Jika kau mengunci dirimu dalam cangkang, bagaimana kau bisa tahu bahwa indah pantai menantimu?
***
Di usianya yang ke dua puluh tujuh ini Rani belum pernah terpikir untuk menikah. Jangankan untuk menikah, untuk jatuh cinta saja dia merasa pesimis.
Jatuh cinta dan membangun keluarga memang fitrah manusia, tapi bagi seorang wanita yang memiliki pengalaman buruk bersama lelaki, seperti Rani, jatuh cinta dan membangun keluarga adalah sebuah tantangan setinggi gunung menjulang. Sebelum mulai melangkah, terlebih dahulu ia harus menghadapi rasa takut berupa jurang gelap tak berdasar.
“Ah, kamu aja terlalu parno” kata Dian sahabatnya suatu ketika saat mereka membahas soal pernikahan.
“Cowok itu semuanya kaya kecoa” kata Rani.
“Oh, berarti Dio sama dokter Yang juga?"
“Kecuali mereka”
“Berarti gak semua”
“Balik lagi ke pembahasan kita” kata Rani sambil memotong-motong paprika “Gue gak ada minat untuk menikah karena itu bakal menjajah kemerdekaan gue. Gue gak mau dipegang-pegang apalagi sampe di…” Rani tampak bergidik “Sama siapapun itu. Badan gue milik gue, gak ada yang boleh menyentuh. Apalagi mahluk yang kaya kecoa”
“Ya tapi kan lo bilang gitu karena lo belum pernah jatuh cinta”
“Apa hubungannya?”
“Loh? Ada dong. Kalau kita mencintai seseorang, dengan fitrah yang Allah berikan dalam gen manusia kita, yaitu fitrah meneruskan keturunan, kita akan merasakan dorongan untuk melakukan kontak fisik. Kecuali beberapa orang penganut sex bebas yang mereka bakal melakukan itu meski tanpa cinta”
“Jadi, kalau gue mencintai seorang cowok, otomatis gue bakalan mau dipegang-pegang? Gitu?”
“Ya bukan kaya gitu juga bahasanya. Kontak fisik lah, apapun itu bentuknya”
“Ih…” Rani bergidik lagi “Amit-amit. Bakalan gue tendang nanti, dia”
“Udah gak usah banyak cincong dulu, jatuh cinta aja belum? Lagian gue agak gak percaya sih, sebenernya, waktu lo bilang lo belom pernah jatuh cinta” kata Dian sambil mengiris permukaan sosis dan menjajarkan mereka di piring.
“Nih, ya. Gue aja waktu umur lima tahun udah jatuh cinta sama Tuxedo bertopeng. Terus umur 10 tahun gue jatuh cinta sama Saint Seiya, terus umur dua puluh gue jatuh cinta sama si Haku_”“Itu mah bukan jatuh cinta. Mana ada jatuh cinta sama tokoh kartun semua?” protes Rani.
“Ya tapi kan ada lah, rasa suka sama cowok”
“Ya gue juga ada rasa suka sama cowok mah. Cuma_”
“Siapa? Siapa?” Dian mendempet lengan Rani sampai dia tersudut ke tembok dapur.
“Yang Se Jong, Lee Min Ho, Jo Jong Suk”
“Yah, itu mah apaan?”
“Emang dunia bakal kiamat kalo gue gak nikah? Enggak, kan? Kalau pun gue gak nikah, Ibu tetep bisa punya cucu, kok. Dari si Dio”
“Emang gak bakal sampe bikin dunia kiamat, sih. Cuma ada sebuah ruang hampa yang akan terisi di sebuah sudut dalam hati lo. Lo gak bakal kesepian. Ada yang sayang sama lo, jagain lo, peduli sama lo, dan hidup bersama lo sampe umur gak ada lagi. Kebayang gak, kalau udah jadi nenek-nenek, lo hidup sebatang kara? Gimana sepinya, coba?”
“Kalau gue udah jadi nenek-nenek, gue bakalan jadi relawan kemanusiaan, biar bisa manfaatin sisa umur dan gak kesepian” Rani mulai mengiris bawang bombay yang sudah dikupas Dian.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAIL CUTTER
RandomKisah psikiater dan pasiennya yang seperti musuh bebuyutan. Seumur-umur Radit jadi psikiater, baru kali ini dia harus mengemis-ngemis pada pasiennya agar mau diobati. Pasien yang absurd dan sangat kurang ajar, satu-satunya pasien yang menyebut dirin...