Part 8

26 1 0
                                    

Ketika kau merasa asing pada emosi yang kau rasakan, kau mungkin butuh waktu untuk menatap ke dalam dirimu, berkomunikasi dengan nuranimu.

***

Dio membuka pintu di depannya.”Nah, aku udah nemuin kamar kosan buat kamu. Deket dengan toko Kakakku, tinggal jalan kaki beberapa blok”.

Kesha masuk kamar yang berada di lantai dua itu. Pintu mengarah langsung ke balkon. Di balkon kamu bisa melihat langsung ke luasnya angkasa di atas sana. Kamar kosan ini sekitar 3x4 meter dengan kamar mandi di dalam. Jendela dan pintu langsung tersiram cahaya matahari. Sangat nyaman. Meskipun Kesha harus mengisi ruangan ini dengan segala barang-barang yang belum dimilikinya.

“Lo tunggu dulu di sini. Gue pergi bentar”

Belasan menit kemudian Dio kembali dengan minuman dan makanan ringan. Mereka makan bersama di kamar kosong melompong itu. Dia senang, satu misinya menjauhkan Kesha dari kakaknya sudah berhasil. Tinggal memastikan Kesha benar-benar tinggal di sini.

“Lo kenapa mau bantuin gue?” tanya Kesha. “Gue bukan siapa-siapa lo. Kenapa lo mau lakuin semua ini? Ini lo yang bayar, kan?”

“Sebulan pertama gue yang bayar, dan udah gue bayar. Gue emang punya uang saku sendiri yang gak bakalan abis cuma buat dipake jajan doang mah, tapi lo juga kan udah kerja, jadi lo yang harus lanjutin bayar kosannya”

“Alesan lo bantu gue, apa?”

“Gak ada alesan apapun” hindar Dio sambil minum susu kotak coklat.

“Bohong. Gue emang gak sekolah lagi, tapi bukan berarti gue bego. Gue tahu lo ngelakuin semua ini pasti ada saratnya. Apa?”

Dio menghela napas. Ia meletakkan kotak susu kosongnya. “Oke, karena lo udah sadar sendiri, gue bakal jelasin alesan gue ngelakuin semua ini” Dio menatap Kesha dengan mata elangnya. “Kakak gue udah hidup dengan masalah selama dua puluh dua tahun ini. Gue gak mau dia tambah masalah karena deket sama lo_”

“Maksud lo?!”

“Sori, gue salah omong. Maksud gue, gue pengen kakak gue bahagia. Gue pengen dia menikah dengan seorang laki-laki yang bisa jagain dia dan bikin hidup dia tenang dan bahagia”

Kesha mengerutkan keningnya, berusaha memahami maksud Dio.

“Jangan goda kakak gue buat jatuh cinta sama lo. Gue gak peduli lo suka sama cewek manapun, asal dua, jangan suka ke nyokap gue, sama kakak gue”
Kesha menganga.

***

Rani bengong di depan layar laptop. Ia memikirkan kata-kata dokter Yang tentang kehendak Tuhan mempertemukannya dengan dokter Yang.

Tuhan, inikah jawabanMu? Benarkah Kau ingin aku sembuh dan bahagia? Benarkah kau mengirimkan dia untuk membantuku sembuh? Inikah jawabanMu, Tuhan?

***

Bagi seorang psikiater, salah satu hal yang dilarang saat menangani pasien adalah terikat secara emosional, karena sedikit dan lain cara, ikatan emosional itu dapat mempengaruhi sang psikiater dalam menangani pasien. Mempengaruhi penilaiannya, mempengaruhi diagnosa dan keputusan dalam memilih metode terbaik dalam menangani pasien.

Lalu aku mulai bingung dengan apa yang kurasakan ini. Kenapa aku sangat peduli dengan kesembuhan dia? Alasan hanya karena takut menyesal di dalam kubur tidak terdengar cukup baik. Aku merasa bukan itu alasan yang sebenarnya. Aku terjebak di sini, ragu dengan penilaianku sendiri.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Kayana saat mereka sedang menikmati makan siang.

“Ya. Aku baik-baik saja” jawab Radit tak semangat.

NAIL CUTTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang