Episode 09 Ruang Harta dan Kalung Kehidupan

56 9 1
                                    

BRUKK

Terdengar suara tubuh terbanting cukup keras ke lantai. Cukup tinggi melihat seberapa lama mereka terjatuh hingga mencapai dasar. Bantingan keras yang mungkin dapat mematahkan beberapa tulang.

Lyto dan Reina terjerumus setelah lantai yang diinjaknya terbuka dan terjun bebas ke dasar gua yang mereka masuki sebelumnya. Lyto dan Reina masih tak sadarkan diri karena benturan keras yang diterimanya, mungkin sudah sekitar 4 - 5 jam setelah mereka terjatuh.

Lyto adalah orang yang terbangun pertama dengan suara batuk disertai nyeri yang dirasakan di seluruh tubuhnya membuatnya meringis kesakitan, tangannya menopang tubuhnya dan membantunya duduk. Matanya langsung melihat Reina yang masih belum sadarkan diri di sebelahnya. Digoyangkan tubuh Reina sambil memanggil namanya terus menerus, Lyto sedikit panik karena Reina tak kunjung sadar. Namun, kepanikannya perlahan menghilang melihat Reina yang perlahan membuka matanya.

"Ugh~"

Sebuah rintihan kecil keluar dari mulut Reina yang belum sadar sepenuhnya. Lyto segera menyiapkan air dan menanyakan keadaan Reina.

Hanya anggukan dari Reina yang kini tengah mengumpulkan kekuatan untuk berdiri. Tubuhnya dipenuhi rasa nyeri, tapi anehnya tidak ada bagian tubuhnya yang terluka atau tulangnya yang patah. Hal yang sama juga terjadi pada Lyto, mengingat mereka terjerumus cukup dalam, paling tidak, akan meninggalkan beberapa bekas luka. Namun, tak ditemukan dibagian manapun di tubuh mereka. Reina kembali bersuara setelah kesadarannya telah kembali sepenuhnya.

"Ini aneh, tubuhku berasa sakit tapi tak ada luka apapun."

"Benar, kupikir ada beberapa tulangku yang patah, tapi ternyata baik-baik saja."

"Sudah berapa lama kita pingsan?"

"Entahlah, kupikir cukup lama mengingat kita terjatuh cukup dalam."

Setelah mendengar jawaban dari Lyto, Reina juga berpikir demikian. Reina mengambil nafas panjang kemudian mencoba berdiri dan membersihkan debu yang menempel di pakaiannya. Hanya kegelapan yang terlihat sejauh mata memandang, daerah di sekitarnya terlihat karena terkena cahaya dari senter batu solar. "Yosh," gumam Lyto yang sudah berdiri dan nampak bersemangat untuk menjelajah ruangan itu. Namun, semangat itu lenyap seketika setelah perutnya berbunyi 'krukuk ... krukuk' tanda meminta diisi ulang.

Setelah beristirahat lebih dari satu jam, Lyto dan Reina melanjutkan perjalanannya. Dimulai dengan menjelajahi ruang bawah tanah tempat mereka berada saat ini. Dengan senter batu solar di tangannya, Lyto terus memimpin jalan dan Reina membuntuti tepat di belakangnya.

Tak ada yang ditemui sepanjang jalan selain lorong gelap tak berujung. Reina sedikit bingung karena lorong yang dilewatinya seperti labirin, tidak ada yang lain selain tembok di sebelah kiri dan kanannya.

Cukup lama berjalan melewati lorong yang seperti labirin, Lyto tiba-tiba berteriak dan mengejutkan Reina yang berada di belakangnya. Reina bertanya apa yang terjadi, tetapi Lyto hanya terdiam membisu. Reina yang melihat Lyto begitu terkejut segera melangkah kedepan Lyto dan langsung menjerit seketika sembari menutup mulutnya. Air matanya tiba-tiba mengalir, tubuhnya kaku dan bibirnya mulai membiru. Reina saat ini berada dalam kondisi ketakutan yang luar biasa, bahkan jeritannya sudah tak lagi terdengar atau bahkan ia tak bisa mengeluarkan suaranya.

Tepat di depan mereka berdiri saat ini, terdapat sebuah ruangan besar berbentuk persegi dengan sebuah tangga di seberang lorong. Nampak seperti sebuah aula besar, tetapi yang membuat ruangan itu terlihat mengerikan adalah terdapat puluhan bahkan ratusan tengkorak manusia tergeletak di seluruh ruangan. Seperti sampah yang dibuang disembarang tempat.

Reina duduk bersimpuh karena tidak dapat menahan tubuhnya yang gemetar. Melihat hal mengerikan seperti yang dilihatnya saat ini membuatnya sangat takut. "Kejam, manusia bisa melakukan hal mengerikan seperti ini," gumamnya.

Historia : The Blackworld AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang