"... Reina."
Lyto membuka mata lebar melihat hal yang tak dipercayainya. Reina, sahabatnya yang terpisah ketika tiba di benua ini, kini ada tepat di hadapannya.
"Ly-lyto ... kau kah itu?" Reina berkata seolah tak percaya.
Reina berjalan mendekati Lyto sebelum akhirnya berlari dan memeluk Lyto penuh kekhawatiran. Lyto merintih saat dekapan Reina menyekap lukanya yang belum pulih.
"Aku bernar-benar tak percaya kita bertemu di sini, kupikir kita tak bisa bertemu lagi. Aku sangat takut."
Reina menumpahkan semua kekhawatiran dengan dekapan yang semakin erat. Meski hanya sekitar dua bulan, itu sudah terlalu lama bagi mereka terpisah. Terlebih mereka terpisah di dunia yang tak mereka ketahui.
Air matanya terus mengalir tanpa henti, Reina benar-benar merasa khawatir saat Lyto tak ada di sampingnya. "Kau bodoh! Aku sangat khawatir, kau tahu!" Suara terisak Reina memenuhi lobi penginapan.
Reina mengabaikan tatapan orang-orang yang ada di sekitarnya. Yang terpenting baginya saat ini adalah ia bisa bertemu dengan sahabatnya lagi.
Setelah dapat menenangkan diri, Reina mengajak Lyto ke meja makan di sudut ruangan yang disediakan untuk para tamu. Yah, bagaimanapun pertemuan ini tidak direncanakan. Sehingga ia ingin menghabiskan waktu bersama selagi menyantap menu sarapan.
"Kenapa tubuhmu penuh luka, Lyt?" Tanya Reina Khawatir.
"Ceritanya panjang, tapi sebelumnya aku ingin menghabiskan makananku dulu, bagaimana jika kau menceritakan lebih dulu di mana kau selama ini?"
Reina mendesah melihat Lyto hanya fokus pada makanannya dan mulai menceritakan tentangnya selama ini.
"Sebelumnya, aku tidak tahu apa yang terjadi sebelum kita terpisah. Aku hanya merasa kau melepaskan genggamanku dan menghilang begitu saja dari hadapanku. Aku begitu panik, pandanganku kabur dan berubah menjadi gelap total.
Aku ditemukan di sebuah ladang pertanian milik salah seorang penduduk di kota Sovovad. Aku tersadar di rumah orang yang menyelamatkanku. Mereka adalah orang yang sangat baik, mereka bahkan tak menanyakan dari mana aku berasal, tapi mau menerimaku.
Di sana aku mencari dirimu, tapi aku tak mendapat informasi apapun tentangmu. Aku sangat khawatir, terlebih dirimu sering membuat kekacauan. Aku takut kau melakukan hal bodoh saat aku tak ada.
Aku tinggal di kota itu sekitar satu bulan. Pada awalnya aku merasa takut berada di tempat asing, tapi orang-orang di kota itu sangat ramah padaku. Mereka menerimaku seperti bagian dari kota itu.
Di kota itu aku menyadari bahwa aku, kita, tidak lagi berada di Castella. Ini pastilah berada di salah satu benua yang tertulis dalam buku. Sovovad, Sihir, Pulau, kata-kata itu sangat asing bagiku. Setelah aku menggali informasi lebih jauh, aku menjadi yakin bahwa kita saat ini berada di sebuah benua yang di kenal dengan Benua Biru Darkor.
Aku yakin kau juga pasti menyadarinya. Yah, walaupun kau bodoh, tapi kau pasti menyadarinya setelah melihat laut. Selama sebulan di kota Sovovad, aku terus mengumpulkan informasi, terutama yang berkaitan tentangmu.
Sayangnya, kota itu hanya dihuni manusia tanpa sihir, sehingga berita-berita penting dari pulau lain tidak masuk dengan cepat. Bibi yang merawatku menyarankanku untuk pergi ke pulau ini. Dia berkata di pulau ini aku dapat mengetahui informasi apapun yang kuinginkan.
Seperti perkataannya, begitu tiba di pulau ini aku sangat mudah mengakses informasi, termasuk keberadaanmu. Pertama kali aku tiba di sini sekitar beberapa minggu yang lalu, aku mendengar kabar tentang seorang pengguna pedang melindungi gedung pemerintahan Milenidad. Kemudian aku mendengar lagi tentang pengguna pedang petir yang melawan penyihir hitam di kota yang sama belum lama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Historia : The Blackworld Adventure
Fantasía[Ongoing] [Update Rabu] 1000 tahun yang lalu perang besar terjadi di dunia ini. Seluruh ras bertarung untuk mendapatkan kejayaan dan kekayaan. Kebencian dan keserakahan menjadi sumber perang yang tak pernah berakhir. Suatu ketika ada sebuah kelompok...