Chapter 32 : Finding the Truth (Seokjin)

1.6K 179 1
                                    

Vote+comment!!!



















Seusai memandikan Seokjin mini aku bergegas meninggalkan Jinhye dengan paman-nya, Hoseok. Dan aku berniat langsung menghampiri Jisoo ke kantornya dan meminta maaf secara resmi.

Aku menempuh perjalanan panjang menuju kantor Jisoo. Kenapa sepagi ini sudah sangat macet? huh. Setibanya di kantor Jisoo itu, aku memutuskan untuk berhenti sebentar di cafetaria lantai 3 untuk breakfast— brunch lebih tepatnya. Setelah memesan omelet plus french fries aku duduk di salah satu kursi. Saat itu benar-benar masih sepi karena memang masih jam kerja.

DUANGG!! Seperti suara orang menabrak kaleng besar. Spontan aku menoleh ke arah suara dan... uhukk-uhukk... Bagaikan tersedak sendok! Aku melihat sepasang kekasih bercumbu mesra di pojokan samping soft drink machine. Sebenarnya menjijikkan, mungkin mereka belum puas saat di hotel. Never mind. Tapi.. sepertinya aku mengenal lelakinya, tapi aku lupa siapa, sepertinya wajah sang pria pernah kulihat. Ah! Siapa?

Grekkk... suara automatic door terbuka dan seorang gadis cantik dengan makeup tipis, dengan kemeja merah diselingi kotak-kotak hitam dan jeans ketat yang menegaskan kaki cantiknya yang ramping berdiri mematung TEPAT di depanku.

"Hey, Soo..." sapaku canggung, bisa kulihat kecanggungan juga menimpa dirinya. Dia hanya menundukkan kepalanya sopan dan melangkah masuk ke cafetaria. Aku menarik tangannya lembut untuk menahannya. Aku melihat cincin yang terpaut di jari manisnya, membuatku teringat adegan gandengan tangan Jisoo dengan kekasihnya. OH IYA!! pria yang berciuman itu kekasih Jisoo! Aku langsung menarik kedua tangan Jisoo agar menghadap lurus padaku agar tidak melihat kekasihnya itu.

"Apa tadi malam aku gila?" sambil menggaruk tengkukku yang sama sekali tidak gatal. Dia masih menatapku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Maafkan aku, kata Hoseok aku ngelakuin sesuatu... aku nggak bermaksud." aku membungkukkan badanku. Sebagai tanda permintaan maaf resmi.

"Kamu keterlaluan. Aku nggak tau harus maafin kamu atau nggak." Katanya, kuharap dia hanya menggodaku. "Bisa lihat ini?" jari mungilnya menunjuk matanya yang memang terlihat bengkak. "Kamu harus tanggung jawab udah bikin aku nggak cantik." Apa aku membuatnya menangis?

Aku memilih tersenyum. "Seburuk itukah? Hehe... maaf." kataku canggung. "Kamu kesini mau minum?" lanjutku.

"Ah, tadi aku mau beli minuman di sana..." dia membalikkan badannya dan jari lentik dengan cat kuku merah senada dengan bajunya itu menunjuk ke vending machine "Seunghoon?" katanya pelan. Akhirnya dia tetap melihatnya walau sudah ku hadang. Semoga hari ini aku tak akan melihat air matanya.

"Ng, aku salah kan?" tanyaku prihatin.

"Hm? Apanya?" Katanya santai lalu ia memejamkan mata dan menghembuskan nafas keras.

"Kamu nggakpapa?" Aku berusaha menyadarkannya dari lamunan.

"Yap, memangnya kenapa?" Dia tersenyum! Apa ini? Apa aku salah orang? Tapi aku yakin 99,9999% kalau dia adalah tunangannya Jisoo

"Kamu lihat apa nggak, sih? Atau aku yang salah orang? Bukannya dia pacarmu?" tanyaku memastikan.

"Bukan.. tunangan lebih tepatnya." Ya aku juga tau itu, Soo.

"Terus?" Aku tidak tau harus bicara apa.

"Apa?" Kenapa malah tanya balik padaku?.

"Mau ngopi? Aku tau cafe bagus di dekat sini." lanjutnya dan langsung berjalan meninggalkanku. Ada apa dengan wanita ini?

"Bareng dong!" teriakku sambil mengejarnya penuh dengan pertanyaan mengitari kepalaku.

-

Di sebuah cafe di dekat kantornya, kami saling menceritakan pengalaman selama 2 bulan tidak bertemu.

Daylight (JinSoo Ver.)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang