[22]

87 15 2
                                    

2 minggu sudah Meina, Meini dan Minghao mencium aroma rumah sakit karena Jun masih tinggal di rumah sakit dan tidak sadarkan diri.

Keadaan jadi sedikit mengkhawatirkan. Bukan hanya kondisi Jun yang belum juga membaik. Melainkan keadaan Meina sesekali mulai menyalahkan dirinya sendiri karena melihat kondisi Jun yang tidak kunjung menunjukkan perkembangan.

Meina terus menemani Jun di kamar rumah sakit Jun. Beberapa kali menangis dan beberapa kali juga melamun. Lalu terkadang memberontak. Sesekali Meina melontarkan candaan yang dulu sering Jun katakan padanya. Menceritakan kejadian yang sudah mereka berdua alami.

Meina merasa sakit hatinya kembali terbuka melihat Jun yang tidak kunjung bangun. Padahal dia kira dengan menghindari Jun membuat sakit hatinya tidak akan kembali terbuka. Tapi ternyata sekarang dia menyesal sudah jahat dengan Jun.

"Sampai kapan kau mau tidur ? Kau mau mengerjaiku lagi ya ? Ini tidak lucu Jun. Cepatlah bangun !" Ucapan Meina terdengar memerintah Jun. Tapi nadanya terdengar datar dan menyakitkan.

Dari balik pintu Meini dan Minghao melihat Meina dengan perasaan terasa teriris. Terutama Meini. Jantungnya terasa sakit saat Meina sehancur ini.

Minghao mengusap - usap pundak Meini dengan lembut. Dia sudah tau ikatan batin antara Meina dengan Meini sangat kuat. Ketika salah satunya tersakiti, maka mereka bisa merasakannya lebih baik tanpa harus mengatakannya sekali pun.

"Ini terlalu menyakitkan, Minghao-ya. Kenapa Meina selalu saja merasakan sakit hati yang seperti ini ?" Meini menangis dalam pelukan Minghao.

"Padahal Meina bukan orang yang jahat. Tapi kenapa dia harus merasakan sakit hati seperti ini ??" Minghao tetap mengusap punggung Meini untuk menenangkan gadisnya itu.

"Jun pasti akan sadar. Dia bukan anak yang mudah menyerah. Kalau bisa melawan malaikat maut, mungkin Jun sudah melawannya habis - habisan." Celetuk Minghao berusaha membuat Meini tertawa. Dan itu berhasil.

"Di saat seperti ini kau masih saja bisa bercanda." Meini memukul lengan Minghao pelan sambil berusaha menahan geli dari candaan Minghao.

"Aku berusaha menghiburmu." Kata Minghao. "Apa Meina sudah mengatakan apa yang terjadi padamu ?"

Meini menggeleng. "Setiap kali aku menanyakan hal ini pada Meina, dia selalu saja langsung menangis dan menyalahkan dirinya. Aku tidak tega untuk menanyakannya lagi."

Minghao menghela nafas. Tidak ada informasi jelas tentang apa yang terjadi. Saksi mata banyak. Tapi tidak ada yang mengerti dengan ucapan mereka saat itu karena mereka bicara dengan bahasa mandarin. Polisi sulit memberikan hukuman yang harus dijatuhkan untuk Lizy. Korban pertama sedang koma. Korban lainnya lagi masa depresi. Tidak ada yang bisa dilakukan dengan informasi seadanya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi ? Minghao dan Meini hanya bisa bersabar. Berharap Jun bisa cepat sadar dan Meina bisa tersembuhkan dari depresinya.

"Sebenarnya kenapa Meina sampai sekeras itu dengan Jun ? Dijelaskan dan diberi bukti apapun dia tetap tidak percaya." Kata Minghao sambil mengamati Meina yang masih menemani Jun di dalam.

"Meina sebenarnya tidak sekeras ini dulu. Dia masih bisa lembut dan baik pada orang - orang yang dianggapnya bisa dipercaya. Tapi karena satu orang, dia mulai tidak percaya dengan orang - orang yang suka tebar pesona." Jawab Meini.

"Kalau boleh tau, siapa orang itu ?" Tanya Minghao hati - hati.

"Dia mantan Meina saat di China. Dia playboy yang sudah menduakan Meina. Bahkan tidak hanya 2 tapi lebih. Aku saja hampir dijadikan sasaran."

Minghao mengedipkan mata tidak percaya. Mendengarnya saja sudah membuat tangan Minghao terkepal. Bagaimana dia melihat orang itu langsung ?

"Meina mengetahui kejahatan mantannya itu setelah dipergoki sedang jalan berdua dengan kekasih lainnya. Dalam satu hari, pria itu bisa memacari 3 perempuan sekaligus. Sejak itu Meina tidak mau berhubungan sama seorang playboy dan semua yang ada kaitannya dengan mereka." Cerita Meini. Air matanya mengalir mengingat di mana Meina menangis seharian setelah memergoki mantan kekasihnya itu jalan dengan wanita lain.

Hatinya terasa sakit melihatnya. Bersamaan dengan perasaannya yang sakit karena bisa merasakan apa yang dirasakan Meina. Sekarang Meina kembali merasakan sakit itu. Meina mulai menyukai Jun sekarang.

"Jun.. Kenapa kau tidak bangun - bangun ?? Aku mulai gila karena kau. Aku membencimu." Teriak Meina dari dalam.

Iya.. Meina sudah sangat menyukai Jun. Batin Meini.

°•♡•°

Next chapter >>

         
          
"Aku membawakan sesuatu untukmu."
           
          

"Semoga kau bisa cepat sadar..".
            
          

"Sadarlah dan buat aku jengkel dengan kelakuanmu."

°•♡•°

Next chap sepertinya Jun masih belum sadar..
Kasihan ya Meina jadi agak depresi begini. Padahal niat dia jauhin Jun biar gak sakit hati, tapi ujung - ujungny menyesal juga.

Jadi gimana dong kita harus memposisikan diri jika jadi Meina ? 😅

See you tomorrow
Gak bosen - bosen aku ingetin nih, jangan lupa vomment 😆

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang