13.30"DOR!!!"
Tanpa ragu, seorang gadis berparas menawan walaupun dahinya tertutupi oleh oil control, rambut diikat asal dan tak lupa handphone selalu setia di genggaman tangan mungilnya menepuk bahu Nathan.
Si korban pun hanya mampu mengelus dada karena kedamaian yang baru saja ia dapatkan kembali terusik oleh Daisyara.
"Ka Nathan mikirin apa? kok sendirian ajaa? Jomblonya keliatan banget sih-!" Sapa Gadis itu sambil menarik kursi agar ia bisa duduk tepat di samping Nathan.
"Serius lo mau tau gua mikirin apa?" Tanya Nathan yang kesabarannya hampir terkuras karena tingkah gadis di sampingnya.
"Hu-um!" Daisyara mengangguk.
"Beneran? Nanti nyesel lho," Goda Nathan kepada Daisyara yang nampak semangat untuk megetahui sesuatu yang dipikirkan Nathan sejak tadi.
Daisyara hanya menatap Nathan sinis seolah olah ia merasa jengkel terhadap dirinya karena mengulang pertanyaan yang sama
"Gua suka heran sama telur, kalo di masukin kulkas tetep cair, giliran di masukin ke dalem air panas malah beku. Heran asli gua Ra," Jawab Nathan dengan wajah serius yang sedikit mengadah keatas dan jari telunjuk di dagunya.
"Dasar monyet-! Kirain ada masalah serius, nyebelin."
Berhasil membalas kekesalannya, Nathan tersenyum puas melihat Daisyara memasang wajah cemberut dengan bibir bawahnya yang sedikit maju seolah ia benar benar jengkel akan sikap Nathan.
"Dih gausah begitu bibirnya, kode minta dicium ya?"
"Apasi-! Orang jelek diem aja!" Jawab Daisyara ketus
"Anjir orang jelek. Untung Nathan itu malaikat,"
"Iya Malaikat, tapi malaikat maut-!" Balas Daisyara kesal sambil menekan dua kalimat terakhirnya tepat di telinga Nathan.
"Heh bocah, cobaa ulang bilang apa-!"
Nathan pun menangkup kedua pipi chubby milik Daisyara dengan telapak tangan yang berukuran cukup lebar bagi seorang pria seumurannya.
Setelah Daisyara berhasil menghentikan aksi pria beriris mata coklat itu, akhirnya Daisyara mulai untuk membahas tujuannya bertemu Nathan,
"Kak, Ara mau tanya dong." Nathan menghadap kearahnya,
"Kakak udah lama kenal Reihan kan, ceritain semua tentang Reihan dong." Lanjut Daisyara.
"Ciaelah, orangnya masih idup Ra, dia bukan pahlawan yang punya buku biografi, tanya orangnya langsung kan bisa."
Seolah tak puas akan jawaban dari Nathan, Daisyara pun mencoba memasang puppy facenya dan mulai memohon serta beberapa sogokan seperti kata 'traktir' terlontar dari mulutnya. Ia hampir saja menyerah, tapi pada akhirnya Nathan menghela napas pelan dan berkata,
"Beberapa hal gabisa gua ceritain karna Reihan juga privasi Ra, kalo dia udah percaya sama lo, dia pasti bakal cerita semuanya."
Mengetahui arah pembicaraan mulai serius, Daisyara menunduk. "Ara cuma pengen lebih kenal Reihan, Kak. Habisnya Ara ngerasa cuma Ara yang gatau apa apa disini, Ara takut salah bicara lagi karna gatau apa sebabnya."
"Dih, kaga usah mewek gitu." Hibur Nathan sambil mengacak kembali rambut gadis di sampingnya.
"Dasar bocil. Yaudah tanya nya satu satu, kalo bisa di ceritain ya gua ceritain, kalo engga ya biar Reihan sendiri yang cerita."
Daisyara mendongak, mengangguk kepada Nathan seakan ia patuh terhadap syarat yang berlaku.
"H-heum, apa yang kakak tau tentang Rachel?"
"Dia adenya Reihan, temen kecil gua, sekarang udah gaada."
"Ihhh tauuu-! Kenapa dia bisa gaada? Sepenting apa dia buat Reihan?"
"K-karna kecelakaan, Rachel memang penting banget bagi Reihan dan bagi gue juga." Nathan tersenyum tipis, senyuman itu seolah menunjukkan dalamnya luka lama seseorang terhadap kejadian yang membuatnya terpukul, sangat terpukul.
"Rachel itu ibarat Ratu dan kita pengawalnya. Makanya waktu denger kabar Rachel sama Nyokap Reihan kecelakaan kita ga nyangka, apalagi Bokapnya Reihan. Mereka bolak balik psikiater sampe keadaannya membaik kaya sekarang."
Daisyara bisa maerasakan sakitnya ketika kehilangan orang terdekat dari perkataan Nathan yang melirih. "Jadi obat yang kemarin Reihan minum itu, ternyata obat dari psikiater ya?"
"Lah Si Kunyuk kumat lagi?" Tanya Nathan heran seakan mengembalikan dirinya pada dunia nyata sekaligus menghapus kesedihan yang sempat menjalar di tubuhnya.
"Kemarin ada telfon gitu kan kak, uname nya itu Samuel. Jadi Ara kasih ke Reihan, terus dia sedikit cerita tentang Rachel, abis itu waktu mau balik, tiba-tiba Reihan megang kepala kesakitan gitu." Jelas Daisyara membuat Nathan mengerti mengapa gadis ini mencari sedikit kebenaran darinya.
"Reihan itu bipolar, jadi sekali moodnya down ya hati hati aja. Untung tuh anak ga pernah self harm sampe cutting gitu. Tapi, yah kalo udah kambuh dia bahkan gabisa kendaliin diri sendiri. Jadi jangan heran dia begitu," Ucap Nathan setelah menghela napasnya.
"R-reihan bipolar?" Tanya Daisyara yang semakin bingung dengan masa lalu pria kesayangannya itu.
Pantes kemarin lembut tiba tiba jadi kasar
"Ah iya kak, Reihan sering nyebat juga ya?" Tanya Daisyara kepada Nathan berusaha menghapus kabut kebingungan yang menghantui dirinya sejak pertama masuk ke dalam kehidupan Reihan.
"Engga sering juga sih, btw dari mana lo tau?" Nathan menatap Daisyara bingung.
"Ish kemarin dia nyebat kak-! Ara kan kaget, terus ara juga takut. Kaya bukan Reihan."
"Aelah tu anak, lo kuat kuat aja ngadepin Reihan, mulut sama badannya kadang bisa lepas kendali. Tapi dia cepet baikan juga."
Daisyara mengangguk paham. Memang benar apa yang dikatakan Nathan, Daisyara sudah mengalaminya kemarin. Dan itu cukup menyeramkan bagi seseorang yang lugu dan pertama kali melihat keadaan seperti itu.
"Kalo lo bingung ngadepin Reihan, telfon gua aja." Lanjut Nathan menawarkan bantuan yang sangat bermanfaat bagi Daisyara
"Ah iya, dia agak sensitif juga sama hujan. Jadi jangan heran dia bakal nangis atau ketakutan waktu hujan, sekarang mungkin ga setakut dulu, tapi masih takut juga beberapa waktu."
"Ternyata Reihan yang tampangnya sangar tapi ganteng ada yang di takutin juga ya,"
"Lo juga udah pernah ngerasa kehilangan kan? Reihan juga sama. Sayangnya dia masih belum bangkit Ra, jadi semangat aja buat lo Ra," Ucap Nathan sambil menepuk pundak Daisyara lembut dan berakhir mengelus puncak kepalanya dengan tangan kokoh miliknya yang tak kalah dengan kokohnya tangan Reihan.
"Bahkan gua pernah berantem sama tuh anak, parah sih. Cuma, ya gua sadar Reihan pun gak mau ngelakuin hal fatal kaya kejadian waktu itu. Sayangnya gua gabisa cerita, Bipolar ngubah Reihan kesayangan gua Ra, hiks." Nathan pun mengusap matanya seolah ia menangis karena keadaan Reihan saat ini.
"Ihh kak Nathan maho-!"
"Anjir maho, mana ada oneng. Buktinya gua masih suka sama lo," Nathan terkekeh akibat ucapan jahilnya itu.
"Eh, keceplosan." Pria itu memasang mimik terkejut seolah ia telah membongkar sebuah rahasia penting bersamaan dengan telapak tangan yang menutupi bibir tipis merah muda miliknya.
"Ih Araa disukain sama maho!" Tak mau larut ke dalam perkataan Nathan yang membuat pipinya semerah tomat, Dasiyara memilih membalas ucapan konyol Nathan dengan santai.
"Yawlah, speechless kek. Malah lanjut ngatain, cubit dulu sini."
Baiklah, kini pipi Daisyara berakhir dengan cubitan Nathan yang gemas akan respon adik kelas sekaligus adik teman terdekatnya itu.
____________
Happy Reading!
Baru bisa balik setelah hiatus setahun :(
B, 27 februari 2020
![](https://img.wattpad.com/cover/136765665-288-k868628.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTION [Edit]
Fiksi RemajaSedang tahap editing karena baru balik setelah hiatus satu tahun, akan ada pembaruan nama tokoh, cast dan lainnya. [Tidak ada pengubahan alur cerita] "You're my sunshine in the rain when it's pouring" Ini bukanlah kisah cinta seorang pelajar yang be...