Epilog

252 20 4
                                    

Drrt..

"Ottokae ??"

"Belum ada tanda - tanda jantungnya kembali."

Dokter kembali memasangkan alat defibrilator ke daerah dada untuk membuat jantung itu kembali berfungsi.

"Ottokae ??"

"Masih belum."

Dokter menggesek kedua alat kejut itu lebih lama dan menempelkannya kembali.

Drrtt..

Meina membuka matanya secara perlahan. Lampu rumah sakit langsung menusuk pengelihatannya.

Dia membangunkan tubuhnya dengan susah payah dari ranjang itu. Memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Diedarkan pandangannya di setiap ruangan rumah sakit itu. Tidak ada orang. Meina berusaha menurunkan kedua kakinya dan hendak berjalan keluar. Tapi pintu kamarnya terbuka.

"Akhirnya kau sadar juga." Suara Meini memenuhi 1 ruangan itu.

"Aku kenapa ?"

"Tadi kau pingsan." Jawab Meini.

Meina berusaha mengingat sesuatu. Beberapa saat dia berusaha berpikir sampai akhirnya dia bisa mengingat alasan dia pingsan.

"Aku harus kembali ke kamar Jun." Dengan cepat Meina beranjak dari kasurnya. Tapi ditahan oleh Meini.

"Kau baru saja sadar. Jangan langsung gerakan badanmu." Nasehat Meini.

"Tapi aku mau lihat keadaan Jun." Aku tidak mau jika mimpi buruk itu menjadi kenyataan. Aku mau memastikan apa Jun masih hidup atau tidak."

"Tenang saja." Meini memberikan senyuman pada Meina. "Jun masih hidup."

Tapi itu tidak membuat Meina tenang. Dia masih ingin melihat Jun langsung dengan matanya sendiri. "Aku ingin melihatnya langsung." Paksa Meina.

"Ternyata tidak hanya di kamar sebelah, tapi penghuni kamar ini juga memaksa ya." Suara Minghao terdengar di ruangan itu.

"Jun ?!" Dengan cepat Meina berjalan dari ranjangnya dan bergerak memeluk Jun yang ada di kursi roda yang didorong Minghao.

"Hey.. Pelan - pelan. Kita baru saja sadar. Nanti kau bisa merobek kembali luka di punggungku." Kata Jun dengan nada bercandanya. Meina merindukan ucapan yang tidak pernah serius itu.

Meina mempertemukan lututnya dengan lantai dan berdiri tegak dari lutut itu. "Bagaimana aku bisa pelan ?! Aku sudah menunggumu sadar selama sebulan. Aku hampir saja ikutan gila seperti Lizy." Omel Meina.

"Kalau kau berubah jadi seperti Lizy, lebih baik aku memilih ke neraka saja saat itu." Gumam Jun.

"Mwo ?"

"Tidak ada." Alihkan Jun cepat. "Sepertinya ada yang sangat merindukanku ya ?" Goda Jun.

"Ne. Aku merindukanmu." Jawab Meina tanpa penolakan lagi.

Jun memiringkan kepalanya dan melihat ke arah Minghao untuk meminta penjelasan.

"Kan sudahku katakan banyak yang berubah." Jawab Minghao tetap tenang.

"Kalau begitu kami pergi beli makan dulu ya." Tambah Minghao hendak pamit keluar bersama Meini tapi di tahan oleh Jun.

"Sebentar. Bisa kau tidurkan aku di ranjang Meina ? Punggungku mulai terasa sakit." Pinta Jun. Tidak lupa dengan wajah memelas agar Minghao mau menurutinya.

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang