[13]

95 20 2
                                    

Seminggu sudah Minghao membantu Meini di perpustakaan. Sudah banyak hal yang Minghao mengerti sekarang. Tanpa bantuan dan arahan Meini pun, Minghao bisa mengerjakannya dengan baik. Bahkan terlihat lebih baik dari Meini.

"Tidak biasanya kau datang tepat waktu." Sindir Meini.

Tapi walaupun begitu. Meini masih saja ketus dengannya. Tidak ada perkembangan ataupun perubahan dari sikap Meini padanya. Padahal dia sudah berusaha lebih keras agar Meini bisa melihat kearahnya walau hanya sedetik. Namun itu belum menjadi kenyataan. Minghao masih harus lebih bersabar lagi. Seperti kesabaran Jun yang sedang berkompetisi dengan kembaran Meini, yaitu Meina.

Kabarnya mereka masih saja berperang untuk saling membalas dendam. Minghao tidak ingat jelas berapa score mereka masing - masing. Tapi seingatnya, Jun sedang memimpin pertempuran itu. Kekanak - kanakan sekali. Pikir Minghao.

"Kebetulan semua urusan hima sudah selesai, jadi tidak ada yang perlu dikerjakan dulu untuk sementara waktu. Aku bisa membantumu beberapa hari ke depan." Jawab Minghao.

Meini hanya mengangguk dan kembali terfokus pada buku - buku pengembalian yang baru saja dia cap.

"Apa buku ini sudah bisa ditaruh ke rak lagi ?" Tanya Minghao.

"Ne."

"Baiklah." Minghao mengangkat setumpukkan buku besar yang terlihat berat untuk dikembalikan ke tempat semula. Menuju rak berisi pelajaran ekonomi dan hukum secara bergantian.

Sedangkan Meini yang baru saja menghabiskan cap di buku terakhir, ikut mengangkat tumpukan yang tidak terlalu banyak itu. Membawanya di tempat yang berseberangan tidak jauh dengan Minghao. Meini bisa melihat Minghao dari sana. Tapi Minghao tidak bisa melihatnya karena posisinya sekarang sedang membelakangi Meini.

Sambil menaruh buku - buku itu, Meini sesekali melirik Minghao dari cela - cela buku. Minghao terlihat santai saat melakukan pekerjaannya. Dia juga terlihat cool dengan wajah datar itu.

Meini menghembuskan nafasnya. Sebenarnya dia tidak mau terlalu lama mengabaikan Minghao. Terlebih dia tidak bisa bersikap keras seperti kakakya. Tapi ini perintah kakaknya. Perintah agar Meini tidak sampai tersakiti oleh orang yang salah. Namun perasaan Meini berkata bahwa Minghao tidak akan berbuat seperti itu. Meini jadi bimbang dengan perasaanya sendiri.

Meini menarik tangga kecil yang ada untuk membantunya menaruh buku di bagian rak atas yang tidak bisa dia gapai. Sedikit sulit untuk Meini menaiki tangga itu karena tangannya memegang buku yang tebal dan berat. Lalu karena dia juga mengenakan rok hari ini. Membuatnya harus sedikit berhati - hati agar tidak ada orang yang melihatnya.

Sesuai perkiraanya. Ada seseorang yang bergerak menuju rak tempatnya sekarang. Cepat - cepat Meini segera menyelesaikan tugasnya dan turun sebelum namja itu melihatnya. Tapi ketika kaki Meini menyentuh lantai, namja itu menyentuh bokongnya dengan sengaja. Meini berbalik dan menatap pria itu dengan tatapan tidak suka.

"Jeosonghamnida. Perlakuanmu tadi itu sungguh tidak sopan. Aku yakin kau sengaja melakukannya padaku." Ucap Meini.

Namja itu menyeringai dan menahan dagu Meini. "Habis kau terlihat cantik sekali hari ini. Aku jadi tergoda untuk melakukannya."

Meini menepis tangan namja itu. Tapi namja itu kembali memainkan sebelah tangannya dan menaruhnya di pinggang Meini. "Bisakah kau melepaskan tanganmu ini ?! Atau aku harus berteriak agar kau mau berhenti bersikap kurang ajar !" Risih Meini.

"Kau ini selalu saja ketus padaku. Padahal aku selalu menunggumu. Aku sangat menyukaimu. Karena kau menolakku terus, aku terpaksa melakukan ini."  Dengan mudah namja itu menahan kedua tangan Meini disatu tangannya. Menahan tengkuk Meini dengan tangan lainnya dan berniat mencium Meini.

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang