17

910 240 33
                                    

"benarkah Sehun dan Krytsal berkencan?"

Rupanya gumaman Nancy berhasil menarik perhatian Mark yang tengah bermain game diponselnya.

"Barusan kau bilang apa?"

"Lihat sendiri."

Nancy menunjukan layar ponsel persegi panjang miliknya. Ada sebuah berita kencan disitus internet yang dengan cepat tersebar.

"Bagaimana bisa? Oh tunggu, kenapa mantel yang digunakan Krystal tampak seperti milik Yoona?"

Bam

Nancy dan Mark segera menoleh. Yoona baru saja menutup pintu kamarnya.

"Kau mau pergi?" tanya Nancy yang melihat Yoona sudah memakai sedikit riasan guna menutupi wajah pucatnya beberapa hari ini.

Helaan nafas terdengar dari bibir Yoona, "bertemu seseorang."

"Yoona, biar aku mengantarmu. Bagaimana?"

"Tidak perlu, Mark." tolak Yoona.

Kali ini Mark tidak bisa membantah Yoona ditambah wanita itu memberinya tatapan yang berarti aku ingin pergi sendiri.

"Terimakasih atas bantuan kalian. Sekarang kalian tidak perlu lagi khawatir. Kembalilah pada rutinitas kalian." tambah Yoona sebelum melangkah keluar rumah.

"Apa Yoona akan menemui Sehun karena berita itu?" gumam Nancy.

**

Sebagian orang merasa tenang jika hanya ada dirinya sendiri disatu tempat.

Begitu juga Yoona. Wanita itu duduk diatas ayunan yang ada di sebuah taman bermain. Hari sudah malam dan tentu saja suhu udara semakin rendah.

Namun Yoona yang keras kepala tak ingin beranjak.

"Apa harga ponsel terlalu mahal sampai tidak bisa mengabariku? Aku disini menunggu kabarmu. Dasar bodoh." gumamnya.

Yoona berdiri.

"OH SEHUN! KAU PRIA MENYEBALKAN. KAU BODOH. AKU MEMBENCIMU!"

**

Sudah setengah hari ini Sehun menunggu didepan pintu rumah Yoona tanpa hasil.

Entah bagaimana, ternyata Yoona sudah mengganti password rumah itu membuatnya tidak bisa masuk sendiri.

Usahanya menebak-nebak passwordpun tampak percuma. Ia berkali-kali gagal. Menggedor pintu juga tak membuatnya disambut.

Tapi setidaknya ia tahu alasan kenapa tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Mungkin karena tidak ada seorangpun dirumah yang kini gelap gulita.

"Pergi kemana kau, Yoona?"

Sehun bersandar pada pintu. Mencoba kembali menelpon Yoona yang lagi-lagi mendapat jawaban yang sama.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif.

**

Tok tok tok

Jendela mobil Sehun diketuk oleh seseorang.

"Bagaimana?"

"Mereka bilang tidak ada yang bekerja lembur."

"Kau yakin? Apa kau menyebut nama kekasihku dengan benar?"

"Ya. Tapi anehnya, mereka bilang nona Im Yoona baru saja resign dari pekerjaannya hari ini."

Sehun sedikit tercengang. Pria ini turun dari mobil. "Resign? Kenapa?"

"Maaf saya tidak tahu. Hanya sampai itu informasi yang bisa saya dapatkan. Apa ada hal lain yang tuan muda butuhkan?"

"Tidak."

Orang suruhan Sehun pergi. Kini Sehun mendadak lesu dan hanya bisa bersandar pada mobilnya.

"Apa ada tempat favorite yang kau tuju ketika ingin sendiri?"

"Tentu. Aku suka taman bermain. Disana aku bisa menenangkan pikiran, berbicara, berteriak, tertawa dan... menangis."

Sehun tiba-tiba teringat percakapannya dengan Yoona. Sekarang ia tahu kemana harus mencari Yoona.

**

Penjelasan Kai tentang Sehun yang pergi tanpa kabar hingga berita kencan kekasihnya membuat perasaan Yoona bercampur aduk.

Tapi setidaknya ia tenang walau belum mendengar alasannya dari bibir Sehun langsung.

Baru saja ia berteriak membenci pria itu.

Nyatanya tentu saja tidak! Mana bisa ia membenci pria yang tanpa ia sadari telah menggeser Jonghyun dihatinya. Meski ia akui sempat tergoyahkan saat pria itu mencoba mendekatinya lagi.

"Eh? Hujan!"

Yoona berlari kecil memanjat salah satu permainan yang memiliki semacam tempurung.

"Aku benci hujan." gumamnya.

**

Mobil sport hitam legam yang masih anyar itu membelah kota Seoul.

Saat lampu merah. Ia mendekati kaca depan mobilnya yang terdapat butiran air yang semakin berubah menjadi guyuran air.

"Hujan. Yoona? Semoga dia baik-baik saja."

Lampu hijau. Sehun menekan pedal gas nya semakin dalam. Hujan deras tak membuatnya takut mengendarai mobil.

Bayangan ketika dulu Yoona meraung menangisi pria brengsek itu membuat Sehun kesal.

Jika dirinya yang pernah menyaksikan saja bisa terbayangi bagaimana dengan Yoona yang mengalami hal itu?

**

Siapa sangka bahwa Yoona menjadi nekat?

Wanita itu melepas heels yang ia pakai lalu menentengnya. Yoona berjalan dengan lambat dibawah guyuran hujan.

Rasa sedih tidak sedikitpun Yoona rasakan.

Entah bagaimana..

Yoona malah merasa nyaman. Pikirannya bergerilya pada masa itu. Dimana seseorang menolongnya saat sedang terpuruk.

Alasan dibalik ia menangis dulu tidak terbesit sedikitpun.

Otaknya telah menyeleksi dan mengeditnya untuk mengingat kebersamaannya dengan pria yang kini membuatnya ingin berteriak menggebu-gebu bahwa...

"Oh Sehun. Aku mencintaimu!" pekiknya.

"Aku jauh lebih mencintaimu. Im-Yoon-A."

Yoona berhenti melangkah. Beberapa meter didepannya ada sebuah bayangan dan sipemilik bayangan itu.

-Tbc-

Eh gewla gak sihhh? Akhirnya aku bisa lanjut juga!!!! 🎉🎉🎉🎉🎊🎊

Akhirnya.. Akhirnya.. Akhirnya..

Aku bisa nyicil bayar hutang ke para pembaca.

Maaf ya kalo gak nyambung sama yang sebelumnya.
Agak buru-buru gitu gak sih pas baca? Maaf juga ya soal ini hehehe

My Beautiful Journalist (Yoona-Sehun) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang