[9]

120 12 15
                                    

"Jadi mereka membuat taruhan ?" Meini mengangguk lemah.

"Dasar buaya modus. Beraninya mereka membuatku jadi taruhan." Kesal Meina.

"Lihat saja ! Akan ku balas perbuatan mereka."

°•♡•°

Jun baru saja keluar dari kelas teaternya. Dan segera ingin melanjutkan ke kelas selanjutnya tapi ada yang kurang.

"Aigoo.. Di mana tugasku ??!"

Jun mencari - cari sebuah kertas di antara tumpukan kertas di tangannya. Tidak ada. Lalu dia mencari di tas. Tidak ada juga. Dia pun kembali menuju kelasnya tadi untuk mencari tugasnya itu. Berhadap kelas tadi belum dimulai dan tugasnya itu tidak hilang. Kalau tidak, tugas tambahan akan menunggu dari dosen yang gila tugas itu. Dengan kata lain, dosen itu senang melihat mahasiswanya menderita dan mendapat banyak tugas.

Kejam.

Memang. Tapi mau bagaimana lagi ? Sudah terlanjur.

Jun mengintip ketika membuka pintu. Ketika melihat dosen masih duduk santai di kursinya. Jun main masuk dan menuju kursinya yang tadi. Lagipula dosennya tidak mungkin ingat dengan mahasiswanya yang mana.

Ternyata kursi yang diduduki Jun sudah ditempat seseorang. Namun dia mengenal siapa orang itu.

"Permisi." Ramah Jun pada salah satu gadis yang pernah dimodusinnya.

"Ahh.. Jun-ah.. Ada apa ?" Balas ramah gadis itu.

"Aku ingin mencari tugasku. Mungkin tertinggal di sini." Ucap Jun.

Gadis itu langsung mempersilahkan Jun untuk memeriksanya. Tapi pencahariannya sia - sia. Tugasnya sudah kandas.

"Ahh.. Sial. Siap - siap dapat tugas lagi saja ini." Oceh Jun dalam bahasa mandarin. Gadis itu hanya memandang Jun dengan tatapan bingung.

"Ottokae ? Ada ?" Tanya gadis itu.

Jun tersenyum. "Ani. Sepertinya sudah hilang."

"Mungkin ini yang kau cari." Suara ketus seorang perempuan mengalihkan pandangan dari gadis yang bicara dengan Jun.

Melihat siapa gadis yang bicara dengannya tadi, Jun langsung memperlihatkan senyum yang berbeda untuk banyak perempuan.

"Tidak usah senyum - senyum. Makanya kalau punya tugas jangan ditinggal. Pakai segala lupa tempat duduk sendiri. Jelas - jelas tugasmu ada di meja ini." Oceh Meina.

"Kau tidak lelah mengomel padaku setiap hari. Lihat temanmu, dia selalu tersenyum dan baik pada semua orang." Kata Jun. Menunjuk gadis yang berbicara dengannya tadi. Sekaligus menjadi teman sebangku Meina.

"Bukan urusanmu. Baik pada orang sepertimu tidak ada gunanya. Hanya akan merugikanku."

"Merugikan ya.." Gumam Jun. Walau suara gumamannya dapat di dengar banyak orang. Tapi Meina tetap mengabaikan Jun dan berfokus pada ponselnya.

"Bagaimana jika kita jalan sepulang kampur ?" Tawar Jun.

"Bu yao (Tidak mau)."

"Aku tidak memintamu langsung menjawabnya. Aku akan menunggunya sampai jam pulang nanti."

"Sekali tidak tetap tidak. Kau itu bodoh ya !"

Kok sakit ya. Batin Jun.

"Kau yakin tidak akan menyesal ?" Kata Jun. Belum menyerah.

Meina memutar bola matanya malas. "Bu (Tidak)."

Jun sama sekali tidak terlihat kecewa. "Baiklah. Mungkin lain kali aku akan mengajakmu lagi dan kau harus mau."

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang