Sedang tahap editing karena baru balik setelah hiatus satu tahun, akan ada pembaruan nama tokoh, cast dan lainnya. [Tidak ada pengubahan alur cerita]
"You're my sunshine in the rain when it's pouring"
Ini bukanlah kisah cinta seorang pelajar yang be...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kau bisa menjadi bagian dari hidupku. Boleh. Bisa. Gampang. Bahkan sangat mudah. Tapi setelahnya jangan mengharapkan jalan keluar ada di dekatmu. -Reihan-
Dilihatnya Nathan celingak celingukan mencari keberadaan seseorang. Reihan yang peka terhadap gerakan temannya itu, dengan sigap mengambil benda pipih di saku celananya.
Line
Reihan : Di belakang altar
Send. Singkat, padat, jelas pesan yang dikirim oleh Reihan kepada Nathan.
Di sebrang sana, Nathan segera merogoh saku celana hitam formalnya karena bergetar beberapa detik yang lalu. Menandakan sebuah pesan baru saja sampai pada smartphonenya. Setelah membaca isi pesan singkat tersebut, sontak Nathan mendongakkan kepalanya dan melihat kawannya itu tengah sibuk menelfon dengan posisi membelakanginya.
Nah! Tuh si Reihan
Entah ia memang usil atau ini sudah di lakukan oleh kebanyakan orang. Timbul ide jahil untuk mengerjai sahbatnya itu. Berhasil melangkah tanpa suara, kini saatnya Nathan mulai menjalankan rencana kecilnya tersebut.
"DORR! "
Tak ada reaksi dari si korban. Reihan hanya menoleh ke arah pelaku dan tatapan sedingin es disuguhkan untuk Nathan. Sejauh ini, acara berjalan cukup lancar. Namun, kehadiran makhluk aneh satu ini membuat mood Reihan semakin memburuk. Ia sangat menyesal telah memberi tahu keberadaannya.
"Rei lo sehat kan? Lo mati rasa atau kehabisan obat Rei?! " Ucap Nathan yang berwajah panik sembari menempelkan punggung tangannya di dahi Reihan.
"Sehat lah bego!" Sahut Reihan ketus sambil menyingkirkan tangan yang sangat mengganggu di dahinya.
"Elo mahhhh, susah banget diajakin becanda. Dasar MKTB." Omel Nathan tak terima.
Reihan yang tak mengerti istilah tersebut hanya menautkan alisnya sambil memberi tatapan tak paham kepada lawan bicaranya.
"Masa kecil terlalu bahagia. Huahahahahahah"
Inilah alasan Reihan kurang suka jika berhadapan dengan orang lain. Menghabiskan waktu dengan omong kosong, basa-basi dan sebuah gurauan yang mengundang gelak tawa.
"Eh btw lo ngapa mengeram mulu di belakang altar? Keluar kek. Yang punya acara siapa, yang sokab sama tamu siapa."
"Bodoamat lah, acara siapa? Gua kan? Suka suka gua lah. Dari pada terpaksa, mendingan gua diem disini. Puas?" balas Reihan dengan nada sarkastiknya.
"Ciaelahh. Serem banget sih lo. Oplas dulu gih. Tenang nanti gue bayarin tapi uang nya dari lo. Hehe." Nathan kembali bergurau.
Kesal. Reihan memutar matanya lalu beralih pada jam tangan hitam yang setia melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ia menghela napas kasar.