2012, Gwangju.
Kegiatan sebuah gedung yang memiliki ukuran kecil didalam gang pasar malam Gwangju itu terlihat sangat aktif. Didalam gedung tersebut ada banyak pegawai yang berperan penting dalam pembuatan majalah fashion yang tentunya harus memiliki berita paling hangat dimasanya.
Dua orang gadis baru saja keluar dari ruangan bos mereka. Seulgi dan Yoona, mereka sudah tiga tahun bekerja disana meski tak dapat hasil nyata soal materi tapi mereka senang karena setidaknya mereka dapat melangsungkan hidup dengan gaji yang tak seberapa itu.
"Kau tahu? Ada seorang junior yang resmi magang mulai hari ini. Aku dengar dia sangat keras kepala dan tak memiliki sopan santun terhadap senior yang ada disini. Dengan kata lain tidak ada yang dapat mengarahkan nya dengan alasan apapun."
Ocehan Seulgi membuat Yoona tersenyum meremehkan, "Tapi tetap saja dia hanya anak magang."
Mereka mendatangi ruang dapur staff. Sambil membuat kopi, Yoona sesekali melirik pada Minho yang terus saja berteriak pada seorang pria yang sedang duduk di kursi meja makan.
"Yak sebagai junior harusnya kau menuruti permintaan seniormu!"
"Aku melakukan magang disini bukan untuk membuatkan mu kopi."
"Lalu untuk apa kau menjadi anak magang huh?"
"Memperbaiki susunan majalah fashion di perusahaan ini."
"Apa? Hei kalian dengar dia?" Minho bertanya pada dua temannya yang lain dan mereka mentertawai anak magang itu.
Yoona masih berdiri disana dengan tersenyum miring.
"Sebelum kau perbaiki majalah di perusahaan ini, lebih baik kau perbaiki dulu kepribadian burukmu itu. Kau kira dengan bersikap seperti ini pada kami bisa membuatmu bertahan lama disini?" lanjut Minho yang masih tak menyerah.
"Membuat kopi dan berapa lama aku bertahan disini tidak ada hubungannya sama sekali."
"Cih, kau benar-benar keras kepala!"
Anak magang itu berdiri, "Kalau begitu, jangan memintaku membuatkan kopi untukmu."
Minho mencelos saat anak magang itu pergi meninggalkan dapur staff, ia ingin sekali memukul anak magang itu. Tapi Yoona dan Seulgi yang sempat terpana pada keberanian anak magang itu berhasil menahan Minho.
"Hei, sudahlah kau harus melapangkan hatimu untuk nya." ujar Seulgi.
Yoona tersenyum menyetujui kata-kata Seulgi sambil menepuk-nepuk punggung Minho yang terlihat frustasi. Lagipula siapa yang tidak akan frustasi setelah di jatuhkan oleh seorang anak magang.
"Yeoreobun, kami kedatangan tamu yang siap di wawancara."
Minho, Yoona dan juga Seulgi keluar dari dapur staff sambil berlarian kecil.
"Siapa yang datang?"
"Han Yeorum yang memiliki merk gaun ternama Groove."
Yoona tersenyum lebar mendengarnya, akhirnya akan ada bintang besar dari dunia fashion di majalah tempatnya bekerja.
"Siapa yang bersedia mewawancarai nya?" tanya tuan Kang, pemilik perusahaan.
Seulgi dan Minho menunduk. Mereka bukan tipe orang yang tenang jika berhadapan dengan orang seterkenal Han Yeorum.
"Aku."
Tuan Kang beruntung karena Yoona yang bersedia mengambil sesi wawancara. Setidaknya ia percaya pada hasil yang akan didapatnya karena Yoona memang dikenal sebagai pegawainya yang paling mudah berkomunikasi dengan siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Journalist (Yoona-Sehun)
Fiksi Umum[on going] ; Bahasa Indonesia Pembukaan terinspirasi dari dua drama ternama "The Time We Were Not in Love" dan "Romantic Doctor Teacher Kim". 17-08-2017; xohorat.