15

575 35 0
                                    

Merealisasikan mimpi bersamamu sepertinya tidak akan disetujui hujan
-

Raina bersemengat menuju sekolahnya, bernyanyi ria sambal menunggu angkutan umum di trotoar. Sesekali menyapa anak-anak burung yang ingin menghangatkan tubuh mereka di atas dahan.

Dia naik angkutan umum. Kali ini bukan bersebelahan dengan pria dingin dan menyebalkan, melainkan ibu-ibu pembawa sayuran satu kantong penuh. Ditambah anak-anak SD yang berebut mendapat tempat duduk.

"Kiri, kang." Ujar Raina kepada akang-akang sopir.

Setelah turun dan membayar, dia bergegas memasuki gerbang SMA 76. Tampak cukup banyak siswa kelas 12 yang nongkrong di halaman kelas, koridor, maupun lapangan, ada pula yang sibuk menghafal materi di kantin. Sambil memasang wajah tegang, Ujian Nasional tinggal hitungan menit. Mata pelajaran di hari pertama adalah Biologi.

Raina melangkahkan kakinya menuju ruangan yang telah diatur oleh pihak sekolah. Masih sepi, mungkin dia datang terlalu pagi hari ini. Tak ada Revan disini, pasti pria itu ditempatkan di ruangan berbeda.

Seseorang membuka pintu ruangan itu pelan.

"Sudah siap. Rain?"

"Jangan bikin aku tegang juga seperti yang lain," Raina mengeluarkan buku biologi dari tasnya.

"Jangan ketus-ketus begitu, nanti jelek."

"Sudah lama aku jelek."

"Berarti saya selama ini salah lihat."

"Salah lihat gimana?"

"Dalam setiap saya memandang, nggak tahu kenapa kamu selalu jadi objek yang paling indah. Jangan tanya seindah apa itu, karena sulit mendeskripsikannya." Kata Bian.

Tidak ada jawaban. Lama-kelamaan Raina risih dengan gombalan pagi seperti itu.
"Aku mau belajar, Bian. Lebih baik kamu belajar juga di ruanganmu."

Bian bisa merasakan nada 'menyuruh pergi' dari ucapan gadis itu. Dia pun segera berjalan keluar, tidak terasa ruangan itu tiba-tiba penuh oleh siswa.

***

Selama proses ujian berlangsung, Raina tetap sulit menjaga fokusnya. Namun ia berusaha mengesampingkan perasaan-perasaan cemas dalam benaknya. Cukup baginya berlarut-larut memikirkan hal lain.

Proses memang tak pernah berlainan dengan hasil. Usaha keras Raina sepanjang waktu terbayar tepat hari ini dan tiga hari kedepan. Sulit dipercaya, mata pelajaran biologi terjawab tanpa kesulitan. Hafalan yang menyebabkan sakit kepala, muntah-muntah, dapat ia kuasai dengan baik.

Usai ujian hari pertama berakhir, kini muncul kekhawatiran lain. Besok jadwal ujiannya adalah Matematika. Raina belum pernah punya pengalaman mendapat nilai di atas rata-rata pada bidang studi itu. Kalau saja hari itu Revan tidak menyakitinya, tidak menghancurkan pertemanan ini, dan tetap berada di sini bersamanya, segalanya masih sama menyenangkan. Tapi kenyataannya berbeda, karena Revan lebih memilih orang lain.

BRUKKK!

Raina menabrak seseorang.

"Maaf Raina, gue nggak sengaja." Kata pria yang ditabrak.

"Ma-af juga. Aku tadi yang melamun."

"Kebiasaan memang ya lo jalan tapi pikirannya kemana-mana," jawabnya sambal tertawa, seperti sudah kenal lama dengan Raina.

Setelah pria itu menjauh, Raina masih memikirkan keanehan barusan.
"Aneh. Barusan aku menabraknya, dan pria itu tahu dengan sendirinya kalau kebiasaanku adalah melamun. Dia tahu darimana kalau pikiranku kemana-mana?"

Hujan Dan Kamu (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang