[8]

106 14 8
                                    

"A.."

Bukk..

Belum sempat Jun menyelesaikan panggilannya, kakinya sudah ditendang terlebih dahulu oleh Meina.

"Jangan pernah memanggilku dengan nama itu !" Peringatkan Meina.

"Memangnya kenapa ? Itukan panggilanmu di rumah." Kata Jun sambil mengusap - usap kakinya. Tendangan Meina cukup kuat sampai sakitnya terasa ke tulang.

"Panggilanku di rumah bukan berarti panggilanku di kampus. Panggil aku Mei di sini !!" Perintah Meina.

"Ok sayang."

"Ehh.. Iya.. Iya.. Ok Mei." Ralat Jun sebelum Meina siap - siap menendang kakinya lagi.

Meina pun meninggalkan Jun untuk masuk ke gedung teater. Dia anak teater ? Bukannya kata Minghao, Meini jurusan sastra ? Masa iya mereka beda jurusan.

Ahh sudahlah. Abaikan Jun.

Perasaannya lagi senang karena bisa menemukan identitas asli Meina. Gadis yang diincarnya. Jun hendak menemui Minghao. Pasti dia belum mengetahui fakta ini. Pikir Jun.

°•♡•°

Sesampainya di ruang hima..

"Kenapa kau bulak balik ke ruang hima ?"

Jun kembali dihadang oleh ketua hima yang tinggi itu. Masih kesel saja dia. Batin Jun.

"Minghao tidak ada di sini. Dia ada kelas pagi ini."

"Selain ketua hima. Kau bisa membaca pikiranku juga ya." Kata Jun. Sedikit mengajaknya bercanda agar sensi Mingyu pada Jun menghilang. Tapi sepertinya gagal. Mingyu masih tetap menatapnya datar.

"Itu muka datar banget kalau melihatku." Kata Jun. Tidak dibalas. Jadi ingat Meina kalau tidak dibalas begini. Pikir Jun.

Karena Jun tidak ingin disinisin seperti ini terlalu lama, Jun pun berkata, "Kalau begitu saya minta maaf. Maaf karena godain gadismu."

"Aku sudah tidak memikirkannya." Kata Mingyu.

"Tidak mikirin, tapi mukanya datar begitu." Gumam Jun.

"Mwo ?"

"Anio." Kata Jun cepat.

"Kebetulan orang yang kau cari datang." Kata Mingyu. "Katanya kau ada kelas ?" Lanjut Mingyu pada Minghao.

Rautnya langsung berubah saat dia menyapa Minghao. Jun hanya bisa menambah sabar karena dijutekin oleh ketua hima. Butuh waktu memang untuk mengembalikan orang yang kesal dengan kita. Itulah yang dirasakan Jun.

"Dosenku hari ini tidak masuk. Mana hari liburku padat, malah harus ambil kuliah pengganti." Dapat Jun lihat Minghao sangat malas mengatur kuliah penggantinya itu.

Jun tidak pernah memusingkan kuliah pengganti. Karena memang dia tidak pernah sibuk selain kuliah dan mencari perempuan. Tapi.. Kali ini Jun menentukan pilihan untuk fokus mendekati Meina. Namun Jun belum memikirkan jika dia sudah mendapatkannya. Apa dia akan meninggalkannya atau malah bertahan ? Itu yang belum Jun pikirkan.

"Sudahlah. Nanti aku bantu urus waktunya." Mingyu baik sekali dengan Minghao. Iri Jun.

"Ini masalah kecil. Aku bisa mengaturnya sendiri." Kata Minghao.

"Baiklah. Aku masuk dulu. Temanmu juga mencarimu." Kata Mingyu. Tanpa pamit terlebih dahulu pada Jun.

"Hei ! Si ketua hima kenapa sinis sekali padaku ?" Tanya Jun.

"Lagian kau mencari masalah dengannya."

"Aku kan juga tidak tau awalnya. Gadisnya juga selalu sendirian." Lawan Jun.

"Mingyu kan sibuk sampai tidak bisa selalu menemani Yerin." Kata Minghao.

"Kan aku tidak tau."

"Sudahlah. Kenapa kau datang ke sini ?" Alihkan Minghao.

"Ahh.. Aku sampai lupa. Ternyata Meini itu kembar."

"Sudah tau." Jawab Minghao.

"Kapan ? Kenapa kau tidak memberitahuku ?" Protes Jun.

"Memangnya harus ?"

"Ish.. Kau ini. Lalu apa saja yang kau tau ?"

"Aku tidak mencari tahunya lebih jauh. Cukup tau mereka kembar saja." Itu karena aku tidak mau Imei di dekati olehmu. Lanjut Minghao dalam hati.

"Ternyata taruhan itu aku yang menang karena aku mengetahuinya langsung dari Meina." Kata Jun.

"Kau masih bahas taruhan itu ?!" Kesal Minghao. "Tidak ada yang menang atau kalah. Kau hanya meminta indentitas Meini, bukan kenyataan mereka berdua kembar."

"Aku hanya mengingat. Jadi tidak masalah kan. Aku tidak menuntut untuk diakui menang kok. Yang penting aku masih bisa mendekati Meina." Kata Jun.

Minghao menghela nafas panjang. "Kepalamu harus dibersihkan sesekali untuk menghilangkan kecanduanmu pada perempuan. Aku kasihan pada Meina, aku harap dia tidak pernah takhluk dengan mudah olehmu." Ceramah Minghao.

"Sayangnya tidak pernah ada yang menolakku selama ini." Percaya diri Jun.

Minghao menyunjingkan senyum meremehkan. "Kau yang bilang sendiri jika Meina itu berbeda. Dia selalu memarahi dan menjauhimu. Dia tidak akan mudah didapatkan."

Mendengar ucapan Minghao malah membuat Jun tertantang. "Kita lihat saja."

"Tapi aku tidak mau ada taruhan - taruhan lagi. Sudah aku mau masuk. Masih banyak yang harus ku kerjakan. Tidak sepertimu yang menganggur." Sindir Minghao.

"Wah.. Kau malah mengejekku. Lihat saja jika aku sudah sibuk, nanti kau akan kehilanganku." Kata Jun sebelum Minghao menutup pintunya.

"Itu mustahil. Bye." Ditutupnya pintu itu membuat Jun menggerutu sedikit.

Mereka asik bicara sampai tidak sadar ada yang mendengarkan pembicaraan mereka.

"Jadi mereka taruhan ??!"

°•♡•°

Next chapter >>

       

"Sekali tidak tetap tidak. Kau bodoh ya !"

          

"Aku berubah pikiran. Ayo kita jalan !"

         

"1 sama."

°•♡•°

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang