[14]

81 13 4
                                    

"Mei, aku sudah tidak bisa begini terus." Kata Meini.

Dia ingin mengakhiri ini. Dia sudah tidak bisa mengabaikan Minghao lagi. Minghao sudah sangat baik dan perhatian dengannya. Terlepas dari rasa bencinya itu, Minghao tidak terlihat seperti orang yang melakukan taruhan untuk mendapatkan seseorang.

"Apa maksudmu ?" Bingung Meina. Belum mengerti maksud Meini.

"Aku sudah tidak mau mengabaikan Minghao. Dia orang yang baik, jauh dari perkataanmu."

Raut wajah Meina agak mengeras. "Aku memang tidak tau bagaimana Minghao itu. Tapi aku kenal temannya, kau juga pernah bertemu dengannya. Dia Jun. Kau bisa lihatkan dia itu playboy dan aku tidak bisa percaya jika temannya itu bukan playboy juga." Meina masih saja ketus jika sudah berhubungan dengan seorang playboy. Padahal Meini yakin Minghao bukanlah playboy seperti yang dituduhkan Meina.

"Aku sudah kenal Minghao. Memang aku tidak terlalu tau dalam tentang dia. Tapi aku yakin jika Minghao tidak seperti itu." Meini tetap pada pendiriannya.

"Kemarin aku sudah membuktikan itu." Ucap Meini kecil.

"Memangnya apa yang dia lakukan ?" Tanya Meina.

"Minghao sudah menolongku. Selain itu dia tidak pernah melakukan hal buruk padaku. Dia sungguh baik dan aku.."

"Dan kau menyukainya." Lanjut Meina.

Meini mengangguk. Meina hanya menghembuskan nafas. "Baiklah." Meini mengedipkan matanya beberapa kali melihat ke arah kakak kembarnya yang berbeda beberapa menit itu.

"Kalau kau sudah suka dengannya, aku harus bagaimana lagi ?" Meina tersenyum pada kembarannya itu. Dia juga tau bagaimana rasanya menyukai seseorang. Apalagi mereka anak kembar dan setiap anak kembar memiliki ikatan batin yang sangat kuat.

"Jadi tidak apa jika aku menerima Minghao ?" Yakinkan Meini.

"Ya.. Aku hanya bisa mengikuti keinginanmu. Lagipula ini urusan hatimu. Aku tidak bisa memaksakannya. Aku hanya saudara kembarmu. Yang tau kondisi hatimu hanya dirimu sendiri." Kata Meina. Lalu menerima pelukan semangat dari Meini. Meina tersenyum. Dia ikut bahagia jika saudaranya sudah bisa jatuh cinta.

Selama ini Meini tidak pernah jatuh cinta karena kejadian yang menimpa Meina dulu. Meina trauma, begitu juga dengan Meini. Mereka bisa merasakan sakit yang sama. Sehingga saudaranya jadi ikut kena masalahnya.

Meina sempat menyesal dengan kesalahannya dan sekarang dia berterima kasih jika saudaranya sudah bisa jatuh cinta walau dengan teman seorang playboy. Meina hanya bisa berharap jika Minghao bukanlah seorang playboy seperti yang dipikirkan Meini.

"Akhirnya aku merasa lega. Selama ini aku merasa tidak enak selalu menjauhi dan menjuteki Minghao. Minghao terlalu baik dan sabar menanggapiku. Minghao juga selalu ada untukku. Aku beruntung Minghao ada di dekatku." Cerita Meini.

"Dari ceritamu, sepertinya aku bisa yakin jika Minghao bukan playboy. Tapi kau harus tetap hati - hati. Jangan sampai kau terlalu jatuh cinta dengannya. Tidak ada yang tau berapa lama dia akan bertahan denganmu." Kata Meina. Menasehati Meini yang belum memiliki pengalaman soal percintaan. Berbanding terbalik dengannya.

"Iya. Aku akan ingat nasihatmu."

"Kalau kau sendiri, bagaimana dengan Jun ?" Tanya Meini.

"Tidak usah hubungkan aku dengan dia. Aku sama sekali tidak menyukai anak itu. Dia benar - benar menguji kesabaranku. Kemarin dia mengerjaiku lagi dengan berteriak di tengah taman dan mempermalukanku. Dia berpura - pura menjadi pacarku. Berkelakuan seakan aku yang salah karena memarahi dia. Menyebalkan bukan." Emosi Meina.

Meini hanya terkekeh melihat reaksi kakak kembarnya itu. Sebenarnya dia tau jika Meina trauma dengan seorang playboy. Meini pun juga bisa merasakannya. Tapi Meina tidak pernah seserius ini menanggapi permainan seorang playboy sejak saat itu. Apa mungkin karena Jun yang sangat kuat mengejar Meina ?

"Kenapa kau tidak mengikuti keinginan Jun sekali saja tanpa perlawanan ?" Canda Meini. Meini yakin jika Meina akan menanggapinya dengan berapi - api.

"Kau gila !! Kalau aku sampai mengikuti keinginanya walau sekali dengan mudah, itu sama saja aku masuk ke lubang serigala. Dia akan merasa sudah menang dariku dan itu tidak akan ku biarkan."

Disaat orang - orang memberikan anggapan seorang playboy dengan hewan kelinci, buaya atau singa, Meina mengibaratkannya dengan serigala. Karena menurut Meina, serigala itu memiliki wajah yang menarik dan punya cara - cara yang licik serta cerdik untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Dan Meini hanya bisa tertawa mendengar perkataan kakaknya.

"Habisnya Jun tidak terlihat seperti mantan kakak dulu." Kata Meini.

"Belum. Tapi aku yakin dia akan begitu. Sekali dikasih yang lebih cantik dan menarik juga mereka akan mudah berpaling." Ketus Meina.

Meini hanya bisa tersenyum. Dia tau bagaimana perasaan kakaknya. Dia bisa merasakannya dulu karena mereka anak kembar. Sungguh sakit. Dihianati oleh orang yang paling berharga. Meini sendiri sampai tidak mau merasakan hal yang sama seperti Meina. Tapi sekarang dia sudah ada perkembangan. Itu semua karena Minghao.  

°•♡•°

Next chapter >>
       
       

"Ada kabar baik yang membuatku senang."
        
       

"Kalau kau mendengarnya, aku yakin kau juga ikut senang."

         
       
"Jadi.."

°•♡•°

Hari ini double up..
Karena sepertinya kemarin ada masalah sehingga chap yang saya publish gak muncul di kalian.
Padahal saya udah publish tapi :(

Jadi sebagai gantinya hari ini aku double up deh..

Silahkan baca selanjutnya 😉

Bye~
Jangan lupa vomment-nya

Bet Love [Jun & The8 Fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang