[12]

95 13 0
                                    

"Meini-ssi, nanti kau akan dibantu orang baru untuk mengurus perpustakaan ini. Tapi dia tidak akan bisa selalu datang tepat waktu karena dia juga mengurus banyak hal di kampus ini. Jadi jika dia terlambat kau harus memakluminya." Info pengurus perpustakaan itu.

"Baik kyosunim."

Meini kembali melanjutkan kegiatan mendata buku yang baru saja masuk selagi menunggu orang yang dimaksud akan membantunya itu. Tapi sebelum pekerjaannya selesai, seseorang datang kembali. Orang yang tidak diharapkan Meini.

"Kenapa kau datang ke sini ?" Ketus Meini. Mengikuti nada bicara Meina.

"Memangnya aku tidak boleh ke perpustakaan ?" Kata Minghao. Ada nada mencandai Meini di sana.

"Anio. Tapi kebanyakan orang ke sini hanya untuk berisitirahat dan mencari suasana tenang." Jawab Meini.

"Kalau begitu aku ingin membantu pekerjaanmu." Jawab Minghao. Dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Untuk apa ?! Kau bukan pengurus di sini. Jadi kau tidak perlu membantuku. Sekarang pergilah !" Usir Meini.

"Siapa bilang aku bukan pengurus di sini ?!" Minghao mengeluarkan kartu perpustakaannya. Tanda pengenal bahwa dia juga pengurus di sini. Hanya pengurus perpustakaan, pengurus organisasi atau pengurus lainnya yang mendapat kartu seperti itu. Termasuk yang dimiliki Meini saat bergabung menjadi pengurus perpustakaan.

"Untuk apa ?" Meini mengerutkan keningnya.

"Tentu saja untuk mengurus perpustakaan. Aku ingin orang - orang lebih sering ke perpustakaan untuk mencari ilmu dan bukannya untuk hal lain." Walaupun tujuan utamaku juga untuk mendekatimu. Lanjut Minghao dalam hati.

"Kau tidak perlu berbuat seperti itu. Akan sulit mengubah pola pikir seseorang. Lagipula kau ini wakil presiden kampus, pasti pekerjaanmu lebih banyak dan lebih penting daripada mengurusi perpustakaan yang tidak terlihat ada apa - apanya ini."

"Apapun keputusan yang telah ku buat, maka semua itu penting. Aku tidak akan menjalankannya jika itu tidak penting. Jadi apa pekerjaan pertamaku di perputakaan ini ?" Pinta Minghao.

Meini terdiam sesaat. Dia terlihat kikuk mencari - cari pekerjaan untuk Minghao. Minghao diam - diam memperhatikan Meini yang kikuk karenanya. Dia tersenyum simpul yang tidak terlalu diperlihatkan. Dia tidak ingin Meini tau jika Minghao tersenyum geli karena kegugupan gadis itu. Itu hanya akan menghancurkan rencananya.

Membuat Meini nyaman berada di dekatnya. Tanpa merasa sungkan dan tersinggung dengan sifat lainnya. Sifat lain yang bisa terlalu perfeksionis atau terlalu kaku.

"Kau taruh novel - novel ini di raknya sesuai genre. Kalau kau bingung dengan judul genre-nya. Kau bisa lihat kertas kecil yang menempel di sudut buku. Disana ada kode untuk genre - genrenya. R untuk romance, C untuk comedy, H untuk horror, M untuk misteri, T untuk thriller, F untuk fantasi, FF untuk fantiction dan S untuk story life."

"Kau menghafal semua huruf - huruf itu ??" Minghao terpukau dengan pengarahan yang diberikan Meini. Terdengar jelas, lengkap dan tidak ada keraguan dalam penuturannya. Seakan Meini sudah sangat hafal semua jenis - jenis buku itu. Dia saja tidak pernah tau jika fungsi tulisan di kertas yang menempel disetiap buku itu adalah kode untuk meletakkan buku itu kembali.

"Kau nanti juga akan terbiasa dengan itu. Sekarang taruh saja. Bagian novel ada di sana." Tunjuk Meini tetap tidak memberikan senyum pada Minghao. Tapi Minghao tetap sabar. Dia membawa novel - novel itu dan bersiap untuk menaruhnya. Sekaligus bersiap untuk pusing karena dia belum sepenuhnya ingat dengan huruf - huruf yang dikatakan Meini tadi. Apalagi dia bukan tipe orang yang suka membaca.

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang