Vote+comment!!😆😆
Sekitar satu jam kami mengobrol di kafe dekat kantor, aku kembali ke kantor diantar oleh Seokjin yang harus menjemput Jinhye yang sudah menelfon dan ngambek karena ditinggal sendirian dengan Hoseok, aku teringat pada Park Sojin, gadis selingkuhan Lee Seunghoon. Apa aku harus bertanya padanya tentang Hyeri eonnie? Ada apa dengan Hyeri eonnie sehingga Seunghoon segitu bencinya pada oppa dan aku yang tidak ada hubungannya dengan mereka?
Kini aku sudah bolak-balik naik-turun lift sekitar 10 kali ragu-ragu akan mengajak Sojin bicara atau tidak dan ini adalah keputusan terakhirku, lebih baik aku cari aman demi kelangsungan hidupku yang mungkin akan bahagia nantinya dan tidak perlu menanyakan apapun. Akhirnya setelah berhenti di lantai 8 bagian keuangan, tempat Sojin bekerja, aku pun memutuskan untuk kembali ke lantai 7 di bagianku, brand direction. Namun saat aku hampir menekan tombol tutup pada lift, seseorang berteriak memintaku membukakan lift dan aku pun menurutinya.
"Terimaka-sih." Kata orang itu terputus tepat saat melihatku. Tidak salah lagi, Park Sojin. Jika sudah begini apa aku harus membuang kesempatan demi keselamatan nyawaku? Tidak, aku adalah wanita nekat yang tidak takut mati. Kami benar-benar canggung, aku rasa ia tau jika aku adalah tunangan dari pacarnya.
"Sojin-ssi." Sapaku.
"A-aku?" Tanyanya kembali terbata.
"Yaiyalah, disini cuma ada kita." Jawabku sedikit kesal namun tidak memperlihatkannya. "Bisa bicara? Aku traktir kopi." Ajakku. Ah kenapa aku bilang kopi?! Aku sudah meminum 2 gelas kopi bersama Seokjin tadi.
"Maaf aku sibuk." Jawabnya lalu dengan sial lift sudah terbuka.
"Apa Seunghoon baik sama kamu?" Ceplosku dan tentu saja ia terkejut. Mungkin takut dimarahi karena ia adalah pelakor Seunghoon dan aku akan memarahinya lalu merekamnya dan menguploadnya ke internet? Tentu saja tidak. Aku bahkan tidak sakit hati sama sekali hanya jijik pada mereka.
"Maksudmu apa tanya kaya gitu?" Jawab Sojin. Dan ia pun terkena pancinganku. Kami pun berhenti di kantin kantor untuk berbicara sebentar.
"To the point aja, jangan lama-lama aku sibuk." Kata Sojin canggung. Aku pun nekat membuka kancing cardiganku yang menutupi tanktopku dan membukanya memaparkan luka lebam besar pada pundak putihku. Sojin menganga lebar melihat lukaku.
"Itu.. kok bisa.." tanyanya terbata-bata. Aku pun tersenyum kecut.
"Makanya aku tanya, apa Seunghoon baik sama kamu?" Tanyaku lagi. "Tapi liat reaksimu kaya gitu.. Seunghoon baik ya sama kamu." Lanjutku dan ia memasang wajah takut ketahuan. Ya sebenarnya ia memang sudah ketahuan kan?
"S-seunghoon yang lakuin itu ke kamu?" Katanya kembali terbata.
"Kayanya dia benci banget sama aku, aku jadi penasaran kenapa. Apa karena kamu?" Tanyaku terang-terangan.
"A-aku bahkan nggak kenal." Ia sama sekali tidak pandai berbohong.
"Atau karena Hyeri?" Tanyaku random dan wajahnya menampakkan perubahan, ia pasti mengenalnya! "Hyeri eonnie.. kenapa?" Tanyaku. Ia terdiam cukup lama tampak berfikir
"Haha, bentar. Kamu itu lagi marah atau apa sih?" Tanyanya sinis. "OK, iya aku selingkuhan Seunghoon terus kamu mau apa? Marah aja sepuasnya." Jawabnya.
"Sejak kapan?" Tanyaku. Ia kembali tidak menjawab. "Kayanya kamu lebih kenal Seunghoon dari pada aku, ya kan? Kamu pasti udah lama kenal sama dia kan? Maka dari itu aku tanya, Hyeri eonnie.. ada apa sama dia?" Lanjutku. Ia kembali berfikir keras atas apa yang aku tanyakan itu.
"Kamu itu mau jebak aku atau gimana sih?" Tanyanya dengan wajah sinis kembali.
"Aku.. minta tolong." Kataku menatap lekat matanya yang berpaling dariku. Ia pun pergi meninggalkanku. Aku menarik tangannya.
"Beneran nggak bisa? Kita sama-sama cewek kan?" Tawarku kembali.
"Kalo mau minta tolong, jangan sama pacarnya." Jawabnya datar lalu ia pergi secepat kilat. Aku tidak tau dia akan menjadi senjataku atau senjata bagiku.
-
Aku pun kembali ke ruanganku mencoba melupakan kejadian tadi dan memerawang apa yang akan terjadi kedepannya lalu menyelesaikan semua amanah Jinyoung untukku sebelum aku mati. mungkin.
DOR! DOR! DOR!!! Tiba-tiba terdengar suara pintu ruanganku yang seketika terbuka lebar tanpa ku raih. Kupikir ini akibat dari apa yang kulakukan tadi. Tapi apa ini tidak terlalu cepat?
"Kamu bilang apa ke Sojin?" Tanya Seunghoon tiba-tiba sembari berjalan cepat ke depan meja kerjaku. Aku berusaha mengabaikan lelaki itu walau tanganku tetap bergetar.
"Sojin? Ahh.. selingkuhanmu?" Tanyaku dengan wajah yang ku usahakan datar dan PLAAKKK!! Sebuah tamparan keras mendarat ke pipiku yang kurasa akan ikut melebam bersama pundakku. Aku hanya bisa diam menatapnya nanar, itupun hanya sekejap. Aku kembali berusaha memfokuskan diri pada komputerku.
"Selingkuhan? Asal tau aja ya, dia itu belahan jiwaku sejak dulu dan kamu? Kamu itu cuma kecoa yang lewat di hidupku." Katanya menyakitkan, apa? kecoa?!
"Lalu kenapa kamu mau tunangan sama kecoa? Kalo kamu nggak terima aku nggak akan lewat di hidupmu kan?" Balasku tetap berusaha datar.
"Jangan buat aku lepas kendali ya?! Aku udah bilang kan nggak usah ikut campur urusanku!" Bentaknya. Wah kini ia bahkan berani membentakku disini. Aku tidak menjawab karena jika sesenti saja aku membuka mulutku air mataku akan langsung membanjiri pipiku.
"YA! Jawab!" Katanya dan BRUAKKK!! Ia menjatuhkan semua barang yang ada di mejaku, untung saja PC dan keyboard yang kini masih di tanganku tidak ia jamah. Tanganku gemetar sekarang aku benar-benar takut dan ketakutanku terjadi, Park Sojin hanya menjadi senjata yang akan membunuhku dan kini Seunghoon sudah berada tepat didepanku.
Tiba-tiba suara pintu kembali terdengar. Akhirnya setelah sekian lama ada saksi yang mungkin berpihak padaku.
"Ini ada apa sih?" Tanya orang itu dari depan pintu. Jinyoung!! Namun tiba-tiba si sial Seunghoon itu mendekatkan mukanya ke wajahku.
"Kamu bisa nggak sih hargain aku? Aku tunanganmu dan kamu masih berpikir kalo cowok itu segalanya?" Kata Seunghoon dengan lirih dan mengubah alur pembicaraan tiba-tiba. DAMN IT!
"Bisa aku minta tolong urusan keluarganya diselesaikan di rumah? Aku mohon, ini kantor, ini pekerjaanku." Kata Jinyoung menggela nafas. Aku tetap berusaha fokus menatap komputer karena aku tidak berani lagi menatap apapun dan kini Jinyoung? Bagaimana jika ia marah dan menyuruhku pulang dengan si brengsek ini?!
"Bisa tolong keluar sekarang? Dia lagi kerja." Kata Jinyoung dengan ajaib lalu Seunghoon pun dengan setitik etika yang masih tersisa dalam dirinya terpaksa keluar. Aku lemas bukan main, aku langsung menenggelamkan kepalaku di meja dan meneteskan air mataku secara bertahap seketika setelah laki-laki brengsek itu pergi. Suara derap kaki Jinyoung mendekat, ia mengambil barang-barang yang tercecer di bawah mejaku. Dia Jinyoung? Atasanku yang menyebalkan setengah mati itu? Karena tidak enak, aku pun ikut berdiri untuk mengambil barang-barang tadi.
"Udah duduk aja. Kaki gemeteran gitu." Kata Jinyoung tanpa menatapku.
"Maaf." Jawabku. Hanya itu yang bisa kukatakan.
"Soo, disini aku bukan cuma atasanmu. Aku juga temenmu. Kamu bisa minta tolong aku kan?" Katanya lagi tanpa menatapku. Aku kembali menangis, kali ini keras. Ia melangkah mendekatiku setelah tuntas menaikkan barang-barangku tadi lalu menepuk bahuku pelan.
"Aku mau mampir ke restoran Jungkook, meeting sebentar. Nggak bakal diculik disana kan kamu?" Tanyanya sembari melangkah keluar. Apa maksudnya?
"Jangan disini terus, ayo aku anter pulang." Kata Jinyoung perhatian. "Tapi habis ke Jungkook nggak apa-apa kan? Ayo keluar." Lanjut Jinyoung sambil menungguku bersiap-siap. Ini baru pukul 2 siang dan ia memperbolehkanku pulang? Aku baru sadar kalau ternyata di dunia ini banyak orang yang menyayangiku.
.
.
.
.End chapter 31~
Tbc!^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Daylight (JinSoo Ver.)
FanfictionAuthor : Ailees Lee (EXO Ver.) Editor : Park Hanna (BTS Ver.) Genre : Romance Character : Kim Jisoo (BP Jisoo), Kim Seokjin (BTS JIN), Kim Namjoon (BTS RM), Jennie (Blackpink),Hoseok, Taehyung, Yoongi, Jungkook, Jimin, Jinyoung (Got7) Length : Chapt...