[17]

80 15 1
                                    

Lagi - lagi dan lagi Jun menunggu Minghao di depan ruang hima. Sudah beberapa hari ini dia hanya duduk di sana sambil menunggu temannya menyelesaikan tugas urusan kampus yang tidak pernah habis itu.

Tak jarang dia juga sering ditinggal Minghao karena mau bersama kekasihnya sekarang, Meini. Kembaran Meina, incarannya.

Jun ingin kesal sekaligus iri dengan Minghao yang sudah mendapatkan Meini. Tapi mau bagaimana lagi ? Dia lebih tertarik untuk mengejar Meina yang masih saja dingin kepadanya. Jadilah sekarang dia hanya menunggu sampai Meina menyukainya sendiri.

"Kenapa akhir - akhir ini kau jadi sering ke sini ?" Tegur Minghao. Baru saja keluar dari ruangan itu bersama Mingyu dan Yerin.

"Aku tidak punya kegiatan lain. Jadi daripada tidak punya teman lebih baik aku menunggumu di sini." Kata Jun dengan nada memelas. Terdengar menyedihkan dan membuat orang kasihan. Tapi Minghao tidak semudah itu terpengaruh. Dia sudah sangat hafal teknik Jun.

Minghao menggelengkan kepalanya sambil menutupi wajahnya pasrah. "Kenapa aku bisa punya teman sepertimu ?"

"Takdir." Jawab Jun melantur.

"Hai Mingyu-ya, Yerin-ah." Sapa Jun pada kedua orang itu.

Yerin membalas sapaan Jun dengan ramah. Mingyu pun begitu. Dengan tanda kutip 'karena dipaksa Yerin'. Kalau tidak dipaksa mungkin Mingyu menyapanya dengan sinis. Tapi jujur, Mingyu sudah mulai melunak padanya.

Lagipula Jun memang bertekat untuk tidak mendekati beberapa gadis akhir - akhir ini. Dia sedang fokus mendapatkan Meina.

"Kami pergi makan dulu ya." Pamit Mingyu dan Yerin. Meninggalkan Minghao dan Jun di depan ruang hima.

"Kenapa kau tidak menguntit Meina lagi beberapa akhir ini ?" Tanya Minghao.

"Aku sedang melakukan tarik ulur dengannya." Jawab Jun. "Aku ingin tau seberapa jauh Meina mengingat dan memikirkanku."

"Sepertinya aku harus memutuskan kepercayaan dirimu. Tapi Meina terlihat senang tidak ada kau. Aku pernah beberapa kali bertemu dengannya dan dia terlihat biasa saja." Kata Minghao.

"Dari luar mungkin dia terlihat biasa saja. Tapi bisa saja dari dalam dia mencari - cariku." Percaya diri Jun.

"Terserah kau saja. Bukan Jun namanya jika tidak percaya diri seperti ini." Sindir Minghao. Namun Jun menerimanya tanpa tersindir sedikit pun. Karena Jun mengakui itu.

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan Meini ?" Tanya Jun balik.

"Jadi lebih baik. Kami semakin dekat." Jawab Minghao dengan wajah yang terlihat ceria.

Jun menepuk - nepuk pundak Minghao. "Aku turut bahagia dengan hubunganmu yang lancar. Sebenarnya aku iri. Kenapa kau semudah itu bisa semudah itu mendapatkan Meini ?! Hanya setengah bulan dan Meini langsung luluh. Sedangkan aku ?? Aku sampai tidak ingat berapa lama aku mengejarnya."

"Makanya berubah. Jangan suka godain para yeoja." Canda Minghao.

"Aku hanya bercanda dengan yeoja - yeoja itu. Tidak ada niatan lain. Lagipula sekarang aku sudah tidak melakukannya setelah memutuskan untuk mengejar Meina." Ucap Jun. Terlihat tidak terima dengan perkataan Minghao.

"Tapi yang dilihat Meina kan berbeda."

"Ya ku harap sih Meina bisa mengubah pandangannya. Aku agak sakit hati karena bunga yang kemarin ku beli untuknya malah diberikan untuk temannya. Dia sama sekali tidak menghargai kerja kerasku mencari bunga itu." Curhat Jun.

"Kerja keras apa ? Tinggal ke toko bunga. Tanya - tanya. Beli dan langsung diberikan. Tidak ada sulitnya. Kecuali kau menanamnya dan menjaganya sendiri, baru kau boleh sakit hati." Ucap Minghao. Terdengar lebih masuk akal.

"Tau deh yang kerja keras sampai jadi pengurus perpustakaan dijadwal sibuknya." Kata Jun dengan nada mengejek.

Minghao tertawa pelan. "Tapi aku berterima kasih karena kau terus menyemangatiku saat itu."

"Sama - sama sahabatku. Ini sebagai balasan untuk bantuanmu selama ini." Rangkul Jun.

Drrt.. Drrt..

Minghao mengambil ponselnya yang bergetar di kantong celananya.

"Yeobosaeyo Mingyu-ya ! Ada apa ?"

"Nuguya ?" Kening Minghao mengerut. Jun ikut bingung dengan situasi yang menegangkan raut wajah sahabatnya.

"Aku akan segera ke sana." Minghao memutuskan sambungan teleponnya dengan cepat dan memasukan kembali ponselnya ke kantong celananya.

"Kenapa si jangkung itu ?" Tanya Jun.

"Sepertinya ada yang mencarimu."

Jun terkejut sekaligus bingung. "Siapa ?"

"Tidak tau. Mingyu tidak mengerti bahasa mandarin dan kalau tidak salah dengar, perempuan itu memberontak menyebutkan namamu. Aku hanya takut itu dia."  

°•♡•°

Next chapter >>
      
       

"Kita bisa selesaikan dengan baik - baik."
       
       

"Aku ingin bertemu dengannya."
       
       

"Jangan harap gege bisa pergi lagi dariku !

°•♡•°

Hayo.. siapa yang manggil gege itu ??

Tunggu jawabannya besok 😉
Jangan lupa vote dan commentnya

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang