerita tersebut.

Terima kasih sudah membaca~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MANNEQUIN BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang